Menilik Seberapa Menarik Saham Bank Big Caps Ketika Stock Split



KONTAN.CO.ID -  JAKARTA. Aksi pemecahan saham atau stock split kembali dilakukan emiten bank dengan kapitalisasi besar. Langkah tersebut biasa dilakukan agar harga saham terbaru menjadi lebih terjangkau dan menambah likuiditas sahamnya.

PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) menjadi emiten terbaru yang berencana melakukan stock split. Ini menyusul PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) yang lebih dulu melakukan aksi serupa pada 4 April 2023.

Adapun, rencana stock split tersebut bakal terealisasi jika disetujui dalam Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) pada 19 September 2023. Dalam rencana awal, rasio stock split saham tersebut adalah 1:2.


Baca Juga: Penuhi Aturan Modal Baru, BNI (BBNI) Siapkan Infrastruktur

Aksi korporasi ini membuat nilai nominal saham emiten bank pelat merah ini akan berubah menjadi Rp 3.750 per saham. Sebelumnya, nilai nominal per sahamnya senilai Rp 7.500.

Direktur Utama BBNI Royke Tumilaar mengungkapkan ada beberapa pertimbangan yang menyebabkan perusahaan memilih rasio 1:2. Pertama, agar harga saham bank bisa setara dengan bank-bank big caps lainnya.

“Di kisaran yang sama dengan peers bank seperti Mandiri, BBRI, dan lainnya,” ujar Royke kepada KONTAN, Senin (14/8).

 
BBRI Chart by TradingView

Jika melihat harga penutupan perdagangan bursa (14/8), BBNI ditutup di harga Rp 9.200 per saham. Sementara itu, BMRI berada di level Rp 5.950 per saham dan BBRI di level Rp 5.650 per saham.

Tak hanya itu, Royke menilai dengan rasio tersebut, saham BBNI akan lebih terjangkau bagi investor ritel. Sehingga, membuka peluang semakin luasnya basis investor saham BBNI dan diharapkan likuiditas perdagangannya meningkat.

Baca Juga: BNI Bakal Lakukan Stock Split Dengan Rasio 1:2

“Investasi minimum per lot menjadi di kisaran Rp 500.000,” ujar Royke. 

Head of Research Mega Capital Sekuritas Cheril Tanuwijaya menilai aksi stock split yang direncanakan BBNI ini bisa menjadi sentimen positif mengingat outlook sektor keuangan saat ini juga positif.

Terlebih, Cheril menilai BBNI ini dibandingkan bank-bank yang memiliki kapitalisasi besar ini paling tertinggal kinerjanya secara tahunan. “Harusnya pergerakan sahamnya bisa membaik,” ujar Cheril.

Jika menilik data RTI, pergerakan saham BBNI secara tahunan memang paling kecil yaitu tumbuh 19,87% YoY. Bahkan, secara year to date sahamnya justru terkoreksi 0,27%.

Editor: Noverius Laoli