KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Emiten pembayar dividen interim tahun buku 2022 masih cukup banyak di sisa tahun ini. Emiten pembayar dividen ini tentu masih menarik untuk dicermati oleh investor saham. Dalam catatan KONTAN, setidaknya masih ada tujuh emiten yang bakal bayar dividen di sisa tahun ini.
Estimasi persentase dividen
yield-nya pun tergolong tinggi, ada yang di atas 5%. Analis Investindo Nusantara Sekuritas Pandhu Dewanto bilang emiten yang memiliki
dividend yield di atas 5% bisa dicermati dan akan menarik para pemburu dividen. Mengacu harga penutupan Senin (6/12), tujuh emiten ini akan membayarkan
dividend yield yang tinggi
- Pertama BFIN mencapai 2,58%,
- Kedua HRUM sebesar 4,24%,
- Ketiga TOWR 0,54%,
- Keempat MFMI 2,26%,
- Kelima POWR 3,58%,
- Keenam TBLA 5,52% dan
- Ketujuh SMMT 2,07%.
Kalau dicermati
TBLA dan
HRUM punya
dividend yield yang paling tinggi. Namun menurut Pandu, investor perlu mempertimbangkan lagi soal prospek jangka panjang kedua emiten pembayar dividen tersebut. "Atau hanya sekadar
trading memanfaatkan momentum dari sentimen dividen," tuturnya kepada KONTAN, Selasa (6/12). Memang 2022 menjadi tahun baik bagi
TBLA dan
HRUM, tapi ada risiko yang tinggi pula akibat adanya penurunan harga komoditas yang akan menurun pada masa mendatang. "Sebagian investor kurang nyaman untuk tetap berinvestasi pada kedua emiten tersebut, sehingga akan memilih untuk merealisasikan keuntungan jika terdapat apresiasi harga dalam jangka pendek," kata Pandhu. Karena itulah Pandu cenderung merekomendasikan
trading buy untuk saham pembayar dividen
HRUM dan
TBLA. Sedangkan saham
TBLA ia merekomendasikan investor bisa mencermati level Rp 700-Rp 715 untuk entry dengan target harga Rp 760-Rp 780. Selain investor bisa mencermati saham pembayar dividen yang lainnya seperti
HRUM di level Rp 1.735-Rp 1.770 dengan target di area Rp 1.865-Rp 2.000. Pada Selasa (6/12),
HRUM sebagai emiten pembayar dividen parkir di level Rp 1.770 dan
TLBA di posisi Rp 725. Berikut ini perkembangan harga dari emiten pembayar dividen interim.
- BFI Finance Indonesia Tbk (BFIN)
Selasa (6/12) saham pembayar dividen BFI Finance Indonesia Tbk (
BFIN ) ditutup memerah. Ketika bursa menutup hari perdagangan, saham
BFIN berada di harga Rp 1.085 per saham. Jika dibandingkan dengan harga pada penutupan sehari sebelumnya yakni Rp 1.100, berarti harga saham
BFIN turun 1,36%. Pada awal perdagangan, saham
BFIN dibuka di atas harga penutupan sebelumnya, tepatnya Rp 1.105 per saham.
Sempat menyentuh harga tertinggi Rp 1.110 dan harga terendah Rp 1.065, saham pembayar dividen
BFIN ditutup turun Rp 15 dalam sehari. Pada saat penutupan, harga permintaan (bid)
BFIN tertinggi Rp 1.085 per saham. Di lain sisi, harga penawaran (offer) terendah di Rp 1.090 per saham. Bursa Efek Indonesia (BEI) mencatat total nilai transaksi saham pembayar dividen
BFIN mencapai Rp 11,00 miliar. Adapun total volume saham yang ditransaksikan mencapai 101.327 lot.
- PT Harum Energy Tbk (HRUM)
Selasa (6/12) saham PT Harum Energy Tbk (
HRUM ) ditutup memerah. Ketika bursa menutup hari perdagangan, saham pembayar dividen berkode
HRUM berada di harga Rp 1.770 per saham. Apabila dibandingkan dengan harga penutupan sehari sebelumnya yakni Rp 1.775, berarti harga saham pembayar dividen
HRUM turun 0,28%. Pada awal perdagangan, saham
HRUM dibuka di atas harga penutupan sebelumnya, tepatnya Rp 1.790 per saham.
Saham
HRUM empat menyentuh harga tertinggi Rp 1.805 dan harga terendah Rp 1.765, saham
HRUM ditutup turun Rp 5 dalam sehari. Pada saat penutupan, harga permintaan (bid) saham pembayar dividen
HRUM tertinggi Rp 1.770 per saham. Di lain sisi, harga penawaran (offer) terendah di Rp 1.775 per saham. Bursa Efek Indonesia (BEI) mencatat total nilai transaksi saham
HRUM mencapai Rp 45,40 miliar. Adapun total volume saham yang ditransaksikan mencapai 254.662 lot.
- PT Sarana Menara Nusantara Tbk
Selasa (6/12) saham PT Sarana Menara Nusantara Tbk (
TOWR ) ditutup memerah. Ketika bursa menutup hari perdagangan, saham pembayar dividen berkode
TOWR berada di harga Rp 1.115 per saham. Jika dibandingkan dengan harga penutupan sehari sebelumnya yakni Rp 1.145, berarti harga saham
TOWR turun 2,62%. Pada awal perdagangan, saham TOWR dibuka sama dengan harga penutupan sebelumnya, tepatnya Rp 1.145 per saham.
