Menimbang prospek obligasi global milik BRAU



JAKARTA. PT Berau Energy Tbk (BRAU) sedang mengkaji penerbitan obligasi global (global bond) sekitar US$ 450 juta. Dana hasil penjualan obligasi rencananya akan digunakan untuk membeli kembali (buyback) obligasi global yang diterbitkan pada 2010 dengan nilai sama. Perseroan memiliki opsi beli (call option) obligasi 2010 pada 3 Juli 2013. BRAU terbilang berani jika benar-benar merealisasikan rencananya ini. Pasalnya, kondisi pasar obligasi sedang kurang kondusif. Apalagi, trending topic yang melekat pada perusahaan Grup Bakrie selama ini juga tentang ketidakmampuan membayar utang. Kepala Riset Trust Securities, Reza Priyambada mengatakan, sebenarnya bukan menjadi masalah jika BRAU menerbitkan global bond karena ini terkait sumber pendanaan perusahaan. "Tapi, ada beberapa konsekuensi yang wajib dipertimbangkan," imbuhnya, Jumat (5/7). Menurutnya, namanya global bond, maka investor yang dibidik pasti investor asing. Kebetulan, saat ini data perekonomian Amerika Serikat (AS) mulai membaik. Jadi, jika melihat dari sisi timing dan ekonomi makro maka global bond ini bisa menjadi pertimbangan bagi para investor. "Tapi, data yang membaik itu merupakan pemulihan ekonomi di level bawah, belum mencapai level industri," jelas Reza. Hal tersebut bisa membuat global bond yang diserap pasar tidak mencapai 100%. Kalau pun laku terjual, para investor pasti meminta yield yang lebih tinggi. Soalnya, mindset investor saat ini adalah bagaimana caranya untuk bisa mengamankan investasi miliknya di tengah pasar yang sedang fluktuasi seperti saat ini. Jadi, jika ada penerbitan obligasi, mereka akan meminta yield yang tinggi untuk mengompensasi aset lainnya. Nah, permintaan yield yang tinggi ini pasti menjadi tambahan utang untuk BRAU. "Masalahnya, apakah BRAU mau memiliki tambahan utang?," pungkas Reza. Dimintai konfirmasi terpisah, Satrio Utomo, Kepala Riset Universal Broker Indonesia, memberikan pendapat yang hampir mirip. Menurutnya, penerbitan global notes ini memiliki unsur kepercayaan sehingga seharusnya predikat yang sedang melekat di Grup Bakrie bisa dikesampingkan. Tapi, lanjut Satrio, jika melihat kondisi harga batubara yang sedang seperti ini rasanya opsi penerbitan global bond bukan merupakan pilihan yang paling bijak. "Jadi, menerbitkan utang buat apa? Kok, malah jadi memperbesar risiko?" ujarnya.

Berjalan muluskan rencana BRAU? Kita tunggu hasilnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Editor: