KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pemerintah menunjukkan keseriusan untuk mendorong ekosistem Electric Vehicle (EV) di Indonesia. Yang terbaru, Menteri Kordinator Bidang Kemaritiman Luhut B. Pandjaitan bersama rombongan melakukan pertemuan dengan CEO Tesla Elon Musk di Austin Texas pada Selasa (26/4). Luhut mengungkapkan, dalam pertemuan dengan Elon, ia menyampaikan potensi bahan baku di Indonesia untuk mendorong ekosistem kendaraan listrik. "Selama kurang lebih satu jam, saya menyampaikan potensi bahan baku baterai kendaraan listrik yang saat ini sedang kami eksplorasi terus lewat program hilirisasi mineral," terang Luhut dikutip dari akun instagramnya, Jumat (29/4). Luhut melanjutkan, Elon pun nampaknya menunjukkan ketertarikan dalam potensi kerjasama ini. Menurutnya, potensi besar industri Nikel Indonesia dinilai menjanjikan untuk memenuhi kebutuhan pasokan baterai listrik oleh Tesla.
Baca Juga: Kesan Anindya Bakrie Setelah Bertemu Bos Tesla Elon Musk Selain itu, Elon dikabarkan bakal melakukan pertemuan dengan Presiden Joko Widodo saat kunjungan kenegaraan presiden ke Amerika Serikat pada Mei mendatang. Luhut juga memastikan bakal mengundang Elon untuk hadir dalam Forum B-20 yang bakal digelar di Bali pada November tahun ini. Ketua Dewan Pertimbangan KADIN Indonesia yang juga menjabat sebagai Presiden Direktur PT Bakrie & Brothers Tbk (BNBR) Anindya Bakrie yang turut serta dalam rombongan tersebut mengungkapkan, kunjungan tersebut bertujuan untuk meyakinkan Tesla agar dapat menjajaki kerjasama dengan Indonesia. "Saat ini, salah satu kiblat dunia akan kemajuan industri EV (Electric Vehicle) adalah Tesla. Jadi memang amat banyak yang dapat kita pelajari dari pertemuan tadi," kata Anindya Bakrie dalam keterangan persnya, Selasa (26/4). Sementara itu, Direktur Utama Electrum Pandu Sjahrir mengharapkan lawatan ke Tesla ini bisa membawa investasi untuk industri kendaraan listrik tanah air. "Semoga dengan pertemuan ini bisa membawa lebih banyak investasi high technology ke Indonesia dan Indonesia bisa menjadi bagian penting dari supply chain Global Electric Vehicle Industry," kata Pandu. Asal tahu saja, sebelumnya Tesla memang sempat dikabarkan berniat menanamkan investasinya di Indonesia. Sayangnya, rencana tersebut urung terwujud. Menanggapi hal tersebut, Menteri Investasi/Badan Kordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia menilai maju mundurnya investor merupakan sesuatu yang lazim terjadi dalam dunia usaha. Menurutnya, ada beberapa faktor yang bisa jadi penyebab mundurnya Tesla kala itu. "Mungkin awal-awal itu tawaran dari Indonesia mungkin belum bagus atau dilihat prospek global belum cukup untuk Investment Rate Return (IRR) kondisi bisnisnya," ujar Bahlil dalam Konferensi Pers Virtual, Rabu (27/4). Bahlil melanjutkan, saat ini upaya pengembangan ekosistem kendaraan listrik terus berjalan. Bahlil memastikan sejauh ini sudah ada sejumlah pihak yang memastikan bakal berinvestasi di Indonesia seperti LG, Contemporary Amperex Technology Co Limited (CATL), Volkswagen (VW), BASF hingga BritishVolt.
Baca Juga: Tesla masuk atau tidak ke Indonesia, ini penjelasan lengkap Menko Luhut B. Pandjaitan Selain itu, Indonesia dinilai punya keunggulan dibanding negara lain dalam hal penyediaan bahan baku baterai listrik. Menurutnya, ada empat komponen utama dalam bahan baku baterai antara lain nikel, mangan, cobalt dan lithium. Tiga dari empat komponen utama bahan baku baterai listrik dimiliki oleh Indonesia.
"Sangat rugi kalau para investor tidak mau menanamkan modal di Indonesia. Secara geoekonomi Tesla akan melihat bahwa ini sesuatu yang menarik untuk dikembangkan," kata ujar Bahlil. Merujuk Booklet Tambang Nikel 2020 oleh Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Indonesia memiliki jumlah cadangan nikel terbesar di dunia mencapai 72 juta ton Ni atau setara 52% total cadangan dunia yang sebesar 139,41 juta ton Ni. Adapun, cadangan bijih nikel Indonesia mencapai 4,5 miliar ton dengan sumber daya sebesar 11,7 miliar ton. Pada tahun 2019, Indonesia menahbiskan diri sebagai negara produsen tambang bijih nikel terbesar di dunia dengan produksi mencapai 800 ribu ton Ni. Posisi kedua ditempati Filipina dengan produksi 420 ribu ton Ni dan diikuti Rusia dengan produksi 270 ribu ton Ni. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Handoyo .