KONTAN.CO.ID - Mencari rumah, apartemen atau properti yang lain memang susah-susah gampang. Perlu perjuangan ekstra untuk bisa mendapatkan hunian idaman. Tidak cukup sekadar melihat iklan baris di media atau bertandang ke pameran properti. Agar mendapatkan properti yang sesuai dengan harapan, konsumen harus mendatangi lokasinya untuk mendapatkan gambaran yang pas. Maklum, membeli rumah ibarat membeli sebagian besar hidup. Sebagian besar waktu kita akan dihabiskan di hunian ini. Oleh karena itu, memastikan kondisi rumah, lokasi dan aneka kelengkapan lainnya wajib dilakukan oleh para calon konsumen. Tapi tidak semua orang bisa melakukan hal tersebut. Termasuk bagi para pembeli rumah pertama maupun keluarga muda, yang rata-rata berstatus karyawan atau tengah merintis bisnis. Mereka bakal disibukkan oleh rutinitas kerja dan aktivitas sehingga tidak punya waktu untuk mencari dan mendatangi lokasi rumah, serta membandingkan antara satu rumah dengan yang rumah yang lainnya.
Inilah tantangannya. Meski saat ini bertebaran situs penjualan
online, acap terjadi yang tergambar cuma profil dari si properti tersebut. Semisal, data-data properti yang bersangkutan serta foto-foto dari properti tersebut. Tak lebih dan tak kurang, plus nomor kontak pemilik atau broker properti. Pengalaman inilah yang dialami oleh Tulus Sendiko,
Founder dan
Chief Executive Officer (CEO) Homegood. sebuah situs dan aplikasi penjualan properti online. Dia mengaku rada kesulitan mencari properti idaman secara menyeluruh di situs properti online. Yang tersedia hanya data-data seputar properti yang bersangkutan. Persoalannya, suasana rumah tidak bisa tergambar dengan baik bila hanya berdasarkan gambar foto. Apalagi seringkali kita jumpai, foto iklan properti yang disuguhkan tak seindah wujud aslinya. Pengalaman inilah yang mendorongnya untuk membuat situs properti atraktif dan menarik. Selain pengalaman pribadi, dia terinspirasi situs properti asal Thailand yang bernama Zmy Home. Situs ini tak cuma menawarkan ragam profil dari produk properti yang dijual, melainkan juga bisa membuat konsumen mempelajari bahkan membandingkan secara langsung ragam properti dengan melihat secara virtual produk properti yang dijajakan. Akhirnya, Tulus menemukan juga situs properti yang sesuai dengan keinginannya. Di saat bersamaan, tercetus pula gagasan untuk mengembangkan situs sejenis di dalam negeri. Akhirnya dia mendirikan Homegood pada Maret 2017. Ia berharap rasa kecewa dirinya dalam mencari properti di situs online tidak terulang kembali di situs properti garapannya. Homegood merupakan portal properti yang menggunakan teknologi
virtual reality untuk membantu orang dalam proses survei pemilihan rumah. Artinya si konsumen bisa melihat gambar properti atau rumah yang diinginkan dalam bentuk virtual atau tiga dimensi. Konsumen juga diajak seolah-olah berada di rumah yang bersangkutan secara nyata, termasuk melihat lingkungan di sekitar rumah tersebut. Untuk mendirikan Homegood ini, Tulus dibantu olah dua orang rekannya membuat portal properti virtual tersebut. Ia berharap, portal properti ini bisa membantu para pemburu properti menemukan properti pilihan dengan tepat. Selain itu, ia berharap situs ini bisa membatu para pemilik properti yang ingin segera menjual properti miliknya. Untuk sementara layanan dari Homegood baru sebatas menawarkan properti di Ibukota serta pinggiran Jakarta. "Homegood saat ini fokus memfasilitasi semua properti di kawasan Detabek (Depok, Tangerang, Bekasi), tapi harapannya bisa berkembang ke daerah-daerah lain," kata Tulus kepada KONTAN beberapa waktu