Menjaring potensi IPO di akhir tahun



JAKARTA. Hingga akhir tahun nanti, masih ada pilihan saham anyar di Bursa Efek Indonesia. Dalam empat bulan ke depan, ada sejumlah emiten yang berniat menggelar penawaran umum perdana atau initial public offering (IPO) di BEI.

Para calon pendatang baru antara lain PT Waskita Beton Precast (WBP), anak usaha PT Waskita Karya Tbk (WSKT), yang menargetkan dana IPO senilai Rp 4 triliun. PT Aneka Gas Industri Tbk juga siap meramaikan bursa.

Kemarin, calon emiten ini memulai masa penawaran saham IPO dan akan berakhir pada 22 September. Aneka Gas Industri menetapkan harga IPO senilai Rp 1.100 per saham. Harga ini berada di tengah rentang harga penawaran IPO sebesar Rp 1.000 hingga Rp 1.290 per saham. Dari menjual 25% setara 766,6 juta saham IPO, Aneka Gas Industri berpotensi meraih dana Rp 843,3 miliar.


"Minatnya cukup bagus. Di hari pertama penawaran sudah banyak yang antre," ujar Wakil Presiden Direktur Aneka Gas Rachmat Harsono, Senin (19/9).

Sebelumnya, manajemen sudah menawarkan saham di beberapa negara seperti Singapura, Malaysia, dan Hong Kong.

Ekspansi emiten

Selanjutnya PT Paramita Bangun Sarana (PBS) yang juga sudah menetapkan harga IPO, yakni Rp 1.200 per saham. Alhasil, emiten yang menggarap bisnis konstruksi perkebunan ini bakal meraup Rp 360 miliar.

Calon emiten lainnya adalah PT Anugerah Berkah Madani (ABMA Land). Tapi, emiten ini menunda rencana IPO. Sejauh ini, WBP masih menjadi calon emiten favorit. Pertama, emisinya cukup besar sehingga perseroan punya dana cukup untuk ekspansi.

"WBP bergerak di industri dasar yang menjadi penopang industri konstruksi, jadi prospeknya seharusnya bagus," ujar analis Asjaya Indosurya Securities William Surya Wijaya kepada KONTAN, Senin (19/9).

Namun, kata William, prospek WBP terbatas pada pangsa pasarnya nanti. Sebab, selama ini penjualan beton WBP masih terfokus kepada induknya. Bisa saja pasca IPO nanti WBP langsung ekspansi menyasar pasar di luar afiliasi. Tapi hal ini butuh waktu.

Analis MNC Asset Management Liyanto Sudarso juga menjagokan WBP daripada calon emiten lainnya. Dari sektornya saja sudah menarik, terkait konstruksi yang menjadi primadona di pasar modal lokal saat ini.

"Bisa dibilang, pendapatan WBP sudah terjamin oleh pesanan dari induk usahanya," tambah Liyanto.

Dari kacamata lebih makro, kondisi ekonomi nasional juga mempengaruhi fundamental emiten. Pertumbuhan ekonomi diprediksi 5,1% hingga akhir tahun nanti. Namun setidaknya inflasi bisa terjaga di bawah 4%, mengingat harga minyak dan bahan bakar masih terkendali.

WBP masih menjadi favorit, tapi bukan berarti yang lain kehilangan pamornya. William bilang, posisi IHSG saat ini masih kuat. "Setidaknya ini bisa menjadi pendorong bagi para calon emiten," kata dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Barratut Taqiyyah Rafie