Menimbang Efek Regulasi Culling dan Pembukaan Ekspor Malaysia Terhadap Emiten Unggas



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Selain inflasi, laju kinerja emiten unggas alias poultry masih akan terhimpit oleh sentimen pembukaan keran ekspor Malaysia dan adanya kebijakan kebijakan penyeimbangan pasokan.

Seperti yang diketahui, Malaysia kembali membuka ekspor ayam pada 11 Oktober 2022. Pembukaan ini bakal jadi angin segar untuk Singapura yang umumnya bergantung pada impor.

Di sisi lain, pembukaan keran ekspor ini bisa menjadi sentimen negatif bagi para emiten unggas di Indonesia. Analis Ciptadana Sekuritas Asia Michael Filbery menilai kebijakan itu akan sedikit mengurangi permintaan ayam dari dalam negeri.


"Sejauh ini harga ayam di Indonesia masih relatif kurang kompetitif dibandingkan ayam Malaysia, karena ada faktor biaya produksi ayam yang lebih tinggi juga di Indonesia," jelasnya kepada Kontan Jumat (14/10).

Baca Juga: Simak Rekomendasi Teknikal untuk Saham Suryamas Dutamakmur (SMDM)

Ditambah, persediaan ayam dari Indonesia belum menjadi stok prioritas untuk Negeri Singa itu, sehingga sifatnya hanya sebagai stok pengaman. Michael menyebut nilai ekspor dari emiten unggas juga belum terlalu signifikan, jadi tidak akan berpengaruh banyak.

Dari dalam negeri, setidaknya ada dua emiten yang mengantongi izin ekspor ke Singapura, yakni PT Charoen Pokphand Indonesia Tbk (CPIN) dan PT Japfa Comfeed Indonesia Tbk (JPFA).

"Ke depannya Singapura masih menghadapi gangguan pasokan pangan, ekspor ayam dari Indonesia masih bisa menjadi opsi pemasok lainnya setelah Malaysia karena Singapura menerapkan diversifikasi pasokan ayam," imbuh Michael.

Selain itu, pemerintah mulai menetapkan kebijakan penyeimbangan pasokan melalui pemusnahan alias culling akan menjadi sentimen positif bagi para emiten unggah. Kebijakan ini mengantisipasi over supply daging ayam di November dan Desember.

 
CPIN Chart by TradingView

Michael bilang kalau tidak ada intervensi culling ketiga ini, harga broiler berpotensi ambrol di Desember mendatang. Apalagi ada potensi over supply Day Old Chick (DOC) Final Stock (FS) di November, yang akan terjadi kelebihan 35% dari stok pada Desember 2022.

"Industri poultry ini masih kurang stabil kalau tanpa intervensi atau culling, meskipun kondisi makro sedang inflasi, ini belum banyak pengaruh ke harga ayam yang lebih stabil," tuturnya.

Lebih lanjut, Ciptadana Sekuritas Asia memilih JPFA menjadi top picks dengan rekomendasi beli di target harga Rp 2.000 per saham. Adapun JPFA parkir di Rp 1.395 per saham pada Jumat (14/10).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Anna Suci Perwitasari