Menjaga sepatu dan tas tetap tampil berkelas



Usaha jasa perbaikan sepatu dan tas di pusat perbelanjaan semakin dilirik oleh pelaku usaha. Sebab, di tempat seperti itu konsumen akan mudah mengaksesnya. Sistem jemput bola inilah yang mendongkrak pendapatan pelaku usaha.Hobi mengoleksi tas bermerek yang harganya selangit memang menjadi wajar di kalangan masyarakat kota besar. Bagi para perempuan kelas atas seperti artis, pengusaha, dan ibu-ibu pejabat, menenteng tas mewah beragam merek seperti Prada, Luis Vuitton, Gucci, Fendi, hingga Cristian Dior sekaligus menunjukkan prestise. Namun, untuk memelihara tas impor yang harganya selangit tersebut ternyata tidak mudah. Jika tas terkena noda dan Anda salah membersihkan, bukan tidak mungkin tas kesayangan Anda malah rusak dan kehilangan kecantikannya. Karena itu, bila ada kerusakan, para pemilik tas premium tersebut rela merogoh kocek lebih untuk merawat koleksi kesayangannya. Maklum, harga satu unit tas bisa mencapai puluhan juta rupiah. Nah untuk memperbaiki atau merawat tas-tas mahal itu, sang empunya tidak mau sembarangan menyerahkan perbaikan tasnya pada sembarang tukang reparasi. Sebab mereka tidak mau koleksi tasnya itu bisa semakin rusak. Alhasil, mereka pun akan mencari gerai reparasi tas yang memang memiliki keahlian di bidang perbaikan tas mahal. Merespons hal itu, beberapa tahun terakhir muncul beberapa pelaku usaha yang menawarkan jasa perawatan dan perbaikan untuk tas-tas bermerek. Layanan usaha ini biasanya juga sekaligus melayani perbaikan sepatu. “Seiring dengan perkembangan fashion khususnya tas, usaha jasa perbaikan tas untuk kalangan menengah atas ini memang terlihat potensial,” kata Riamanda, pemilik gerai perbaikan tas dan sepatu bernama JustAlvin. Riamanda membuka usahanya pada Maret 2012 di Mal Lippo Cikarang. Sebelumnya Riamanda bekerja di perusahaan serupa. Berbekal dengan pengalamannya itu, dia memberanikan diri untuk membuka usaha sendiri karena melihat potensi usaha ini cukup besar. “Karena masih terbilang pemain baru, yang datang ke sini untuk reparasi baru sekitar 100 konsumen per bulan,” kata Riamanda.Pasar potensi usaha ini ternyata tidak hanya di Jakarta. Buktinya, pada November nanti, Colorwash akan membuka satu gerai di Surabaya, Jawa Timur. Colorwash merupakan usaha yang bergerak di bidang jasa perbaikan dan perawatan tas dengan mengambil waralaba dari Singapura. Di Jakarta, Colorwash punya gerai di Basement Plaza Indonesia, Jakarta. Ticco Chandra, pemilik Colorwash, bilang, celah bisnis perawatan tas ternyata tidak kalah cantik dengan bisnis jual beli tas mahal. Pertumbuhan pengguna tas mahal yang cukup signifikan menjadi alasannya untuk mengembangkan usaha ini di Indonesia. Rujukannya bisa dilihat dari banyaknya gerai tas mewah yang dibuka di sejumlah pusat perbelanjaan. Kesepakatan tarifSejak berdiri pada Januari 2010, Colorwash sudah menangani ribuan tas dengan beragam kasus. Colorwash menerima order pembersihan untuk tas dengan beragam jenis bahan seperti kulit, kain, suede, dan kanvas. Sedangkan untuk pewarnaan, Ticco bilang, Colorwash hanya menerima tas dengan bahan kulit. Selain pembersihan dan pewarnaan, Colorwash juga menerima perbaikan untuk kerusakan ringan. Pewarnaan sendiri kerap menjadi solusi pada tas yang mengalami kerusakan ringan seperti tergores, lecet, atau terkena noda yang susah dihilangkan. Meski prioritas Colorwash adalah produk tas dan sepatu, Ticco juga melayani jasa perawatan produk lain seperti dompet atau jaket kulit.Tarif yang dipatok untuk memperoleh jasa Colorwash beragam. Untuk pembersihan, tarif yang dipatok berkisar antara Rp 90.000–Rp 390.000. Sedangkan untuk pewarnaan, pelanggan harus merogoh kocek lebih dalam, yakni Rp 490.000 hingga jutaan rupiah. Ticco menambahkan, harga juga bisa berubah, tergantung dari kasus dan jenis barang yang ingin mendapat perawatan.Riamanda mengatakan, setelah melihat tingkat kerusakan barang, ia biasanya menyampaikan ke konsumen soal asumsi biaya yang harus ditanggung sang empunya barang. “Jangan sampai konsumen komplain karena ongkos jasa kita dinilai kemahalan,” jelasnya. Riamanda mematok tarif terendah Rp 10.000 hingga ratusan ribu untuk biaya jasanya.Top N Way, jasa reparasi tas dan sepatu di Giant Ciputat, memasang tarif yang sama. “Kalau rusaknya minim, tarifnya cuma puluhan ribu. Kalau berbahan kulit, biasanya tarifnya bisa sampai ratusan ribu,” kata Muhjid Ridwan, salah seorang karyawan Top N Way. Tarif jasa yang ditetapkan JustAlvin dan Top N