JAKARTA. Pebisnis hotel tidak harus membangun hotel sendiri. Asal mereka berpengalaman dan menguasai manajemen perhotelan, mereka bisa terjun di bisnis perhotelan dengan menjadi operator. Hal ini, karena seiring dengan perkembangan pariwisata dan aktivitas berbisnis, banyak investor, termasuk dari pengusaha kalangan menengah membangun hotel. Alhasil, makin marak berdiri hotel melati hingga hotel bintang tiga di perkotaan.Bisnis operator ini berkembang karena pemilik hotel tak selalu paham soal operasional hotel. Maka, mereka mencari penyedia jasa operator hotel. Jasa manajemen alias operator hotel bertugas mulai dari pra pembangunan hotel hingga membantu operasional hotel di masa awal, atau sampai bertahun-tahun setelah berdiri. Bahkan, bisa juga membenahi hotel lama."Sekarang, banyak orang yang ingin membangun brand hotel sendiri. Namun, mereka masih awam, tapi juga mau terlibat langsung. Untuk klien seperti inilah kebanyakan kami bekerja," ujar Rohayadi Supritno, pemilik KN Hotels Management di Jakarta. Rohayadi menggeluti bisnis operator hotel sejak 2010. Ia tertarik menjajal usaha ini, karena melihat belum banyak konsultan hotel independen yang membuka diri ke publik. Apalagi, kebanyakan pengelola hotel di tanah air adalah perusahaan asing. Lulusan hotel administration dari Sekolah Tinggi Pariwisata Bandung ini bilang, saat ini, pengguna jasanya kebanyakan masih hotel melati, bintang satu hingga tiga. "Baru-baru ini, ada satu pemilik hotel bintang empat yang meminta kami untuk mengelola hotelnya," tutur Rohayadi.Adith Raharjo, pemilik A+ (Aplus) Hotel Management di Jakarta bilang, pasar bisnis operator hotel sangat luas, karena beberapa kawasan, terutama secondary city sedang berkembang pesat, bahkan juga dilengkapi bandara dan jalan-jalan yang mulus. Ini semua mempermulus bisnis hotel. "Tapi, banyak pemilik hotel yang tak punya pengalaman dan waktu untuk mengelola hotel," ujarnya. Rohayadi menawarkan, dua jenis jasa, yakni pra konstruksi dan pra operasi. Pra konstruksi meliputi pemilihan lokasi, desain, pengurusan izin, dan mendampingi pembangunan hotel. Sedangkan tahap pra operasi, mencakup penyiapan sistem operasional, peralatan, rekrutmen pegawai, simulasi operasional sampai grand opening hotel. "Kami wajib mengawasi selama enam bulan untuk memastikan semua setting berjalan sesuai standar," jelasnya.Rohayadi menghitung, dana pembangunan sebuah hotel bujet sekitar Rp 7 miliar untuk kelas melati, hingga Rp 60 miliar untuk bintang tiga. Butuh waktu satu hingga dua tahun untuk merampungkan pembangunan satu hotel.Ia mengaku, mengantongi fee sekitar Rp 50 juta - Rp 200 juta untuk jasa pra konstruksi satu hotel. Kliennya, tersebar di Makassar, Bogor, Jakarta, hingga Pekanbaru. Pemain lain yang juga berlokasi di Jakarta, Lucy Evelyn bilang, yang terpenting pada tahap pembangunan, yaitu analisa penjualan. "Apakah di lokasi itu bisa didirikan hotel. Kalau bisa, harga berapa yang bisa diterima pasar," ujar pemilik Maven Hotels & Resort ini.Jika pasarnya mendukung dan berpotensi besar, lalu masuk tahap set up dan sales marketing. Selanjutnya, ke tahap pra operasi. Kini, Lucy mengelola 12 hotel yang tersebar di Jakarta, Manado, Jawa Timur, Jawa Tengah. Segmennya hotel bintang dua dan bintang tiga.Pekerja handalJasa operator hotel pun bisa terus digunakan para pemilik hotel, meskipun hotel sudah berjalan. Namun, ada kontrak pengelolaan yang harus diteken. Pada tahap ini, kontrak bersifat fleksibel, bisa setahun hingga 10 tahun.Pada tahap ini, tugas operator hotel adalah meningkatkan nilai kompetitif hotel supaya bisa bersaing. Poin utama yang diperkuat adalah pelayanan karyawan hotel. "Harus profesional, bisa bekerja dengan cepat, dan ramah," ujar Rohayadi. Menurutnya, meski letak hotel kurang strategis, namun jika operasional hotel bagus, akan tetap bisa berkembang. Adith mengamini. Ia bilang, kesuksesan sebuah hotel terletak pada sumber daya manusianya. Seberapa mewah, mahal, atau besarnya hotel, tetap tergantung pada orang - orang yang bekerja di dalamnya. Inilah tantangan operator hotel lokal jika ingin bersaing dengan operator asing. "Harus berbenah, tunjukkan potensi sebagai pengelola hotel berkemampuan, pengalaman, dan filosofi asli Indonesia," tegasnya.Tak heran, Lucy berencana mendirikan sekolah perhotelan demi mendapatkan suplai karyawan yang handal. Lucy mengaku, omzet seluruh hotel yang ia kelola mencapai Rp 15 miliar per tahun. Sayang, ia tak merinci persentase fee yang dia dapat. Sementara, Adith mengaku, mendapat fee 5% - 7% dari total revenue hotel, atau sekitar Rp 1 miliar per tahun. Adapun, fee yang didapat Rohayadi sekitar 2,5% - 5% dari laba kotor seluruh hotel yang ia kelola. Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Menjaring cuan dari bisnis operator hotel
