Menimbang Prospek Emiten yang Sedang Marak Gelar Buyback Saham



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Aksi korporasi berupa pembelian kembali (buyback) saham cukup semarak. Analis menilai emiten memanfaatkan momentum valuasi yang masih murah di tengah fluktuasi pasar saham.

Ada sejumlah emiten yang sudah dan sedang menggelar buyback saham. Yang terbaru ada PT Delta Dunia Makmur Tbk (DOID) yang mengumumkan perpanjangan buyback saham untuk periode 25 Januari hingga 24 April 2023.

Dalam keterbukaan informasi 7 Maret 2022, untuk aksi korporasi ini DOID menyiapkan dana hingga US$ 33 juta. Sebelumnya, emiten jasa pertambangan ini menggelar buyback 711.700.000 saham pada 7 Maret - 6 Juni 2022 dan 8 September - 7 Desember 2022. 


Emiten lain yang membeli kembali sahamnya adalah PT Merdeka Copper Gold Tbk (MDKA). Perusahaan tambang mineral ini telah menyelesaikan pelaksanaan buyback sebanyak 61.468.500 lembar saham pada Juli 2022.

Baca Juga: Delta Dunia Makmur (DOID) akan Perpanjang Periode Buyback Saham hingga 24 April 2023

Dalam Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) 10 Juni 2022, MDKA berencana melakukan buyback maksimal 0,5% saham dari seluruh modal ditempatkan dan disetor penuh. Alokasi dana yang disiapkan mencapai Rp 600 miliar.

Aksi buyback itu akan dilakukan paling lama 18 bulan sejak disetujui RUPSLB, atau hingga 10 Desember 2023. Namun, MDKA mengakhiri lebih dini masa buyback, yakni pada 20 Januari 2023.

Selanjutnya ada emiten menara telekomunikasi PT Tower Bersama Infrastructure Tbk (TBIG). TBIG melakukan transaksi pada periode 25 Juli - 12 Oktober 2022 dan 13 Oktober 2022 - 12 Januari 2023.

Total saham yang dibeli kembali MDKA pada dua periode tersebut berjumlah 368.740.400 lembar, dengan harga rata-rata Rp 2.394 per saham. Dalam aksi ini, TBIG merogoh kocek sebesar Rp 882,59 miliar.

Emiten berikutnya adalah PT United Tractors Tbk (UNTR). Selama periode buyback pada 12 Juli 2022 - 11 Januari 2023, emiten Grup Astra ini telah membeli kembali saham sebanyak 98.326.000 lembar senilai Rp 3,18 triliun.

Corporate Secretary PT United Tractors Tbk Sara K. Loebis, mengatakan aksi buyback merupakan langkah yang ditempuh untuk mengembalikan cash kepada pemegang saham, selain melalui pembayaran dividen. Dengan buyback, jumlah saham yang beredar berkurang, sehingga laba per saham (earning per share) akan meningkat.

"Nantinya setiap saham diharapkan akan memiliki persentasi yang lebih tinggi atas keuntungan perusahaan di masa yang akan datang," kata Sara kepada Kontan.co.id, Rabu (25/1).

Sara bilang, untuk tahun ini UNTR tidak berencana kembali menggelar buyback saham. 

"Pada tahun 2023 tidak ada rencana, karena dana yang ada dibutuhkan untuk project-project lainnya," ungkap Sara.

Head of Equity Research Kiwoom Sekuritas Indonesia Sukarno Alatas membeberkan, emiten punya beragam pertimbangan dalam menggelar buyback. Di antaranya untuk menjaga stabilitas harga atau mengontrol harga supaya tidak turun lebih dalam lagi.

Alasan lainnya, emiten memiliki cash yang berlebih serta optimistis terhadap pertumbuhan kinerja bisnisnya. Dengan begitu, berpeluang mendapatkan capital gain, karena pada umumnya kinerja apik akan diikuti kenaikan harga saham.

"Aksi buyback akan meningkatkan kepercayaan investor untuk tetap berinvestasi. Karena jika saham yang beredar di publik sudah terlalu tinggi, akan sangat sulit dikendalikan harganya," terang Sukarno kepada Kontan.co.id, Rabu (25/1).

Baca Juga: Usai Gelaran Buyback Saham, Analis Rekomendasikan Beli Saham Tower Bersama (TBIG)

Equity Research Analyst Phintraco Sekuritas Alrich Paskalis Tambolang menambahkan, buyback dilakukan lantaran harga pasar dinilai masih lebih murah dibanding dengan valuasi perusahaannya. Di samping itu, aksi buyback juga untuk mempersiapkan cadangan modal lewat saham treasury.

"Menyerap kepemilikan publik agar dijadikan saham treasury, mempersiapkan cadangan modal yang dikemudian hari dapat kembali dijual untuk mendapatkan capital gain saat harga naik," terang Alrich.

Meski begitu, respons investor terhadap saham emiten yang menggelar buyback cukup bervariasi. Sebab, di tengah aksi buyback, berbagai sentimen lain turut mempengaruhi, terutama dari sisi prospek sektoral seperti pertimbangan pada efek harga komoditas.

"Perhatikan sektornya apakah sedang berada dalam tren positif atau sebaliknya, serta kinerjanya seperti apa. Buyback tetap direspons positif, namun hanya temporary karena sekarang uncertainty risk masih tinggi," kata Alrich.

Research Analyst Reliance Sekuritas Lukman Hakim menimpali, ramainya aksi buyback juga didorong tren pasar saham yang relatif volatile, tercermin dari pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG).

"Sentimen lebih beragam, yang tidak hanya berasal dari pandemi Covid-19," imbuhnya.

Lukman bilang, pembelian saham buyback tidak seperti transaksi yang dilakukan oleh investor besar. Aksi buyback lebih bertahap. Meski masih bisa memberikan sentimen positif untuk pergerakan harga sahamnya, namun kenaikan tidak terlalu signifikan.

Menimbang prospek bisnis dan pergerakan saham emiten yang menggelar buyback, Lukman menjagokan saham MDKA dengan target resistance ke level harga Rp 5.450.

Sementara itu, Sukarno mencermati saham UNTR dan MDKA. UNTR berpotensi membagikan dividen dengan jumlah jumbo seriring lonjakan kinerja pada tahun lalu. Secara sektoral, MDKA bisa menjadi alternatif dalam jangka pendek hingga menengah.

Hanya saja, secara teknikal pelaku pasar bisa wait and see terlebih dulu. 

"Saat ini secara harian belum ada sinyal buy kembali. Jadi harus menunggu konfirmasi sinyal penguatan berikutnya jika ingin trading buy," sebut Sukarno.

Alrich punya pandangan serupa. Secara fundamental, keempat emiten yang disebutkan di atas masih berkinerja solid. Tapi secara teknikal, ada potensi pullback. 

"Mayoritas masih berada di overbought area dengan kecenderungan membentuk death cross, sehingga wait and see dulu," tandasnya. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Herlina Kartika Dewi