Menilik tren saham pilihan investor asing



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sepanjang tahun ini, investor asing lebih cenderung meninggalkan bursa saham domestik. Ini tercermin dari net sell asing Rp 50,08 triliun sejak awal tahun hingga, Senin (23/7).

Kendati demikian, ada sejumlah saham yang masih jadi buruan investor asing. Data RTI menunjukkan, asing tercatat banyak menanamkan duit di saham Bank Central Asia (BBCA) dan Bukit Asam (PTBA). Masing-masing menorehkan net foreign buy sebesar Rp 751,17 miliar dan Rp 270,67 miliar dalam kurun waktu sepekan terakhir.

Direktur Investa Saran Mandiri Hans Kwee mengatakan,  investor asing kembali menyesuaikan portofolio, seiring ketidakpastian global yang berkembang. Ini membuat asing keluar dari sejumlah saham. “Mereka sudah untung besar dan profit taking,” kata dia, Senin (23/7).


Selain itu, potensi kenaikan yield investasi di Amerika Serikat (AS) akibat kenaikan suku bunga The Federal Reserve membuat pemodal asing memilih meletakkan dana di negeri Paman Sam tersebut. Meski memindahkan sebagian besar portofolio, namun asing masih tetap masuk ke sejumlah saham tertentu. Hans menilai, rilis laporan keuangan semester I-2018 bisa mendorong asing kembali menambah posisi di dalam negeri.

Lihat fundamental

Rovandi, analis Trimegah Sekuritas, menjabarkan, net buy asing terlihat pada chart BBCA yang masih bullish. Sementara IHSG dan saham sektor perbankan turun.

Menurut dia, dalam jangka pendek, BBCA akan terkoreksi dengan support dan resistance di rentang 23.000-23.500. Namun, jangka panjang masih berpeluang uptrend.

Namun Head of Marketing Universal Broker Indonesia, Hadrian, mengingatkan, investor jangan secara membabi-buta mengikuti asing dan masuk membeli saham yang diburu asing. Ia menyebut, aksi beli asing bisa jadi sinyal untuk mengamati fundamental saham tersebut. “Acuan investor tetap kepada sentimen dan fundamental saham yang diminati asing,” papar Hadrian, kemarin.

Menurut dia, kinerja BBCA hingga Mei 2018 memang masih solid. Penyaluran kredit masih tumbuh 13,37% year on year menjadi Rp 486,5 triliun. Namun, kenaikan suku bunga acuan Bank Indonesia kemungkinan berdampak pada lesunya kredit.

Terkait PTBA, lanjut Hadrian, fundamentalnya masih kuat. Hingga semester I-2018, penjualan batubara mencapai Rp 10,52 triliun, naik 17,27% yoy. Porsi  ekspor meningkat menjadi 51,14% atau setara dengan Rp 5,38 triliun.

Tahun lalu, porsi penjualan ekspor hanya Rp 3,14 triliun atau 35%. "PTBA dapat memanfaatkan dengan baik tren pelemahan rupiah. Laba PTBA naik 50% menjadi Rp 2,61 triliun," paparnya.

Tapi nasib berbeda terjadi pada saham Indah Kiat Pulp & Paper (INKP). Sebelumnya, saham produsen kertas ini juga jadi buruan asing. Sebulan terakhir, asing mencetak net buy Rp 216,07 di saham ini.

Tapi, seminggu terakhir, asing mencetak net buy sebesar Rp 202,39 triliun. Ini terjadi lantaran harga kertas dunia mulai bergerak turun.

Analis Panin Sekuritas William Hartanto menuturkan, saham INKP saat ini bergerak menurun di bawah indikator MA20. "Indikasi kurang bagus, namun bila ada akumulasi asing saat harga menurun, bisa jadi pertanda saham ini masih bagus," kata dia.

William menyarankan wait and see untuk INKP. Investor bisa masuk saat harga terkoreksi ke kisaran 16.800-17.500.

Sedangkan harga BBCA dan PTBA, kata William, kondisinya berbanding terbalik dengan INKP yang sudah naik tinggi. Kedua saham ini baru saja breakout. Jadi akumulasi asing sangat wajar jika diiringi dengan kenaikan harga.

Saran William, beli BBCA dan PTBA dalam jangka pendek dengan target harga masing-masing 25.000 dan 5.000. Kemarin, BBCA ditutup di 23.350, PTBA di level 4.310 dan INKP seharga 18.275.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Wahyu T.Rahmawati