Menimbang prospek DILD setelah perubahan pemilik



JAKARTA. Kepemilikan saham PT Intiland Development Tbk (DILD) mengalami perubahan. RBC Singapura- Client A/C telah melepas kepemilikannya di DILD

Per tanggal 31 Desember 2014, RBC Singapura-Client tak lagi terdaftar sebagai pemilik saham DILD lebih dari 5%. Padahal, per 30 November  perusahaan ini masih menggenggam 7,24% saham DILD atau setara dengan 750 juta saham.

Mengutip keterbukaan, Jumat (30/1), pemegang saham DILD lebih dari 5% antara lain Credit Suisse AG Singapura Truss Acc CL ST Inv Ltd dengan kepemilikan saham 19,89% atau sebanyak 2.062.069.602 dan UBS AG Singapura S/A Trust Inv Partners PTE Ltd dengan porsi 22,24% atau setara dengan 2.305.877.364 lembar saham. Porsi kepemilkan keduanya tidak mengalami perubahan.


Thendra Crisnanda, Analis BNI Securities menilai perubahan kepemilikan saham suatu hal yang wajar. Pasalnya, investor yang memiliki saham lebih dari 5% pada satu emiten merupakan investor horizon yang mengharapakan pengembalian tingkat yang wajar.

"Wajar kalau investor lepas dengan harga sesuai yang diharapkan,' ungkap Thendra.

Meskipun saham DILD sudah tergolong premium karena Price Earning (PE) DILD sudah 15 kali lebih tinggi di atas kompetitornya seperti APLN yang memiliki kinerja yang cukup bagus dengan PE 12,5 kali, menurut Thendra, prospek emiten DILD masih cukup bagus.

Thendra menerangkan, tidak masalah membeli saham yang memiliki PE tinggi asalkan Earning Growth (EG) masih bagus. "Kalaupun harga sahamnya mahal tapi pertumbuhan labanya bagus tetap saham tersebut layak dikoleksi," kata dia menjelaskan.

Namun secara bisnis, Thendra melihat tantangan DILD tahun ini cukup berat sebagaiman sektor properti lainnya. Pertumbuhan sektor properti akan terbatas karena suku bunga yang masih cukup tinggi dan rencana kebijakan pemerintah yang pro kontra.

Salah satunya, rencana pemerintah memperluas Penerimaan pajak Barang Mewah (PPnBM) untuk rumah yang sebelumnya diatas Rp 10 miliar menjadi Rp 2 miliar dan tanah lebih dari 200 meter persegi akan semakin menekan sektor properti. Thendra bilang, itu akan semakin menekan sektor properti meski pemerintah juga berencana menghapus PBB, NJOP dan BPHT. 

Kendati demikian, Thendra melihat DILD masih bisa menghadapi tantangan tersebut dengan adanya rencana proyek pembangunan pulau buatan di Pluit. Kalau melihat APLN yang target pendapatannya  dari proyek reklamasi Pulau buatan, DILD juga akan mempunya sumber pendapatan yang baru. "Ini bisa positif terhadpa DILD tapi harus benar-benar dianalisa lebih baik proyeksnya," tambahnya.

Hans Kwee, Direktur Investa Saran Mandiri memperkirakan, prospek saham DILD masih bagus tahun ini karena banyak bermain di bisnis apartemen.  

Kendati tantanagn sektor properti tahun ini berat, Hans bilang, prospek apartemen di Jakarta masih cukup cerah karena kebutuhan masyarakat akan hunian di tengah kota masih cukup tinggi. “Orang sekarang butuh hunian yang strategis di tengah kota sehingga prospek apartemen masih bagus,” jelasnya.

Hans mengatakan aksi lepas saham yang dilakukan RBC Singapura-Clients kemungkinan untuk mendapatkan imbal hasil yang wajar. Sebab, tantangan sektor properti tahun ini masih cukup berat sehingga pertumbuhan sahamnya investor melakukan aksi ambil untung.

Thendra merekomendasikan hold terhadap saham DILD dengan target harga 605. Adapaun Hans merekomendasikan buy dengan target Rp 740.  Pada Penutupan perdagangan, Jumat (30/1) saham DILD ditutup di level Rp 620. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Sanny Cicilia