Menilik Rencana Bisnis Sejumlah Emiten Nikel Tahun Depan



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sejumlah emiten produsen nikel telah menentukan rencana bisnis tahun depan, mulai dari besaran belanja modal, target produksi, maupun target penyelesaian proyek pabrik pengolahan alias smelter.

PT Vale Indonesia Tbk (INCO) misalnya, memasang target produksi nikel matte tahun depan sebanyak 70.000 ton. Angka ini sama seperti estimasi produksi tahun ini, yakni di angka 70.000 ton.

Chief Financial Officer Vale Indonesia Bernardus Irmanto menyebut, ada dua faktor yang menyebabkan produksi tahun depan cenderung stagnan. 


Pertama, faktor tingkat pemeliharaan alat tambang, dimana tahun depan jumlah hari yang digunakan untuk pemeliharaan alat akan semakin banyak.

Baca Juga: Harum Energy (HRUM) Siapkan Capex US$ 50 Juta untuk Tahun 2024

Kedua, tingkat produksi juga memperhatikan grade nikel yang ada di area tambang yang berpengaruh terhadap output. 

“Dengan dua faktor ini, maka tingkat produksi yang feasible di level 70.000-an ton,”  terang Irmanto.

PT Harum Energy Tbk (HRUM) berencana mengalokasikan belanja modal alias capital expenditure (capex) untuk tahun 2024 sebesar US$ 50 juta.  Direktur Utama Harum Energy Ray Antonio Gunara mengatakan, capex ini akan digunakan untuk membiayai pembangunan infrastruktur dan sarana produksi di area tambang nikel.

Capex juga dialokasikan untuk penambahan properti pertambangan batubara, pemeliharaan kapal tunda dan tongkang, pembelian kendaraan dan alat berat.

HRUM juga bersiap menyambut kehadiran smelter keduanya yang dioperasikan PT Westrong Metal Industry (WMI). 

Saat ini smelter tersebut masih dalam tahap pembangunan dan kegiatan konstruksi di WMI telah memasuki tahap akhir per 30 September 2023. Smelter ini diharapkan dapat memulai produksi komersial secara bertahap mulai kuartal I-2024.

Sementara anak perusahaan pertambangan nikel milik HRUM, yakni PT Position (POS), terus mengalami kemajuan dalam berbagai proses perizinan, yang diperlukan sebelum pembangunan infrastruktur pertambangan dan kegiatan pra operasi lainnya. HRUM menargetkan POS dapat memulai produksi bijih nikel pada tahun 2024.

PT Trimegah Bangun Persada Tbk (NCKL) mengalokasikan belanja modal alias capital expenditure (capex) senilai US$ 60 juta. capex akan digunakan untuk berbagai keperluan, mulai dari pertambangan, smelter, hingga maintenance.

Emiten nikel terafiliasi Grup Harita ini juga sedang membangun fasilitas smelter High Pressure Acid Leaching (HPAL) kedua melalui entitas anak usahanya, yaitu PT Obi Nickel Cobalt (ONC). 

Smelter ini ditargetkan akan memiliki 3 jalur produksi dengan kapasitas produksi 65.000 ton kandungan nickel Mixed Hydroxide Precipitate (MHP) per tahun. Smelter kedua ini diharapkan akan beroperasi secara bertahap mulai di kuartal II-2024.

Baca Juga: Harga Aluminium SHFE Stabil dan Nikel Turun 1,4% Imbas Ledakan Tungku Smelter ITSS

Sementara itu, PT United Tractors Tbk (UNTR) baru saja merampungkan proses akuisisi tambang nikel, yakni PT Stargate Pasific Resources dan PT Stargate Mineral Asia. 

Sekretaris Perusahaan UNTR Sara K. Loebis mengatakan, rata-rata volume produksi nikel Stargate Pasific Resource berkisar 400.000 sampai 500.000 ton ore per tahun. Produksi berpotensi ditingkatkan menjadi 2,5 juta ton ore per tahun.

Optimistis Harga Membaik

Di Tengah melemahnya harga nikel, emiten masih menaruh harap harga komoditas logam ini akan membaik. Investor Relations PT Trimegah Bangun Persada Tbk (NCKL) Lukito Gozali mengatakan, prospek harga nikel akan membaik seiring dengan pulihnya ekonomi global tahun depan. Membaiknya ekonomi akan mendorong pembangunan sehingga permintaan baja anti karat (stainless steel) meningkat.

Katalis positif juga datang dari transisi kendaraan fosil ke kendaraan Listrik, dimana pasar kendaraan listrik di China dan Amerika Serikat (AS) terus bertumbuh yang pada akhirnya mendorong permintaan nikel sebagai komponen baterai listrik.

Sementara itu, United Tractors mengacu pada potensi jangka panjang nikel. 

“Karena perannya (nikel) dalam upaya pemerintah Indonesia di bidang elektrifikasi dan dekarbonisasi,” kata Sara.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Herlina Kartika Dewi