Menjahit laba dari kerajinan limbah bulu domba



Sampah kemasan plastik, botol plastik, dan koran bekas sudah banyak dijadikan bahan baku kerajinan dari limbah. Tapi tidak dengan Tatang Gunawan. Pria lulusan Institut Pertanian Bogor (IPB) ini menggunakan limbah bulu domba sebagai bahan baku kerajinan. Bulu domba yang mengandung keratin memiliki sifat yang sama dengan plastik, yakni bisa merusak tanah karena sulit terurai di lingkungan seperti tanah.

Oleh sebab itu, Tatang berinisiatif untuk memecahkan masalah tersebut. "Kalau di negara lain seperti Australia bulu domba dimanfaatkan untuk membuat wol. Tapi kalau di Indonesia para peternaknya menganggap itu tidak bermanfaat sehingga dibuang begitu saja," kata Tatang.

Pria asli Garut ini memulai membuat kerajinan bulu domba sejak akhir tahun 2013 bersama empat temannya. Namun, produknya baru dikomersialkan pada Maret 2014 dengan mengusung nama Ecodoe yang berasal dari kata Eco yang berarti lingkungan dan Doe yang berarti domba.


Tatang membuat kerajinan tangan berupa karakter boneka domba dan binatang lainnya yang terbuat dari limbah bulu domba asli yang dipadukan dengan akar wangi. Selain berfungsi sebagai pajangan, boneka domba ini juga berfungsi sebagai pengharum ruangan dengan akar wangi tersebut.  

Untuk membuat produk dari akar wangi dan bulu domba ini, Tatang dibantu oleh 10 orang ibu rumah tangga yang berada di sekitar kampus IPB dan Garut, Jawa Barat. Ibu-ibu tersebut mengerjakan produk Ecodoe di rumah masing-masing. Dalam sebulan, mereka bisa memproduksi lebih dari seratus boneka.

Menurutnya, tidak sulit dalam membuatnya. "Saya rasa semua orang bisa membuatnya. Yang pasti ya harus belajar dulu," kata Tatang. Prosesnya, akar wangi dililit dengan benang lalu dibentuk menyerupai domba. Setelah itu, bulu domba dijahit di permukaan akar wangi yang sudah dibentuk menyerupai badan domba.

Sebelumnya, bulu domba tersebut sudah dilakukan sterilisasi menggunakan deterjen. Agar warnanya terlihat putih dan bersih, Tatang juga merendamnya dengan pemutih. Agar boneka lebih menarik, boneka domba itu dipasangi beberapa aksesori, seperti pakaian dan topi.

Melalui bisnis ramah lingkungan ini, Tatang bisa meraup omzet sekitar Rp 5 juta−Rp 10 juta per bulan. Harga jual produknya sekitar Rp 70.000−Rp 135.000 per unit.  Banyak pembelinya tertarik membeli lantaran produknya yang unik. Tatang bilang, banyak pembeli boneka domba Ecodoe di antaranya adalah wisatawan yang membeli langsung di toko-toko yang bekerja sama dengan Tatang.

Saat ini produknya tersedia di Rumah Caping, Bogor dan Galeri UKM Smesco, Jakarta. Greenbusiness ini membuat Tatang meraih beberapa penghargaan di bidang kewirausaan di universitas maupun lembaga.   

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Rizki Caturini