KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Intan Baru Prana Tbk (IBFN) fokus menggenjot bisnis barunya tahun ini. Seiring perkembangan bisnis baru, emiten ini berharap bisa kembali mencetak laba. Manajemen IBFN masih enggan buka-bukaan mengenai target kinerja keuangan tahun ini. Yang jelas, emiten yang kini masuk bisnis perdagangan alat angkut komersial ini optimistis terhadap prospek bisnis barunya tersebut. “Saat ini kami dalam tahap menata bisnis baru, karena dari sisi kompetensi dan sumber daya manusia sangat berbeda dengan bisnis sebelumnya di bidang pembiayaan,” tutur Petrus Halim, Direktur IBFN, dalam paparan publik insidentil, Jumat (5/5).
Sekretaris Perusahaan IBFN Yunita Rivianti Riyadi menambahkan, pendapatan tahun ini sebagian besar masih akan berasal dari sewa pembiayaan yang masih ada. “Karena bisnis alat transportasi masih baru, kami masih lebih mengutamakan nasabah-nasabah yang ada, kami tetap berharap di 2023 pendapatan bisa lebih baik dari 2022,” tutur dia.
Baca Juga: Ganti Bisnis, IBFN Tunjuk Tokoh NU KH Said Aqil Siroj Jadi Komisaris Utama Sebagai gambaran, per kuartal I-2023, IBFN mencetak pendapatan Rp 5,31 miliar, turun dari realisasi di kuartal I-2022, sebesar Rp 6,31 miliar. Rugi bersih di tiga bulan pertama tahun ini juga kembali membengkak jadi Rp 12,84 miliar, dari rugi Rp 5,95 miliar setahun sebelumnya. Di kuartal I tahun ini, IBFN masih mencetak pendapatan sewa pembiayaan Rp 4,17 miliar. Penjualan alat berat sudah menghasilkan pendapatan Rp 1,13 miliar. Tapi IBFN kehilangan pendapatan lain-lain yang dicatatkan di kuartal I tahun lalu sebesar Rp 2,05 miliar.
Butuh waktu
Petrus menyebut, akan butuh waktu bagi bisnis baru untuk berkembang. “Organisasi perlu ditata kembali,” kata dia. Secara beriringan, IBFN juga melakukan gencar sosialisasi dan pengenalan produk ke konsumen. Di bisnis barunya, IBFN melakukan kerjasama dengan PT Pratama Wana Motors untuk perdagangan alat pengangkutan komersial dengan merek TATA. Petrus menyebut, merek TATA dipilih karena tidak kalah saing dengan kompetitor sejenis, salah satunya dari sisi harga. IBFN akan memasarkan produknya baik unit maupun suku cadang untuk pertama kalinya di wilayah Kalimantan Timur. “Kalimantan Timur merupakan salah satu daerah yang banyak sekali aktivitas pertambangan, sehingga potensi penjualan alat berat terbuka luas,” jelas Petrus.
Baca Juga: Anak Usaha INTA, Intan Baru Prana (IBFN) Resmi Mengubah Lini Usaha Selain itu, induk usaha IBFN, yaitu PT Intraco Penta Tbk (INTA), telah memiliki jaringan distribusi di wilayah ini. Dengan demikian, INTA bisa membantu IBFN mendapatkan pasar, khususnya di sektor industri pertambangan. Ke depannya, seiring dengan perkembangan kegiatan usaha, IBFN berencana melakukan perluasan area ke wilayah lain di Kalimantan dan Sulawesi. Petrus optimistis perubahan bidang usaha ini mampu meningkatkan kinerja bisnis ke depan. Ia menilai potensi penjualan alat berat masih terbuka luas, khususnya dalam proyek pembangunan ibukota negara baru.
Selain itu, IBFN mengklaim memiliki produk yang dirancang khusus untuk dapat dipakai di area perkebunan, pertambangan dan kontruksi, dengan harga yang bersaing pada kelasnya. Sekadar mengingatkan, pada awal 2022 lalu, IBFN, yang kala itu menjalankan bisnis pembiayaan, disemprit oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Pada 31 Januari 2022, OJK akhirnya menerbitkan sanksi pencabutan izin usaha sebagai perusahaan pembiayaan kepada IBFN. Lantaran mendapat sanksi tersebut, IBFN yang dulu bernama PT Intan Baruprana Finance Tbk tidak bisa lagi menjalankan bisnis pembiayaan. Akhir 2022, IBFN mengubah bisnisnya menjadi perusahaan yang bergerak di bidang perdagangan alat angkut komersial. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Harris Hadinata