Menjajal bisnis burger hitam ala Java Chicken



JAKARTA. Berbisnis makanan memang harus pandai-pandai berinovasi, supaya bisa bersaing. Strategi inilah yang dilakoni Hasmi Kamuri dalam   membuka resto makanan cepat saji Java Chicken pada Januari 2012. Dia membuka gerai perdana di Ciputat.Berbagai makanan cepat saji ditawarkan Java Chicken, mulai dari ayam goreng, burger ayam, nasi goreng, puding, es krim hingga yoghurt. Istimewanya, gerai ini menjual panganan unik berupa burger berwarna hitam, yang disebut Jack Burger. Ada pula, menu nasi goreng hitam.Hasmi mengklaim, Jack Burger paling diminati saat ini. Menurutnya, warna hitam dipilih berdasarkan hasil survei konsumen yang dia lakukan. "Kami mencari warna yang paling menarik perhatian konsumen, sekaligus bahan yang  berkhasiat, akhirnya kami temukan bahan kluwak," ujarnya.Warna hitam untuk Jack burger dan menu nasi goreng di Java Chicken diambil dari campuran bumbu kluwak (pucung), yang bisa dipakai pada bumbu rawon. Bumbu ini mengandung anti oksidan, vitamin C, serta zat besi yang sangat tinggi. "Apalagi di daerah seperti Kalimantan, kami belum punya kompetitor burger hitam," tutur Hasmi.Beragam menu di Java Chicken membidik pasar menengah ke bawah. Menu tersebut dijual mulai dari Rp 5.000 untuk puding dan es krim, hingga Rp 100.000 untuk paket ayam goreng. Sedangkan, Jack Burger dibanderol Rp 19.000-Rp 22.000 per porsi.

Tiga pilihan paketSekarang, sudah ada empat gerai Java Chicken. Tiga diantaranya gerai milik mitra yang berlokasi di Kalimantan. Memang, sejak Maret 2012, Hasmi membuka peluang bermitra dengan Java Chicken, supaya bisnis ini cepat berkembang. Ada tiga paket investasi yang ditawarkan, yaitu paket  senilai Rp 129 juta, Rp 199 juta, dan Rp 299 juta. Paket ini mencakup bahan baku pertama, peralatan, sampai interior ruangan. Perbedaannya, paket Rp 129 juta untuk berjualan di foodcourt. Lalu, paket Rp 199 juta merupakan tipe bar seluas minimal 70 meter persegi (m2), yang dilengkapi meja, bangku, dan sofa. Sedangkan, paket Rp 299 juta, kombinasi resto dan kafe. Mitra harus memiliki lokasi minimal seluas 120 m2. Mitra dikenakan royalty fee 5% dari omzet bulanan. Mitra juga wajib membeli bumbu-bumbu dan kemasan dari pusat. "Hanya bahan-bahan segar seperti ayam dan sayur dari mitra," katanya.Hasmi memperkirakan,  omzet harian gerai Java Chicken bervariasi tergantung pada jenis paket kemitraan. Adapun paketnya berkisar Rp 2 juta hingga Rp 8 juta. Dengan perkiraan laba bersih 20%-30%, diharapkan mitra pembeli paket Rp 299 juta  bisa balik modal kurang dari 2 tahun. Amir Karamoy, pengamat waralaba menilai, strategi bisnis Java Chicken cukup baik, yaitu membidik daerah yang masih minim kompetitor, tapi tidak lupa mengembangkannya di Jakarta. "Bisnis makanan cepat saji memang harus pintar pilih lokasi dan inovatif. Membuka gerai di Jakarta, penting untuk mengembangkan imej," kata Amir.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Editor: Dupla Kartini