KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pemerintah menargetkan bauran Energi Baru Terbarukan (EBT) mencapai 23% di 2025 mendatang. Realisasi per Juni 2021 pun baru mencapai 11,31%. Pengembangan pembangkit EBT pun dinilai masih menemui kendala pada harga listrik. Direktur Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi Dadan Kusdiana mengungkapkan upaya menciptakan harga listrik EBT yang lebih menarik terus dilakukan. Contohnya harga listrik untuk Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) yang dinilai dapat semakin ditekan. "Sekarang PLTS sudah semakin menarik, hasil market sounding PLN untuk PLTS terapung sudah US$ 3,7 sen per kWh. Ada juga PLTA yang Power Purchase Agreement (PPA) di angka US$ 5 sen - US$ 6 sen per kWh," terang Dadan kepada Kontan.co.id, Jumat (30/7).
Menimbang harga listrik pembangkit energi baru terbarukan (EBT)
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pemerintah menargetkan bauran Energi Baru Terbarukan (EBT) mencapai 23% di 2025 mendatang. Realisasi per Juni 2021 pun baru mencapai 11,31%. Pengembangan pembangkit EBT pun dinilai masih menemui kendala pada harga listrik. Direktur Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi Dadan Kusdiana mengungkapkan upaya menciptakan harga listrik EBT yang lebih menarik terus dilakukan. Contohnya harga listrik untuk Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) yang dinilai dapat semakin ditekan. "Sekarang PLTS sudah semakin menarik, hasil market sounding PLN untuk PLTS terapung sudah US$ 3,7 sen per kWh. Ada juga PLTA yang Power Purchase Agreement (PPA) di angka US$ 5 sen - US$ 6 sen per kWh," terang Dadan kepada Kontan.co.id, Jumat (30/7).