KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Saratoga Investama Sedaya Tbk (SRTG) bertransformasi menjadi investor terdepan di bidang energi baru dan terbarukan (EBT). Melalui portofolionya, SRTG siap menjaring cuan. Analis Mandiri Sekuritas Wesley Louis Alianto mengatakan bahwa SRTG telah mengubah diri menjadi investor terkemuka pada bisnis electric vehicle (EV) dan EBT, meskipun pendapatan dividen utamanya masih berasal dari batubara. SRTG berinvestasi secara langsung dan investasi secara tidak langsung melalui sejumlah perusahaan seperti PT Adaro Energy Indonesia Tbk (ADRO) dan PT Merdeka Copper Gold Tbk (MDKA). SRTG berinvestasi melalui ADRO yang akan memulai terobosan baru yakni pengembangan smelter aluminium berlandaskan pada industri hijau. Peletakan batu pertama dari proyek peleburan aluminium ADRO tersebut rencananya bakal dilangsungkan di tahun ini. ADRO juga mengumumkan rencana untuk membangun pabrik Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) skala besar dengan kapasitas awal 1,5 gigawatt (GW), dengan persyaratan belanja modal sekitar US$ 3 miliar.
Menjaring Cuan Lewat ADRO dan MDKA, Cek Rekomendasi Saham Saratoga (SRTG)
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Saratoga Investama Sedaya Tbk (SRTG) bertransformasi menjadi investor terdepan di bidang energi baru dan terbarukan (EBT). Melalui portofolionya, SRTG siap menjaring cuan. Analis Mandiri Sekuritas Wesley Louis Alianto mengatakan bahwa SRTG telah mengubah diri menjadi investor terkemuka pada bisnis electric vehicle (EV) dan EBT, meskipun pendapatan dividen utamanya masih berasal dari batubara. SRTG berinvestasi secara langsung dan investasi secara tidak langsung melalui sejumlah perusahaan seperti PT Adaro Energy Indonesia Tbk (ADRO) dan PT Merdeka Copper Gold Tbk (MDKA). SRTG berinvestasi melalui ADRO yang akan memulai terobosan baru yakni pengembangan smelter aluminium berlandaskan pada industri hijau. Peletakan batu pertama dari proyek peleburan aluminium ADRO tersebut rencananya bakal dilangsungkan di tahun ini. ADRO juga mengumumkan rencana untuk membangun pabrik Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) skala besar dengan kapasitas awal 1,5 gigawatt (GW), dengan persyaratan belanja modal sekitar US$ 3 miliar.