Menimbang produk reksadana Pratama Saham



JAKARTA. Komposisi portofolio yang seimbang menjadi salah satu strategi manajer investasi agar reksadana kelolaannya menghasilkan imbal hasil gendut. Strategi ini diterapkan PT Pratama Capital Asset Management pada reksadana saham bertajuk Pratama Saham.  

Pratama menerapkan komposisi portofolio yang seimbang antara saham unggulan (blue chip) dan lapis kedua (second liner). Presiden Direktur Pratama Capital-AM Iwan Margana mengatakan, saat ini, posisinya blue chip dan second liner masing-masing 49%. Sisanya 2% di efek pasar uang," ujarnya.

Iwan mengklaim, pemilihan strategi tersebut karena tim investasi Pratama Capital-AM bisa menemukan saham-saham lapis kedua berprospek baik yang belum banyak dikoleksi, sehingga harganya berpotensi bagus. "Second liner-nya juga terbatas, hanya yang kapitalisasi pasarnya Rp 3 triliun hingga Rp 8 triliun," paparnya.


Di sisi lain,  banyak saham bluechip yang potensi pergerakannya relatif baik dari segi fundamental bisnis. Pembagian porsi ini diharapkan bisa memaksimalkan imbal hasil dari pergerakan kedua jenis saham itu. 

Lanjut Iwan, pemilihan saham berdasarkan sektor yang terkena dampak positif tren penurunan suku bunga (BI rate) rendah. Misalnya, sektor properti yang penjualannya berpotensi naik akibat tren suku bunga rendah.

"Kami juga melihat tingkat likuiditas sahamnya dan siklus bisnisnya, sehingga pemilihan saham benar-benar hasil analisis bukan spekulasi," jelas Iwan.

Per 3 Maret 2015, produk  reksadana yang meluncur sejak 1 Mei 2006 tersebut memiliki nilai aktiva bersih per unit penyertaan Rp 6.382,18. Berarti sejak terbit, Pratama Saham telah memberikan imbal hasil sebesar 538,22%. Iwan menargetkan, Pratama Saham bisa mendulang return 25% hingga 35% pada akhir tahun ini.

Investor bisa mengoleksi produk ini dengan minimal dana Rp 5 juta. Biaya pembelian dan penjualan kembali masing-masing maksimal 1%. Biaya manajemen 2,5% per tahun, dan biaya bank kustodian 0,25% per tahun.

Analis Infovesta Utama Edbert Suryajaya mengatakan, strategi portofolio produk ini akan sangat baik jika benar ada tren penurunan suku bunga. "Sektor-sektor yang dipilih akan naik cepat," ujarnya.

Hanya saja, tren penurunan suku bunga tersebut baru sebatas ekspektasi. Pelaku pasar belum dapat memastikan tren tersebut akan terjadi tahun ini. Sehingga bisa menjadi risiko tersendiri bagi Pratama Saham.

Soal pembagian rata antara blue chip dan second  liner juga sah-sah saja dalam strategi portofolio. "MI pasti punya kajian tersendiri mengapa porsi tersebut layak diterapkan," kata Edbert.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Yudho Winarto