Way lebih rendah lantaran jenis tas yang mereka perbaiki tidak semua berharga jutaan rupiah. Selain itu biaya sewa lokasi usaha mereka yang tidak terlalu mahal juga mempengaruhi terhadap biaya jasa yang diberlakukan ke konsumen. • Lokasi usahaLantaran segmen usaha ini adalah kalangan menengah atas, untuk membangun kepercayaan, sebaiknya pilihlah lokasi yang merepresentasikan kualitas layanan Anda. Pusat perbelanjaan menjadi salah satu pilihan utama. Ticco memilih membuka usaha di Plaza Indonesia lantaran mengincar segmen kalangan atas. Selain itu, di lokasi tersebut, banyak butik-butik tas mahal sehingga akan memudahkan konsumen untuk mengakses Colorwash. Ticco juga menjalin kerjasama dengan beberapa butik tas branded seperti Bottega Veneta, Burberry, Chanel, Gucci, Dior, dan Fendi untuk memudahkan menggaet konsumen.Sementara itu, JustAlvin dan Top N Way memilih lokasi pusat perbelanjaan seperti Lippo Cikarang dan Giant karena mereka ingin mengincar segmen menengah. “Meskipun pasarnya lebih luas, tetapi tarif juga menyesuaikan,” jelas Ridwan. Lokasi ini dipilih karena target mereka adalah wanita. Selain di Giant Ciputat, Top N Way juga membuka gerai di Hero, Gatot Subroto Jakarta.Ridwan mengatakan, biaya sewa lokasi Top N Way sekitar Rp 4 juta per bulan. “Kalau di mal besar biasanya bayarnya pakai dollar AS. Jadi kalau mau membuka usaha ini, ya, sebaiknya dipertimbangkan dengan modal yang dimiliki,” ujarnya. Dalam sehari, Top N Way bisa mendapatkan 15 pelanggan hingga 20 pelanggan. Omzet yang diperoleh sekitar Rp 1 juta hingga Rp 1,3 juta per hari atau sekitar Rp 30 juta hingga Rp 39 juta per bulan.Sedangkan Colorwash, dalam sehari bisa menerima jasa pembersihan dan perawatan tiga unit tas dan tiga pasang sepatu. Dalam sebulan, transaksinya bisa mencapai 60 unit–90 unit dengan asumsi omzet mencapai Rp 1,6 juta per hari atau Rp 48 juta per bulan. Sayangnya, Ticco enggan menjelaskan berapa persen keuntungan bersih yang diperolehnya.• Modal usahaMeski pendapatan yang diperoleh cukup lumayan, Ticco bilang, waktu yang diperlukan untuk balik modal cukup lama yakni dua tahun hingga tiga tahun. Pasalnya, untuk memulai bisnisnya ini memang butuh modal cukup besar. Investasi terbesar dikucurkan untuk merenovasi lokasi usaha, membeli peralatan seperti mesin cuci khusus tas dan sepatu, mesin pengering, dan mesin pewarnaan. Semua peralatan yang dimiliki Colorwash diimpor langsung dari Korea. “Harga keseluruhan alat mencapai ratusan juta rupiah,” tutur Ticco.Sementara itu Ridwan mengatakan, untuk memulai usaha ini, bisa saja hanya mengucurkan modal kurang dari Rp 100 juta. “Semua tergantung di mana kita akan membuka lokasi dan besarnya investasi perlengkapannya,” jelasnya. Menurut Ridwan, untuk memulai usaha ini, cukup memiliki mesin jahit untuk tas, mesin sepatu, dan mesin duplikasi kunci masing-masing satu unit. Ridwan bilang, harga paling mahal memang mesin sepatu, yakni untuk kualitas standar yang harganya bisa mencapai Rp 50 juta per unit. Sementara harga mesin jahit sekitar Rp 5 juta.Sementara itu, pembelanjaan peralatan lainnya seperti aneka gunting, lap, jarum, benang, sikat sepatu ataupun sikat tas tidaklah besar. Perkiraannya hanya menghabiskan dana sekitar Rp 3 juta. Pembelian perlengkapan gerai seperti rak, meja, dan kursi membutuhkan dana sekitar Rp 15 juta. Renovasi gerai dan pembuatan papan nama usaha paling tidak menghabiskan dana Rp 10 juta. Terkait dengan pengeluaran rutin bulanan, biaya yang digelontorkan antara lain untuk membayar gaji karyawan, sewa tempat, belanja peralatan, dan pulsa. Gaji yang diberikan tidak besar, dengan kisaran Rp 2 juta per bulan. Sementara untuk sewa tempat di area supermarket, alokasi dananya Rp 4 juta per bulan. “Biasanya sudah termasuk biaya listrik,” kata Ridwan. Sedangkan biaya operasional seperti untuk pulsa dan transportasi sekitar Rp 500.000. Untuk belanja peralatan dan perlengkapan seperti lem, benang, pelumas, sol sepatu, ritsleting, dan kemasan biasanya hanya menghabiskan dana sekitar Rp 3 juta. Menurut Ridwan, pembelanjaan ini tidak rutin karena produk-produk tersebut tidak baik juga disimpan terlalu lama sebab kualitas akan menurun. Misalnya pembelanjaan ritsleting atau sol sepatu tergantung dari kebutuhan, tidak harus belanja rutin. Untuk promosi, mereka tidak menyediakan  anggaran khusus. “Yang penting memberikan layanan terbaik agar konsumen menjadi agen promosi kita,” kata Riamanda.    

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Editor: Tri Adi