Menonton film di bioskop memang jauh lebih seru ketimbang menonton di rumah. Maka itu, meski marak kaset VCD atau DVD bajakan tak membuat bioskop kehilangan penonton. Itu pula sebabnya, Muhammad Miftahun Huda, pemilik Inspiration Cinema (I-Cinema) asal Semarang, Jawa Tengah, berani mendirikan usaha bioskop mini dengan kapasitas penonton empat sampai 15 orang. Agar usahanya semakin berkembang, mulai Mei 2012 lalu, pria yang akrab disapa Mifta ini resmi menawarkan kemitraan. Lantaran masih baru, ia belum memiliki mitra. "Sudah banyak berminat dan sekarang lagi dijajaki," ujarnya.
Mifta sendiri telah memiliki satu gerai I-Cinema di Semarang. Di gerainya, ia membuka satu studio besar ukuran 4 meter (m) x 8 m, dan studio kecil ukuran 4 m x 3 m. Selain studio bioskop, ia juga membuka tempat coffee shop ukuran 3 m x 10 m. Coffee shop ini menawarkan aneka menu minuman kopi. Tarif bioskop dibanderol Rp 50.000 per film pada pukul 11.00 - 15.00. Dari pukul 15.00 - 20.000, tarifnya naik menjadi Rp 60.000 per film.Pada akhir pekan, tarifnya naik Rp 10.000 dari harga normal. Sementara untuk studio besar yang dapat menampung 10-15 penonton akan dikenakan tarif Rp 50.000 per dua orang. Kecuali, kalau sudah di-booking untuk kelompok tertentu akan dikenakan tarif Rp 100.000 per 10 orang. Bagi yang berminat menjadi mitra, Mifta menawarkan satu paket senilai Rp 80 juta, dengan masa kerjasama selama dua tahun. Dengan biaya sebesar itu, mitra mendapatkan dua unit TV LED ukuran 52 inci, lima sound, rental film dalam bentuk DVD, komputer, sofa tempat menonton, dan peralatan coffee shop. Peralatan yang diberikan sebenarnya bersifat fleksibel tergantung kapasitas ruangan yang dimiliki mitra. Bila memiliki dua ruangan berukuran 3 m x 4 m, maka mitra akan mendapatkan perlengkapan seperti disebutkan di atas. Namun, bila ruangannya hanya ada satu dengan ukuran 4 m x 8 m, mitra akan mendapatkan proyektor dan layar ukuran 2 m x 2 m. "Jadi tidak ada TV LED," ujarnya. Terkait pasokan film, di awal I-Cinema akan memberikan 300 judul film yang diset di hardisk komputer dan siap diputar setiap saat. Semua film itu ada DVD aslinya. "Jadi mitra bisa merentalkan DVD tersebut," jelas Mifta. Selanjutnya, mitra bisa memesan film-film baru ke pusat. Soal omzet, di bulan pertama mitra diperkirakan bisa mengantongi Rp 15 juta. Setelah empat bulan, omzet mitra bisa mencapai Rp 30 juta per bulan, dan laba 50%-70% dari omzet. Masa balik modalnya sekitar setahun. Ketua Dewan Pengarah Waralaba dan Lisensi Indonesia (WALI) Amir Karamoy menilai, usaha ini berprospek di daerah yang belum memiliki bioskop. Asalkan pengelola memilih lokasi yang pas dan tahu persis target pasarnya.
Maklum, bisnis bioskop punya pesaing. "Tayangan film di TV sudah bagus, langganan film di televisi berbayar juga banyak," ujar Amir.Bahkan, orang sudah bisa menonton film via internet. Jadi, akses menonton film saat ini telah banyak. Belum lagi pemanfaatan hak cipta film. Sebab belum tentu distributor film rela menjual film untuk dikomersialkan lagi. Dus, itu sejumlah tantangan di bisnis ini. I Cinema Jl Sirojudin, Tembalang, Semarang, Jawa Tengah HP: 081328604856 Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Havid Vebri