KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Emiten pelat merah yang berstatus Badan Usaha Milik Negara (BUMN) maupun Daerah (BUMD) kembali bergairah. Meski tak semua perusahaan plat merah dan anak usahanya punya kinerja hijau pada kondisi keuangan ataupun pergerakan sahamnya. Dari sisi indeks, IDX BUMN20 mampu menguat 8,61% secara
year to date. Sedangkan IDX-MES BUMN17 naik 3,58% sejak awal tahun ini. Dalam evaluasi terkini, emiten yang menjadi konstituen IDX-MES BUMN17 belum ada perubahan. Sementara pada IDX BUMN20 terjadi pergeseran. Saham PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Timur Tbk (
BJTM), PT Kimia Farma Tbk (
KAEF), dan PT Semen Baturaja (Persero) Tbk (
SMBR) tergusur oleh PT Bank Raya Indonesia Tbk (
AGRO), PT Bank Syariah Indonesia Tbk (
BRIS), dan PT Dayamitra Telekomunikasi Tbk (
MTEL).
Financial Expert Ajaib Sekuritas, M. Julian Fadli menyoroti kinerja emiten BUMN perbankan yang secara fundamental terbilang cemerlang. Hingga separuh tahun ini, PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (
BMRI), PT Bank Negara Indonesia Tbk (
BBNI), dan PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (
BBRI) mampu mengalami peningkatan net profit di level dobel digit.
Baca Juga: Simak Rekomendasi Saham WSKT, di Tengah Kinerja yang Dinilai Belum Optimal "Seiring dengan tahun 2022 sebagai tahun pemulihan ekonomi, sektor perbankan menjadi indikator paling utama yang akan mengalami pertumbuhan secara kinerja," kata Julian kepada Kontan.co.id, Rabu (17/8).
Deputy Head of Research Sinarmas Sekuritas, Ike Widiawati, menambahkan, peningkatan rasio profitabilitas emiten plat merah tidak hanya terjadi pada bank big caps, tapi juga pada AGRO, BRIS, dan PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat dan Banten Tbk (
BJBR). Selain bank, sektor tambang-energi seperti PT Bukit Asam Tbk (
PTBA), PT Aneka Tambang Tbk (
ANTM), PT Perusahaan Gas Negara Tbk (
PGAS), dan PT Timah Tbk (
TINS) punya kinerja apik. Begitu juga emiten jalan tol, PT Jasa Marga (Persero) Tbk (
JSMR). Ike memandang tantangan dari goncangan ekonomi masih dapat diantisipasi mayoritas perusahaan BUMN, khususnya perbankan. "Hal ini mencerminkan bahwa industri dalam negeri masih ekspansif dan permintaan kredit masih cukup tinggi," ujar Ike.
Sedangkan bagi emiten konstruksi atau BUMN karya, tampaknya masih sulit untuk bisa melompat tinggi. Pasalnya, tantangan BUMN Karya bukan hanya disebabkan oleh kenaikan beban keuangan, namun juga datang dari sisi
revenue yang cenderung terbatas.
Baca Juga: Rights Issue Ramai di Tengah Ekspansi dan Kenaikan Bunga, Cermati Hal Berikut Analis Fundamental B-Trade Raditya Krisna Pradana ikut menilai bahwa kinerja emiten infrastruktur belum optimal hingga semester pertama 2022. Begitu juga dengan kinerja dari emiten di sektor farmasi. "Untuk infrastruktur, kami proyeksikan sudah berada pada
bottom bagi mayoritas harga sahamnya," kata Raditya. Meski begitu, secara umum Raditya melihat ada perbaikan kinerja emiten plat merah. Hal ini cukup tergambar dari sisi pengurangan beban utang lewat restrukturisasi atau program penyehatan keuangan yang gencar dilakukan pemerintah. Research Analyst Reliance Sekuritas, Lukman Hakim, melanjutkan, sejumlah emiten BUMN yang mengalami kesulitan keuangan dan terbentur PKPU seperti WSKT, PT Krakatau Steel (Persero) Tbk (
KRAS), PT Garuda Indonesia Tbk (
GIAA), dan PT Waskita Beton Precast Tbk (
WSBP) menemui titik cerah. Lukman menggambarkan adanya perbaikan pada KRAS yang telah melakukan restrukturisasi sejak akhir 2019. KRAS juga mampu
turn around menuju kinerja yang positif pada periode tahun berjalan 2020 hingga laporan keuangan periode kuartal pertama 2022.
Baca Juga: Meski Pendapatan Membaik, Laba WSKT Diprediksi Lemah Tapi sebagai koleksi investasi, Lukman menjagokan sektor perbankan, tambang, konstruksi dan semen. Pada jajaran emiten bank, Lukman melirik saham BBNI dan BMRI. Sedangkan di sektor tambang, PTBA dan ANTM masih menarik dibeli. Adapun prospek emiten konstruksi dan semen bisa terdongkrak sentimen dari pembangunan Ibu Kota Negara. Lukman menyarankan pelaku pasar mencermati PT Adhi Karya Tbk (
ADHI), PT PP (Persero) Tbk (
PTPP), SMBR, dan PT Semen Indonesia (Persero) Tbk (
SMGR).
Menimbang kinerja fundamental, teknikal, dan sentimen yang mempengaruhinya, Julian menjagokan BMRI, BBRI, TLKM, WIKA, PTPP dan SMGR. Saham-saham tersebut bisa dipertimbangkan untuk masuk ke dalam portofolio investasi. Lalu bagi Raditya, saham ADHI masih bisa dikoleksi dengan target penguatan ke harga Rp 1.000. Sementara untuk ANTM, pelaku pasar bisa mempertimbangkan untuk sell dengan mewaspadai potensi penurunan ke area Rp 1.710. Sedangkan menurut Ike, ANTM masih menarik dilirik dengan target harga Rp 2.600. Saham lain yang bisa dipilih adalah BBRI dengan target di Rp 4.700, PGAS untuk harga Rp 1.820, JSMR dengan target Rp 4.070 dan TINS untuk target Rp 1.800. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Noverius Laoli