JAKARTA. Berbagai aspek domestik yang disinyalir bakal positif pada tahun 2016 memicu optimisme manajer investasi bahwa kinerja reksadana sahamnya juga bakal menanjak. Mulai dari faktor ruang pemangkasan suku bunga acuan Bank Indonesia, stabilisasi nilai tukar rupiah, hingga program pembangunan infrastruktur pemerintah. Begitu pula dengan produk reksadana saham CIMB-Principal Equity Aggressive kelolaan PT CIMB – Principal Asset Management. Chief Investment Officer CIMB – Principal Asset Management Cholis Baidowi berharap, reksadana saham yang meluncur sejak 1 Juli 2005 tersebut bakal mendulang imbal hasil lebih tinggi dibandingkan kinerja Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada tahun 2016 guna memanfaatkan bursa saham domestik yang menghijau.
Adapun secara year to date (ytd) per 19 Februari 2016, CIMB-Principal Equity Aggressive mencetak return 3,61%, lebih unggul ketimbang IHSG yang naik 2,28% periode sama. “Prediksi saya IHSG pada akhir tahun 2016 sekitar 5.400. Kinerja CIMB-Principal Equity Aggressive juga seiring dengan pertumbuhan tersebut,” jelasnya. Jika dugaan Cholis benar, maka setidaknya sepanjang tahun ini IHSG dapat terangkat 17,57% dari posisi akhir tahun 2015 yang tercatat 4.593,008. Cholis berujar, perusahaan bakal tetap mempertahankan porsi efek saham pada produk CIMB-Principal Equity Aggressive, yakni lebih dari 90%. Mengacu fund fact sheet per Januari 2016, sekitar 94,16% dana produk ini ditempatkan pada efek saham. Sisanya 5,84% berupa instrumen pasar uang semisal obligasi korporasi bertenor kurang dari setahun serta deposito guna menjaga likuiditas. Cholis menjelaskan, terdapat beberapa sentimen positif yang bisa mendongkrak bursa saham dalam negeri. BI masih memiliki ruang pemangkasan suku bunga acuan (BI rate) akibat inflasi yang terjaga di level rendah. Dari awal tahun 2016, BI sudah menyusutkan suku bunganya sebanyak dua kali dengan total 50 bps menjadi 7%. Pelonggaran kebijakan moneter tersebut berpotensi mendongkrak sektor riil. Lalu stabilisasi nilai tukar rupiah. Jika pada tahun 2015 rupiah sempat menyentuh level Rp 14.700, maka tahun ini mata uang Garuda bergulir di level Rp 13.300 hingga Rp 14.000. Cholis memaparkan, perusahaan akan menerapkan strategi overweight ke sektor saham konstruksi dan telekomunikasi. Kemudian slightly overweight ke sektor bank, properti, media, ritel, serta otomotif. “Program pembangunan infrastruktur pemerintah akan berimbas positif bagi berbagai sektor, yakni konstruksi, perbankan, properti. Sektor telekomunikasi juga terus berkembang dan prospeknya bagus,” imbuhnya. Per 29 Januari 2016, CIMB-Principal Equity Aggressive telah menghimpun dana kelolaan Rp 99,05 miliar. Adapun per 19 Februari 2016, reksadana saham ini diperdagangkan dengan nilai aktiva bersih per unit penyertaan (NAB/UP) senilai Rp 2.940,18. Nah, investor yang ingin mengoleksi reksadana ini bisa melakukan pembelian awal minimal Rp 100.000. Pembelian selanjutnya juga minimal Rp 100.000. Perusahaan bakal mengutip biaya pembelian maksimal 2%. Penjualan kembali unit penyertaan dalam waktu kurang dari setahun akan dikenakan biaya maksimal 2%. Penjualan kembali di atas waktu setahun tidak dipungut biaya. Ada pula biaya pengalihan maksimal 2% dan biaya kustodian maksimal 0,25% per tahun (di luar PPN) serta biaya jasa manajer investasi maksimal 5% per tahun ( di luar PPN). Produk ini menggunakan bank kustodian Deutsche Bank.
Analis Infovesta Utama Beben Feri Wibowo menjelaskan, unggulnya kinerja CIMB-Principal Equity Aggressive ketimbang IHSG secara ytd ditopang oleh alokasi portofolio pada efek saham yang cukup baik, khususnya ADHI yang tumbuh 21,03% (ytd), GGRM yang terangkat 16,59% (ytd), serta HMSP yang naik 12,23% (ytd). Beben menduga, rata-rata return reksadana saham yang tercermin pada Infovesta Equity Fund Index akan mencapai 11,34% - 14,88% sepanjang tahun 2016. “Alokasi portofolio reksadana ini menyasar saham-saham bluechip. Prospek kinerja reksadana terbilang baik dan peluang untuk mengalahkan IHSG terbuka lebar,” terkanya. Beben menilai, CIMB-Principal Equity Aggressive lebih sesuai bagi investor dengan horizon investasi jangka panjang. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Yudho Winarto