Sempat menyentuh harga tertinggi Rp 1.150 dan harga terendah Rp 1.085, saham pembayar dividen
TOWR ditutup turun Rp 30 dalam sehari. Pada saat penutupan, harga permintaan (bid) tertinggi
TOWR Rp 1.110 per saham. Di lain sisi, harga penawaran (offer) terendah di Rp 1.115 per saham. Bursa Efek Indonesia (BEI) mencatat total nilai transaksi saham
TOWR mencapai Rp 41,10 miliar. Adapun total volume saham yang ditransaksikan mencapai 366.990 lot.
- PT Multifiling Mitra Indonesia Tbk (MFMI)
Pada Selasa (6/12) saham Multifiling Mitra Indonesia Tbk (
MFMI) ditutup memerah. Ketika bursa menutup hari perdagangan, saham
MFMI berada di harga Rp 795 per saham. Jika dibandingkan dengan harga sebelumnya yakni Rp 800 per saham, berarti harga saham pembayar dividen
MFMI turun 0,63%. Pada awal perdagangan, saham
MFMI dibuka sama dengan harga penutupan sebelumnya, tepatnya Rp 800 per saham.
Harga
MFMI Sempat menyentuh harga tertinggi Rp 800 dan harga terendah Rp 780, saham
MFMI ditutup turun Rp 5 dalam sehari. Pada saat penutupan, harga permintaan (bid) tertinggi
MFMI Rp 785 per saham. Di lain sisi, harga penawaran (offer) terendah di Rp 795 per saham. Bursa Efek Indonesia (BEI) mencatat total nilai transaksi saham pembayar dividen
MFMI mencapai Rp 0,00 miliar. Adapun total volume saham yang ditransaksikan mencapai 19 lot.
- PT Cikarang Listrindo Tbk (POWR )
Selasa (6/12) saham Cikarang Listrindo (
POWR) ditutup sama dengan harga sebelumnya. Ketika bursa menutup hari perdagangan, saham
POWR berada di harga Rp 690 per saham. Dibandingkan dengan harga sebelumnya (Rp 690), berarti harga saham pembayar dividen berkode
POWR sama dengan harga sebelumnya 0,00%. Pada awal perdagangan, saham
POWR dibuka sama dengan harga penutupan sebelumnya, tepatnya Rp 690 per saham.
Sempat menyentuh harga tertinggi Rp 700 dan harga terendah Rp 685, saham pembayar dividen
POWR ditutup tak berubah Rp 0 dalam sehari. Pada saat penutupan, harga permintaan (bid) tertinggi Rp 690 per saham. Di lain sisi, harga penawaran (offer) terendah di Rp 695 per saham. Bursa Efek Indonesia (BEI) mencatat total nilai transaksi saham
POWR mencapai Rp 2,20 miliar. Adapun total volume saham yang ditransaksikan mencapai 31.984 lot.
- PT Tunas Baru Lampung (TBLA)
Selasa (6/12) saham PT Tunas Baru Lampung Tbk (
TBLA ) ditutup memerah. Ketika bursa menutup hari perdagangan, saham pembayar dividen
TBLA berada di harga Rp 725 per saham. Dibandingkan dengan harga sebelumnya (Rp 730), berarti harga saham
TBLA turun 0,68%. Pada awal perdagangan, saham
TBLA dibuka sama dengan harga penutupan sebelumnya, tepatnya Rp 730 per saham.
Sempat menyentuh harga tertinggi Rp 735 dan harga terendah Rp 715, saham pembayar dividen
TBLA ditutup turun Rp 5 dalam sehari. Pada saat penutupan, harga permintaan (bid) tertinggi Rp 720 per saham. Di lain sisi, harga penawaran (offer) terendah di Rp 725 per saham. Bursa Efek Indonesia (BEI) mencatat total nilai transaksi saham TBLA mencapai Rp 1,30 miliar. Adapun total volume saham yang ditransaksikan mencapai 18.225 lot.
- PT Golden Eagle Energy Tbk
Selasa (6/12) saham PT. Golden Eagle Energy Tbk. (
SMMT) ditutup memerah. Ketika bursa menutup hari perdagangan, saham
SMMT berada di harga Rp 725 per saham. Dibandingkan dengan harga sebelumnya (Rp 730), berarti harga saham pembayar dividen
SMMT turun 0,68%. Pada awal perdagangan, saham
SMMT dibuka sama dengan harga penutupan sebelumnya, tepatnya Rp 730 per saham. Sempat menyentuh harga tertinggi Rp 740 dan harga terendah Rp 725, saham
SMMT ditutup turun Rp 5 dalam sehari.
Pada saat penutupan, harga permintaan (bid) tertinggi Rp 725 per saham. Di lain sisi, harga penawaran (offer) terendah di Rp 730 per saham. Bursa Efek Indonesia (BEI) mencatat total nilai transaksi saham pembayar dividen
SMMT mencapai Rp 0,90 miliar. Adapun total volume saham yang ditransaksikan mencapai 12.914 lot. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Syamsul Azhar