JAKARTA. Pebisnis hotel tidak harus membangun hotel sendiri. Asal mereka berpengalaman dan menguasai manajemen perhotelan, mereka bisa terjun di bisnis perhotelan dengan menjadi operator. Hal ini, karena seiring dengan perkembangan pariwisata dan aktivitas berbisnis, banyak investor, termasuk dari pengusaha kalangan menengah membangun hotel. Alhasil, makin marak berdiri hotel melati hingga hotel bintang tiga di perkotaan.Bisnis operator ini berkembang karena pemilik hotel tak selalu paham soal operasional hotel. Maka, mereka mencari penyedia jasa operator hotel. Jasa manajemen alias operator hotel bertugas mulai dari pra pembangunan hotel hingga membantu operasional hotel di masa awal, atau sampai bertahun-tahun setelah berdiri. Bahkan, bisa juga membenahi hotel lama."Sekarang, banyak orang yang ingin membangun brand hotel sendiri. Namun, mereka masih awam, tapi juga mau terlibat langsung. Untuk klien seperti inilah kebanyakan kami bekerja," ujar Rohayadi Supritno, pemilik KN Hotels Management di Jakarta. Rohayadi menggeluti bisnis operator hotel sejak 2010. Ia tertarik menjajal usaha ini, karena melihat belum banyak konsultan hotel independen yang membuka diri ke publik. Apalagi, kebanyakan pengelola hotel di tanah air adalah perusahaan asing. Lulusan hotel administration dari Sekolah Tinggi Pariwisata Bandung ini bilang, saat ini, pengguna jasanya kebanyakan masih hotel melati, bintang satu hingga tiga. "Baru-baru ini, ada satu pemilik hotel bintang empat yang meminta kami untuk mengelola hotelnya," tutur Rohayadi.Adith Raharjo, pemilik A+ (Aplus) Hotel Management di Jakarta bilang, pasar bisnis operator hotel sangat luas, karena beberapa kawasan, terutama secondary city sedang berkembang pesat, bahkan juga dilengkapi bandara dan jalan-jalan yang mulus. Ini semua mempermulus bisnis hotel. "Tapi, banyak pemilik hotel yang tak punya pengalaman dan waktu untuk mengelola hotel," ujarnya. Rohayadi menawarkan, dua jenis jasa, yakni pra konstruksi dan pra operasi. Pra konstruksi meliputi pemilihan lokasi, desain, pengurusan izin, dan mendampingi pembangunan hotel. Sedangkan tahap pra operasi, mencakup penyiapan sistem operasional, peralatan, rekrutmen pegawai, simulasi operasional sampai grand opening hotel. "Kami wajib mengawasi selama enam bulan untuk memastikan semua setting berjalan sesuai standar," jelasnya.Rohayadi menghitung, dana pembangunan sebuah hotel bujet sekitar Rp 7 miliar untuk kelas melati, hingga Rp 60 miliar untuk bintang tiga. Butuh waktu satu hingga dua tahun untuk merampungkan pembangunan satu hotel.Ia mengaku, mengantongi fee sekitar Rp 50 juta - Rp 200 juta untuk jasa pra konstruksi satu hotel. Kliennya, tersebar di Makassar, Bogor, Jakarta, hingga Pekanbaru. Pemain lain yang juga berlokasi di Jakarta, Lucy Evelyn bilang, yang terpenting pada tahap pembangunan, yaitu analisa penjualan. "Apakah di lokasi itu bisa didirikan hotel. Kalau bisa, harga berapa yang bisa diterima pasar," ujar pemilik Maven Hotels & Resort ini.Jika pasarnya mendukung dan berpotensi besar, lalu masuk tahap set up dan sales marketing. Selanjutnya, ke tahap pra operasi. Kini, Lucy mengelola 12 hotel yang tersebar di Jakarta, Manado, Jawa Timur, Jawa Tengah. Segmennya hotel bintang dua dan bintang tiga.Pekerja handalJasa operator hotel pun bisa terus digunakan para pemilik hotel, meskipun hotel sudah berjalan. Namun, ada kontrak pengelolaan yang harus diteken. Pada tahap ini, kontrak bersifat fleksibel, bisa setahun hingga 10 tahun.Pada tahap ini, tugas operator hotel adalah meningkatkan nilai kompetitif hotel supaya bisa bersaing. Poin utama yang diperkuat adalah pelayanan karyawan hotel. "Harus profesional, bisa bekerja dengan cepat, dan ramah," ujar Rohayadi. Menurutnya, meski letak hotel kurang strategis, namun jika operasional hotel bagus, akan tetap bisa berkembang. Adith mengamini. Ia bilang, kesuksesan sebuah hotel terletak pada sumber daya manusianya. Seberapa mewah, mahal, atau besarnya hotel, tetap tergantung pada orang - orang yang bekerja di dalamnya. Inilah tantangan operator hotel lokal jika ingin bersaing dengan operator asing. "Harus berbenah, tunjukkan potensi sebagai pengelola hotel berkemampuan, pengalaman, dan filosofi asli Indonesia," tegasnya.Tak heran, Lucy berencana mendirikan sekolah perhotelan demi mendapatkan suplai karyawan yang handal. Lucy mengaku, omzet seluruh hotel yang ia kelola mencapai Rp 15 miliar per tahun. Sayang, ia tak merinci persentase fee yang dia dapat. Sementara, Adith mengaku, mendapat fee 5% - 7% dari total revenue hotel, atau sekitar Rp 1 miliar per tahun. Adapun, fee yang didapat Rohayadi sekitar 2,5% - 5% dari laba kotor seluruh hotel yang ia kelola. Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News