Menilik Prospek Sarana Menara Nusantara (TOWR) dari Rencana Rights Issue



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Aksi korporasi PT Sarana Menara Nusantara Tbk (TOWR) dipandang positif. Aksi korporasi ini mencerminkan upaya strategis perseroan untuk memperkuat struktur keuangan dan mengejar peluang pertumbuhan di sektor infrastruktur digital Indonesia.

Teranyar, TOWR bakal melakukan penawaran umum terbatas (PUT) sebanyak 5 miliar saham baru dengan hak memesan efek terlebih dahulu (HMETD) dengan harga pelaksanaan Rp 900 per saham. Adapun dana yang akan diperoleh perusahaan sebesar Rp 4,5 triliun. 

TOWR akan menggelar rapat umum pemegang saham luar biasa (RUPSLB) pada 25 Oktober 2024 untuk meminta persetujuan aksi rights issue.


Baca Juga: Sarana Menara Nusantara (TOWR) Bidik Dana Segar Rp 4,5 Triliun Lewat Rights Issue

Senior Market Analyst Mirae Asset Sekuritas, Nafan Aji berpandangan bahwa aksi korporasi itu mencerminkan kebijakan strategi bisnis perseroan dalam memperkuat keuangan, sekaligus ekspansi. Maklum, dana dari aksi korporasi TOWR tidak tertutup untuk melakukan akuisisi.

"Apalagi pengembangan 5G yang terus dilakukan sehingga permintaan akan menara akan meningkat," ujarnya kepada Kontan.co.id, Senin (21/10).

 
TOWR Chart by TradingView

Pada semester I 2024, TOWR memiliki menara sebanyak 31.502, meningkat dari 31.049 menara pada kuartal I 2024. Secara tahunan turut meningkat dibandingkan semester I 2023 sebanyak 29.792 menara.

Head of Research Kiwoom Sekuritas Indonesia, Sukarno Alatas juga menilai dengan aksi korporasi TOWR maka valuasi PE akan meningkat karena laba bersih per saham turun seiring penambahan share baru. "Rasio utang juga akan turun karena salah satu fokus penggunaan dana untuk bayar utang," sebutnya.

Baca Juga: Gelar Rights Issue, Sarana Menara Nusantara (TOWR) Incar Dana Segar Rp 4,5 Triliun

Analis Sucor Sekuritas, Christofer Konjongian memperkirakan, dengan asumsi seluruh dana rights issue dialokasikan untuk pembayaran pinjaman, maka net gearing-nya akan menjadi 1,6 kali pada 2025 dari level saat ini di 2,2 kali dan utang bersih terhadap EBITDA membaik menjadi 3,8 kali dari saat ini 4,3 kali.

Skenario tersebut diharapkan dapat menghasilkan peningkatan laba bersih pada 2025 sebesar 6,1% dan peningkatan marjin bersih sebesar 1,8%. "Namun, pelunasan ini akan menurunkan laba bersih per saham di 2025 sebesar 3,4%," terangnya.

Editor: Noverius Laoli