KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Reksadana pendapatan tetap ternyata menjadi instrumen yang lebih unggul selama 5 tahun terakhir dibandingkan dengan SBN dan deposito. Hal ini akan jadi tantangan bagi bank. Mengutip data Infovesta Kapital Advisory, bila dibandingkan Infovesta 90 Fixed Income Fund Index dan Infovesta 90 Money Market Fund Index, terlihat Infovesta 90 Fixed Income Fund Index yang mengalami kinerja lebih unggul. Dimana berdasarkan data year to Date (YtD) per 31 Mei 2023 masing-masing tercatat 3,03% dan 1,59%. Research Analyst Infovesta Kapital Advisory Arjun Ajwani menilai, hal tersebut sangat wajar karena menurutnya, reksadana tujuannya secara umum untuk mengalahkan indeks acuan.
"Apa lagi deposito itu aset yang paling aman dan tidak berisiko jadi wajar kalau kinerja Reksadana Pendapatan Tetap lebih unggul," ujar Arjun kepada kontan.co.id, Senin (19/6).
Baca Juga: P2P Lending Sebagai Sarana Diversifikasi Portfolio Investasi Arjun menyebut, ke depan trennya akan positif dimana imbal hasil (yield curve) 10 tahun masih berada dalam trend bullish dan harga uptrend (naik) dan selama yield turun ada potensi untuk mencaplok capital gains. Selain itu, menurutnya, riil imbal hasil obligasi Indonesia juga lebih unggul dibandingkan dengan negara di kawasan ASEAN. Serta Aliran dana asing yang tetap masuk ke SUN dan partisipasi domestik yang juga besar. Serta fundamentals domestic yang kuat dari sisi nilai tukar, Inflasi yang melandai dan pertumbuhan ekonomi dan kredit yang prospektif. "Ke depan pendapatan tetap dan RDPT masih akan menarik para investor maupun asing atau domestik," tambahnya. Menurut Arjun, agar deposito tetap menarik bagi nasabah, perlu persaingan memberi tingkat deposito (imbal hasil) yang lebih tinggi kepada para deposan supaya menarik untuk menempatkan dana mereka di bank tersebut. Sementara SVP Retail Deposit Product And Solution Group Bank Mandiri Evi Dempowati mengungkapkan, suku bunga deposito Bank Mandiri baik untuk rupiah maupun valas masih relatif stabil dan cukup kompetitif dibandingkan bank pesaing. Saat ini suku bunga deposito rupiah Bank Mandiri hingga 2,50% per tahun dan Deposito Valas USD hingga 1,75% per tahun. "Suku bunga ini tentunya berdampak pada biaya bunga, tergantung pada besarnya volume dana yang dihimpun. Biaya bunga Bank Mandiri hingga saat ini masih terjaga sesuai dengan budget yang ditetapkan oleh manajemen," ungkap Evi. Ia menjelaskan, bahwa saat ini strategi likuiditas rupiah dan valas Bank Mandiri lebih difokuskan pada menawarkan banyak kelebihan dari produk dan layanan DPK Bank Mandiri (termasuk Deposito), menjaga tingkat suku bunga simpanan tetap kompetitif dengan pasar agar tetap menarik di mata nasabah. Selain itu, perseroan fokus mendorong rekening CASA agar aktif digunakan nasabah sebagai transactional account melalui channel multi transaksi seperti Livin’ by Mandiri dan Kopra by Mandiri, serta agresif dalam mendukung penyaluran kredit kepada nasabah yang memerlukan pembiayaan.
Baca Juga: Reksadana ETF Tidak Kalah Untung Dibandingkan Kelas Aset Lainnya Di sisi lain, Direktur Distribution and Funding PT Bank Tabungan Negara Tbk (BBTN) Jasmin mengaku, saat ini perkembangan suku bunga rupiah dan valas cenderung flat sejak kuartal pertama tahun ini. Dimana saat ini suku bunga counter rupiah hingga 3,05% dan valas hingga 0,20%. "Ke depan kami melihat proyeksi penurunan suku bunga sejalan dengan fokus penurunan cost of fund dan trend suku bunga. Sementara dampak penurunan ke biaya masih cenderung flat dan belum ada perubahan, namun kedepan kita proyeksikan turun sejalan dengan upaya penurunan cost of fund," jelasnya. Dalam upaya mengelola likuiditas baik valas maupun rupiah di tahun ini, perseroan mengupayakan pendanaan yang murah yang berkosentrasi di tabungan dan giro dalam rupiah dengan improvement akses transaksi melalui BTN Mobile diharapkan mampu mendorong percepatan dana murah untuk memastikan dan pertumbuhan dana khususnya di sektor retail. "Ke depan agar deposito menarik bagi nasabah, selain mendorong deposito dengan program program akuisisi yang menarik, dengan continuous improvement di area digital, BTN Mobile diharapkan untuk menjadi engine pertumbuhan deposito," imbuhnya. Perencana Keuangan dari Finansia Consulting Eko Endarto menilai, baik reksadana pendapatan tetap, SBN maupun deposito masing-masing adalah investasi yang bagus apabila digunakan sesuai manfaatnya. "Deposito ditujukan untuk menjaga likuiditas dengan jangka waktu pendek (kurang dari 1 tahun). Sedangkan reksadana pendapatan tetap untuk jangka menengah pendek sampai dengan 3 tahun, jadi kalau reksadana pendapatan tetap untuk satu tahun seharusnya tidak tepat dan terlalu berisiko," jelas Eko. Sementara tujuan reksadana adalah untuk mengurangi resiko. Jadi menurutnya, sudah pasti return reksadana pendapatan tetap lebih rendah dari obligasi. Sementara itu Perencana Keuangan One Shield Consulting Budi Rahardjo mengatakan, dalam perencanaan keuangan masing-masing instrumen harus dilihat dulu dari fungsi dan tujuan penggunaannya. Instrumen pendapatan tetap menurutnya, memang dalam 5 tahun terakhir menunjukkan kinerja yang lebih baik dibandingkan dengan instrumen pasar uang seperti deposito, namun ini juga tidak terlepas dari risiko yang melekat dari instrumen tersebut. "Jika rencana penggunaan dana adalah sebagai dana cadangan darurat serta untuk transaksi sehari-hari maka rekening dana di bank adalah jawabannya. Baik dalam bentuk tabungan maupun deposito," jelasnya. Terlebih menurut Budi, bagi yang mengutamakan keamanan dana dalam jangka pendek (<2 tahun) karena adanya kebutuhan yang sudah jelas jadwalnya. Misalnya kebutuhan dana untuk uang pangkal masuk sekolah yang hitungannya sudah tinggal di bawah 2 tahun dan membutuhkan kepastian dana. Maka tabungan dan deposito adalah tempat yang sesuai.
Namun kata Budi, jika ada kebutuhan dana yang lebih panjang maka instrumen pendapatan tetap akan lebih sesuai. Namun dibalik potensi keuntungannya juga ada risiko yang menyertai. Untuk itulah menurut Budi penting sekali merumuskan terlebih dahulu tujuan dan prioritas keuangan sebelum memilih instrumen yang sesuai serta memahami dengan baik karakter dari instrumen tersebut. "Jangan hanya tergiur dari keuntungan masa lalunya saja," tegasnya. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Herlina Kartika Dewi