Menjaring laba dari minat browsing



JAKARTA. Pasar internet yang masih bertumbuh menyebabkan PT Link Net Tbk (LINK)  kian percaya diri menatap tahun ini. Karena itu, perusahaan penyedia layanan internet dan televisi berbayar ini yakin, bisa meningkatkan pendapatan 25% secara year-on year.

Artinya, tahun ini, LINK bisa meraup pendapatan Rp 2,07 triliun dibandingkan periode yang sama tahun lalu, sekitar Rp 1,66 triliun.

Tak hanya itu, Dicky S Moechtar, Sekretaris Perusahaan LINK, memproyeksikan laba bersih  bisa naik seiring pertumbuhan pendapatan 25%. Dus, laba bersih LINK bisa mencapai Rp 452,7 miliar dari Rp 362,16 miliar di 2013.


Sampai saat ini, kontributor pendapatan terbesar berasal dari layanan internet 57,3%, televisi berbayar 33,2% dan jasa lain 9,6%.

Dicky bilang, komposisi tersebut kurang lebih akan sama pada tahun ini. "Kami akan kembali mencoba mengembalikan margin di posisi 26% pada tahun ini," ujar dia.

Maklum, pada tahun lalu, margin laba bersih Link Net turun dari 26,07% menjadi 21,76%. Karena itu, ada serangkaian ekspansi yang akan digelar oleh LINK untuk meningkatkan kinerja.

LINK menganggarkan belanja modal alias capital expenditure (capex) sebesar Rp 1 triliun. Dana itu dari kas. Sampai akhir tahun lalu, dana kas dan setara kas LINK Rp 370,02 miliar. "Kalau kurang kami akan mencari pinjaman," ujar Dicky.

Sejatinya, LINK baru menjadi penghuni Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Senin (2/6). Dari aksi penawaran saham perdana alias initial public offering LINK memperoleh dana Rp 486,82 miliar.

Sayang, dana hasil pelepasan saham LINK sebanyak 304,26 juta saham setara 10% dari saham ditempatkan dan disetor penuh digunakan oleh induk usaha PT First Media Tbk (KBLV). Apalagi, harga IPO LINK  kala itu terbilang bagus sebab berada di level atas yakni Rp 1.600 dari harga penawaran awal antara Rp 1.575-Rp 1.600.

Meski demikian, Dicky bilang, LINK telah memiliki fasilitas pinjaman dari beberapa bank. Di antaranya, Citibank Rp 300 miliar dan  Bank BNP Parahyangan Rp 300 miliar. LINK juga masih memiliki pinjaman dari Sisco yang merupakan vendor bisnisnya.

Memperluas pasar

Karena itu pula, LINK yakin, ekspansi tahun ini tak akan terganggu. Rencananya, LINK akan menambah 200.000 home pass alias kabel internet ke rumah. Saat ini, LINK menguasai 1,2 juta home pass.

Untuk menambah home pass, LINK akan mencoba pasar baru di luar daerah Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi (Jabodetabek). "Selama ini, kami terlalu fokus pada layanan internet di wilayah Jabodetabek," kata Dicky. Karena itu, LINK mulai menyasar kota Bandung.

Menurut Dicky, LINK menargetkan bisa menyasar 50.000 home pass di Bandung. "Saat ini sudah menyasar sampai 20.000 rumah di Bandung. Market-nya masih besar," ujar dia. Selanjutnya, LINK juga akan memperluas basis jaringan ke Surabaya.

Untuk memasarkan jasanya, LINK fokus pada dua segmen pasar yakni perumahan dan daerah komersial. Segmen perumahan, menurut Dicky memiliki potensi pangsa pasar terbesar dengan kategori kelas ekonomi menengah ke atas. Per akhir tahun lalu, LINK  memiliki 304.000 pelanggan perumahan untuk televisi berbayar dan 332.000 pelanggan internet.

Sedangkan untuk komersial meliputi apartemen, hotel, dan perkantoran. Per akhir tahun lalu, LINK memiliki 25.000 pelanggan komersial televisi berlangganan.

Untuk menunjang masa depan bisnisnya, LINK mempunyai strategi usaha memperkuat konsep televisi berlangganan ke masyarakat. Caranya LINK mencoba memperluas jaringan kabel, penetrasi pasar, menambah jumlah paket produk layanan baru dan peningkatan layanan. Selain itu, LINK mencoba mengenalkan konsep hiburan dan pengetahuan via internet.               

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Avanty Nurdiana