lalu. Memang saat mengklik situs http://homegood.id, kita bakal disuguhkan pencarian properti yang lain daripada yang lain. Ambil contoh kita ingin mencari rumah di bilangan Bekasi. Setelah itu kita klik iklan properti. Hasilnya, kita bisa menjelajah jeroan dan isi rumah. Mulai dari ruang tamu hingga halaman belakang. Tak cuma itu saja, langit plafon pun bisa kita lihat, seolah-seolah kita hadir di rumah tersebut. Menurut Tulus, jika ada pemilik properti yang ingin menjual atau menyewakan properti miliknya, tim Homegood akan mendatangi rumah si pemilik properti. Untuk bisa membuat suasana rumah virtual maya (
virtual realty), tim Homegood akan melakukan pemotretan seluruh isi rumah atau properti lainya secara 360 derajat. Tujuan dilakukan pemotretan secara menyeluruh ini ia lakukan untuk bisa mendekati sesuai properti asli di lapangan. "Kami tidak ingin seperti portal properti lain, antara pilihan properti satu dangan yang lain kualitas fotonya berbeda-beda," katanya. Ini penting. Sebab bagi calon pembeli, foto properti yang terpampang di portal properti bisa menjadi permasalahan yang krusial sebab sumber foto dianggap kurang dapat menampilkan gambar yang dapat memuaskan calon pembeli. Nah, biasanya, para pemilik properti yang ingin menjual produk propertinya, hanya memotret ala kadarnya, asalkan ada gambarnya. Meski begitu, ada juga konsumen yang komplain ke Homegood dengan cara tersebut. Sebab, dengan memotret secara virtual, otomatis membutuhkan data yang cukup besar. Ada juga konsumen yang kesulitan mengunduh file dan data yang besar di situs tersebut. Sayang, Tulus tidak merinci besaran rata-rata data satu iklan properti yang ada di Homegood. Untung, Tulus bisa memahami keluhan tersebut. Biasanya, tim nya bakal menurunkan resolusi gambar dari iklan properti. "Kalau ada komentar pengunjung soal ukuran file virtual tur-nya besar, kami sesuaikan dan turunkan sedikit resolusinya. Tapi tetap masih jelas," tandasnya. Di sinilah Homegood mendapat pendapatan. Sebab setiap pemilik properti yang ingin menjual atau menyewakan properti bisa mendaftar ke situs Homegood dan membayar Rp 500.000. Dari biaya tersebut, salah satunya digunakan untuk membiayai pembuatan foto properti dengan format 360 derajat. Hasil foto tersebut digunakan sebagai bahan untuk pembuatan teknologi virtual reality dari produk properti yang akan dijual di situs Homegood. Tak cuma itu, Tulus akan memberikan laporan secara berkala ke para pemilik properti. Seperti berapa jumlah kunjungan ke produk properti yang bersangkutan. Lantas, bagian rumah mana yang sering dilihat dan diperhatikan pengunjung, hingga berapa banyak jumlah konsumen yang menghubungi pemilik properti lewat tautan info yang ada di situs tersebut. Rupanya, ciri khas dari Homegood ini mengundang perhatian dari para konsumen. Ada keinginan dari para konsumen supaya layanan Homegood tidak cuma terpaku di wilayah sekitar Jakarta, melainkan bisa ke luar kawasan Ibukota. "Ternyata banyak juga orang Jakarta yang ingin memiliki properti di daerah," tuturnya. Selain itu, dia kerap mendapatkan panggilan dari sejumlah konsumen dari luar Jakarta, seperti Surabaya, Lampung hingga Makassar. Para konsumen itu rupanya mengharapkan layanan
