Menjadi jutawan berbekal panggung stand up comedy



Bermula dari gemar melihat, belakangan, Asep Suaji bahkan terjun dan menikmati lawakan tunggal atau biasa disebut stand up comedy. Asep berkisah, sekitar tahun 1998, ia mulai mengenal dunia stand up comedy dari berbagai acara di luar negeri.

Tertarik akan model lawakan itu, Asep lantas mempelajari caranya via Youtube. Ia juga mencoba menjajal di pelbagai kesempatan kompetisi lawak.

Pada pertengahan tahun 2011, ia menjadi finalis kompetisi Stand Up Comedy yang diadakan Kompas TV. Dari situ, ia kerap diminta tampil di berbagai acara.


Menurut Asep, stand up comedy itu berbeda dari jenis lawakan lain. Salah satu pembedanya adalah jenis lawakan ini memiliki unsur ekspresi diri cukup besar. "Stand up comedy itu bagian dari freedom of speech," tuturnya.

Para comic atau pelawak menyiapkan dan membawakan materi sendiri. Tema-tema yang diangkat bisa merupakan keresahan dalam diri, seperti tema percintaan, sepakbola, hingga politik.

Bahkan, ia menilai, stand up comedy bisa dijadikan sarana kritik sosial, namun tetap dikemas dalam humor. Lantaran tema diangkat dari kehidupan sehari-hari, materi stand up comedy lebih bisa menyentuh penonton.

Karena itu, setiap saat merupakan masa pencarian materi. Oleh karena itu, Asep kerap mencatat kejadian yang dialami sehari-hari dan menurutnya menarik untuk dijadikan materi lawakan.

"Selain menyiapkan materi, tingkat kesulitan comic adalah menyampaikannya dengan lucu dan menarik," ujar Asep. Meski materi bagus dan menarik, jika cara penyampaiannya kurang lucu, penonton tidak akan tertawa.

Untuk itu, comic perlu sering berlatih cara penyampaian, mulai ekspresi, intonasi, hingga gerak tubuh dalam ber-stand up comedy. Asep memberikan sedikit tips yang biasa dilakukan dalam stand up comedy.

Dalam sekali tampil, biasanya ada beberapa cerita lawakan yang akan dibawakan. Cerita terlucu kedua biasanya dipasang di awal. Tujuannya untuk menarik perhatian penonton agar menyimak comic.

Lalu, ia simpan cerita terlucu untuk ditaruh di bagian akhir. "Yang paling lucu biasanya ditaruh di closing agar klimaks dan meninggalkan kesan," ujar Asep.

Selain di televisi, seperti Kompas TV, Metro TV, Indosiar, dan Trans TV, Asep kerap diminta mengisi acara korporat. Di antaranya, ia pernah mengisi acara Telkomsel dan Hotel Borobudur.

Untuk acara korporat, biasanya ia juga meminta materi yang terkait dengan korporat tersebut untuk bahan lawakan. Tarif Asep untuk sekali tampil berkisar antara Rp 3 juta hingga Rp 5 juta.

Ia enggan menyebutkan penghasilannya per bulan. Namun, jika para comic bekerja keras dan menekuni profesi ini, ia yakin omzet puluhan juta rupiah bisa dikantongi setiap bulannya. "Waktu sedang gencar, saya bisa dua kali hingga tiga kali tampil dalam seminggu," tuturnya.

Menjadi comic telah membawa Asep tampil tak hanya di Jakarta, namun juga di Solo, Semarang, Palembang, hingga Samarinda. Ia juga kerap ditawari mengisi acara komedi. Misalnya, ia rutin membintangi acara Sketsa di Trans TV dan menjadi co-host di sejumlah televisi.       

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Havid Vebri