JAKARTA. PT Tower Bersama Infrastructure Tbk (TBIG) akan membeli kembali (buyback) saham dalam jangka waktu 18 bulan. Emiten milik Grup Saratoga itu akan buyback saham maksimal 239,8 juta saham setara 5% dari modal ditempatkan dan disetor. TBIG menganggarkan senilai Rp 1,44 triliun. Berdasarkan harga 25 hari bursa, TBIG punya kesempatan membeli kembali saham sampai di harga Rp 6.000 per saham. Rencana tersebut ternyata mampu mengangkat harga saham TBIG yang belakangan turun. Selasa (2/7), harga TBIG naik 0,97% ke Rp 5.200 per saham.
Reza Nugraha, analis MNC Securities menilai, TBIG mengambil kesempatan buyback saham saat harganya sedang turun. Aksi ini bisa menjadi salah satu cadangan amunisi untuk TBIG. "Kalau harganya naik, bisa dilepas kembali," ujar dia. Namun, Reza menilai, manfaat buyback ini hanya akan terbatas meningkatkan earning per share (EPS) TBIG. Bila EPS naik, jumlah dividen yang dibagikan bisa meningkat. Selain itu, TBIG bisa lebih fleksibel mengelola modal. Hitungan manajemen TBIG, setelah buyback total aset akan merosot menjadi Rp 12,88 triliun dari sebelum buyback Rp 14,32 triliun. Sementara, jumlah ekuitas setelah buyback juga turun menjadi Rp 2,81 triliun dari Rp 4,25 triliun. Porsi saham publik juga akan menurun dari 37,48% menjadi 32,48%. Namun, imbal hasil terhadap aset (ROA) akan meningkat menjadi 6,5% dari 5,8%. Reza yakin, harga TBIG bisa menuju ke Rp 6.000. Sebab, harga TBIG pernah ke level tertinggi di Rp 6.100 pada Maret 2013. Tapi, analis Ciptadana Securities, Triwira Tjandra menduga, aksi buyback tersebut belum bisa mengangkat harga TBIG ke level Rp 6.000. Menurut Triwira, saat ini valuasi harga TBIG sudah mahal sehingga potensi rebound tipis. Apalagi, jumlah saham buyback hanya 5%. Triwira mengatakan, intervensi TBIG itu terlalu cepat. Padahal, buyback ini membutuhkan dana besar, sementara tingkat utang TBIG cukup mengkhawatirkan. Menurut dia, lebih baik TBIG mengalokasikan dana untuk mempercepat pembayaran utang. Selama ini, TBIG selalu gali lubang tutup lubang untuk refinancing. Dalam jangka panjang, utang TBIG bisa membebani kinerja. "Beban bunga bisa menggerus laba bersih TBIG," kata Triwira.
Reza juga mencermati, rasio utang terhadap ekuitas (DER) TBIG yang sudah 2,2 kali. DER yang cukup tinggi itu bisa mengganggu performa keuangan TBIG. Apalagi TBIG juga menerbitkan obligasi dollar yang terancam fluktuasi nilai tukar. "Dengan nilai sebesar itu cukup sayang digunakan untuk buyback. Kalau mempercepat pembayaran utang, bisa meningkatkan margin," kata Reza. Triwira masih yakin, pendapatan TBIG tahun ini bisa naik 50,43% menjadi Rp 2,58 triliun. Sementara laba bersih berpotensi naik 42,5% menjadi Rp 1,2 triliun. Analis Indo Premier Securities, Agus Pramono dalam risetnya memprediksi, tahun ini pendapatan TBIG bisa Rp 2,7 triliun dengan laba bersih Rp 1,2 triliun.. Karena itu, Agus masih merkomendasikan beli saham TBIG dengan target harga Rp 6.050. Sementara, Reza merekomendasikan hold di harga Rp 6.500. Adapun, Triwira menyarankan buy saham TBIG dengan target harga Rp 5.950 per saham. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Avanty Nurdiana