virtual realty penjualan properti Homegood tersedia di kota-kota tersebut. "Mereka kebanyakan juga ingin listing dan menawarkan properti di Homegood," klaim Tulus. Sejauh ini, kata Tulus, manajemen Homegood masih mempertimbangkan usulan tersebut karena perlu kalkulasi bisnis yang tepat. Namun dia menyatakan, ekspansi bisnis dan jangkauan ke luar daerah menjadi salah satu agenda utama ekspansi Homegood. Homegood saat ini sudah menggaet sekitar 85 properti. Situs ini dikunjungi sekitar 1.000 pengunjung per bulan. Dia menambahkan, Homegood masih mengandalkan biaya listing sebagai sumber pendapatan, tanpa merinci nilainya. "Saat ini masih cukup untuk survive dan menutup biaya operasional," tuturnya. Homegood juga tengah menjajaki kerjasama dengan perbankan untuk membiayai iklan properti yang adai di situs tersebut. Maklum, layanan Homegood masih sebatas sebagai perantara (fasilitator) jual beli dengan pemilik properti, belum ada fasilitas pembiayaan properti. Lantaran masih berstatus start up, Homegood membuka peluang kerjasama dengan pihak lain, khususnya pemodal atau venture capital. Ia berharap, dengan layanan unik dari Homegood bisa membuat modal ventura tertarik menyuntikkan modal ke situs ini. Meski begitu, Tulus belum bisa memberikan ancar-ancar kebutuhan dana yang untuk ekspansi Homegood. Dia hanya menyatakan, saat ini portal Homegood masih dalam proses pengembangan, termasuk memperbanyak fasilitas dan fitur di portal tersebut. Untuk mengembangkan Homegood, ia baru menghabiskan dana sekitar Rp 200 juta. Dia bertekad terus mengembangkan situs ini dan merealisasikan ekspansi usaha. Apalagi, kini sudah ada portal properti yang juga menawarkan teknologi
virtual reality. Harus berani bermitra dengan pengembang Pengamat digital sekaligus Direktur Indonesia ICT Institute, Heru Sutadi melihat Homegood dengan segala kelebihannya bisa memberi sensasi yang berbeda bagi para konsumen. Terutama yang ingin membeli properti, entah itu rumah, ruko, apartemen maupun properti lain. Fasilitas
virtual reality di Homegood menjadi daya tarik dan menjadi nilai jualnya. "Nah ini yang sering saya bayangkan dulu," katanya kepada KONTAN. Sebelumnya, banyak pengembang yang menawarkan properti dengan iklan gambar dan foto hanya dua dimensi atau video singkat saja. Padahal dengan perkembangan digital bisa menampilkan produk properti dengan
virtual reality. "Sehingga kita bisa menyusuri rumah contoh secara tiga dimensi dan memberi sensasi," ungkapnya. Ia pun menilai portal properti dengan mengadopsi teknologi
virtual reality memiliki prospek usaha positif ke depan. Meski begitu, ia mengingatkan agar pihak penyedia portal properti harus aktif mengembangkan pasar. Jadi tidak melulu ke para pemilik properti saja. Semisal mulai berani mendekati para pengembang properti. Di sinilah tantangan utama dari portal properti tersebut. Untuk itu, pebisnis portal properti, termasuk Homegood, harus bisa menyiapkan infrastruktur aplikasi.
Sebab bisa dipastikan, bila bermitra dengan pengembang, portal properti yang bersangkutan bakal membutuhkan server dengan kapasitas data yang lebih besar dari yang sudah-sudah. Maklum, produk yang dijajakan pengembang lebih beragam dan kompleks. Meski sudah menggandeng pengembang, Heru mewanti-wanti Homegood, dan perusahaan sejenis, untuk melihat lagi dengan detil produk properti yang dijajakan. Terutama dari sisi legalitas. Apakah properti yang dipasarkan itu punya masalah hukum atau tidak. Untuk berjaga-jaga perlu ada kata
disclamer yang menyebut produk yang dijual diluar tanggung jawab Homegood. Bila sudah menggandeng pengembang, tentu portal yang bersangkutan jangan lantas melupakan para konsumen awal. Jangan sampai setelah bermitra dengan pengembang, membuat konsumen jadi sulit mengakses produk jualan Homegood lagi lantaran file data yang semakin gede saja. Ada baiknya Homegood membuat ukuran data yang pas bagi para konsumen. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Johana K.