Menjajal bisnis steik kaki lima



JAKARTA. Peluang bisnis daging bakar alias steik (steak) masih menjanjikan. Kalau dulu, steik identik dengan restoran bintang lima, kini tidak lagi. Steik dengan harga kaki lima sudah menjamur. Inilah yang menginspirasi Wowok Handoyo (45), pemilik Steak KQ5 untuk menggeluti bisnis kuliner steik sejak 2006. Setelah memiliki satu gerai di Surabaya, Handoyo menawarkan peluang bisnis pada tahun yang sama. Sampai sekarang, sudah lebih dari 100 mitra Steak KQ5 dari berbagai daerah, seperti Semarang, Surabaya, Jakarta, Padang, dan Riau. “Sistem kerja sama yang saya tawarkan bukan seperti kemitraan, karena saya hanya mengajarkan resep Steak KQ5,” ujarnya. Dengan membayar biaya investasi Rp 10 juta, mitra akan diberi pelatihan selama dua hari mengenai resep, pemahaman bahan baku, dan manajemen bisnis kuliner. Mitra juga mendapatkan peralatan masak, seperti pemanggang dan hot plate.Mitra Steak KQ5 tidak wajib memakai merek Steak KQ5. Mereka juga tidak diharuskan membeli bahan baku dari pusat. Umumnya, mitra Handoyo ini adalah pebisnis katering, kafe, atau pemilik booth yang menjajakan kuliner. “Ada yang menjadikan steik sebagai menu utama, ada pula yang menjadikan steik sebagai menu tambahan,” kata dia.Dari bisnis steik ini, mitra diprediksi meraup omzet Rp 500.00 per hari. Dengan laba bersih 40%, mitra sudah balik modal dalam tiga bulan. Ia juga tidak membebankan biaya royalti pada mitra. Jadi, mitra bisa membuka lebih dari satu gerai tanpa ikatan merek dengan pusat.Menu Steak KQ5 sangat beragam, mulai steik original, steik goreng tepung, ayam goreng dan spageti. Handoyo mematok harga Rp 13.000 – Rp 17.000 per porsi. Handoyo mengklaim, keistimewaan resepnya terletak pada enam pilihan saos, seperti saos barbekyu, lada hitam, dan saos rujak. “Ini saos racikan sendiri sehingga tidak ada di tempat lain,” ucap lulusan jurusan Perhotelan di universitas swasta di Surabaya ini.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Editor: Dupla Kartini