Menjanjikan, penerbitan RDPT kian semarak



JAKARTA. Penawaran reksadana penyertaan terbatas (RDPT) pada tahun ini bakal semakin ramai. Sejumlah perusahaan manajer investasi (MI) tengah bersiap meluncurkan produk RDPT baru. Salah satunya adalah PT Permodalan Nasional Madani Investment Management (PNM IM).

MI ini akan menerbitkan RDPT senilai Rp 1 triliun hingga akhir tahun nanti. Direktur Utama PNM IM, MQ Gunadi mengatakan, reksadana yang akan terbit itu menggunakan aset dasar surat utang jangka menengah (medium term notes/ MTN). "Kami juga sedang menyiapkan RDPT beraset dasar equity, tapi masih diskusi dengan calon investor," katanya.

Awal tahun lalu, perusahaan ini juga telah menerbitkan RDPT beraset dasar MTN Perusahaan Umum Pembangunan Perumahan Nasional (Perumnas) senilai Rp 200 miliar. Reksadana itu menawarkan return 10% per tahun dengan tenor empat tahun.


Tak hanya PNM IM, Direktur Utama PT Bahana TCW Investment Management Edward Lubis mengatakan, pihaknya juga akan merilis dua RDPT tahun ini. Target dana kelolaannya sebesar Rp 800 miliar di 2015. Aset dasar produk itu adalah MTN sektor infrastruktur. "Potensinya ada pembangkit listrik dan jalan tol," imbuhnya.

BNI Asset Management juga siap meluncurkan dua RDPT. Menurut Hanif Mantiq, Senior Portfolio Manager BNI Asset Management, salah satunya akan diluncurkan di semester I ini. "Aset dasarnya MTN sektor telekomunikasi," katanya.

Satu produk lainnya akan beraset dasar proyek jalan tol Trans Jawa. MI ini juga melirik aset dasar properti berupa perumahan di Jabodetabek atau rumah susun di wilayah Surabaya. RDPT dengan aset dasar sektor telekomunikasi ditargetkan bisa mengumpulkan dana Rp 250 miliar.

Sementara RDPT jalan tol Rp 600 miliar hingga Rp 1 triliun, dan RDPT properti Rp 2 triliun. "Asumsi kupon bisa 10%," ujar Hanif.

Analis Danatama Capital Desmon Silitonga mengatakan, prospek RDPT sektor riil cukup menjanjikan. Apalagi, pemerintah tengah gencar membangun infrastruktur yang butuh dana besar. "Nah, reksadana diharapkan sebagai salah satu sumber pendanaan," ujar Desmon. Namun, tak banyak MI yang sukses menggarap produk ini. Risiko RDPT juga lebih tinggi ketimbang reksadana konvensional. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Uji Agung Santosa