KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Para emiten menara telekomunikasi alis
tower kompak mencetak pertumbuhan kinerja sepanjang 2024. Seiring dengan itu, para analis menilai prospek saham dan kinerja emiten tower masih bisa positif. PT Sarana Menara Nusantara Tbk (
TOWR) menjadi emiten menara terakhir yang merilis kinerja keuangan semester I-2024. Emiten Grup Djarum ini masih mencetak kinerja yang positif. TOWR membukukan pendapatan sebesar Rp 6,15 triliun per Juni 2023 atau tumbuh 6,54% secara tahunan atau
Year on Year (YoY). Laba bersih TOWR mencapai Rp 1,6 triliun atau naik 9,4% secara tahunan.
Kinerja positif juga ditorehkan oleh PT Tower Bersama Infrastructure Tbk (TBIG), yang laba bersihnya melonjak 6,10% YoY menjadi Rp 730,79 miliar. Dari
top line, pendapatan TBIG naik 4,10% YoY menjadi Rp 3,41 triliun.
Baca Juga: Ada Tambahan Pendapatan dari IBST, Analis Kerek Target Harga Sarana Menara (TOWR) Setali tiga uang, pendapatan dan laba bersih PT Dayamitra Telekomunikasi Tbk (
MTEL) alias Mitratel juga masing-masing mengalami pertumbuhan sebesar 7,75% dan 12,61% di paruh pertama di 2024. Adityo Nugroho, Senior Investment Information Mirae Asset Sekuritas mengatakan kinerja emiten menara telekomunikasi masih bisa bertumbuh meski sempat ada kekhawatiran dari kehadiran Starlink. "Kalau sampai akhir tahun kinerjanya stabil dan baik-baik saja, maka dampak atas kehadiran Starlink minim," jelasnya, Selasa (15/10). Adityo bilang dalam jangka panjang, emiten sektor telekomunikasi masih prospektif karena penetrasi jaringan masih belum 100%. Namun perlu dicermati, emiten menara merupakan sektor yang padat karya. "Yang perlu diantisipasi adalah emiten menara telekomunikasi merupakan padat modal sehingga memiliki tingkat utang tinggi. Kalau rupiah tetap stabil dan utang bisa terjaga maka masih aman," ucap dia.
Baca Juga: Cek Rekomendasi Saham Mitratel (MTEL) di Tengah Pemangkasan Suku Bunga Acuan Equity Analyst BRI Danareksa Sekuritas, Niko Margaronis menambahkan emiten menara telekomunikasi juga berpotensi mendapat angin segar dari rencana penjualan aset fiber optik milik PT Link Net Tbk (
LINK).
"Investasi potensial dari infrastruktur LINK dapat menguntungkan perusahaan menara dalam memperkuat kemampuan mereka untuk menghasilkan pendapatan baru dari perluasan jaringan fiber optik," kata Niko. Selain itu, TOWR juga dikabarkan sedang mengincar bisnis fiber optik milik PT Indosat Tbk (
ISAT) alias Indosat Ooredoo Hutchinson (IOH). Ini memungkinkan TOWR untuk mendorong pertumbuhan FTTH di luar Jawa. Lebih lanjut, BRI Danareksa Sekuritas memberikan rekomendasi beli dengan target harga di Rp 1.400. Niko juga merekomendasikan beli MTEL dengan target harga di Rp 960. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Putri Werdiningsih