JAKARTA. Posisi rupiah kian terpuruk pada transaksi siang ini (28/11). Data yang dihimpun Bloomberg menunjukkan, pada pukul 13.25 wib, rupiah berada di posisi 11.990 per dollar AS. Bahkan pada transaksi sebelumnya, posisi rupiah sempat menyentuh level 12.020 per dollar AS yang merupakan level terlemah sejak Maret 2009 lalu. Jika ditotal, sepanjang pekan ini, pelemahan rupiah sudah mencapai 2,5%. Sementara, di pasar off-shore, nilai tukar rupiah di pasar non deliverable forwards untuk pengantaran satu bulan ke depan melemah 0,1% menjadi 11.945 per dollar AS. Apa yang menyebabkan rupiah semakin kehilangan taringnya? Analis mensinyalir, pelemahan rupiah terjadi seiring kecemasan kian berkurangnya arus dana asing ke pasar saham domestik dengan adanya prospek tapering off atau pemangkasan nilai stimulus oleh bank sentral AS. Sejumlah sinyal the Federal Reserve akan melakukan tapering dapat dilihat dari kian membaiknya data ekonomi AS. Salah satunya, data pengajuan klaim pengangguran AS yang secara tidak terduga mengalami penurunan pada pekan lalu. Data Bursa Efek Indonesia menunjukkan, asing menjual saham lokal dengan nilai mencapai US$ 354 juta pada bulan ini hingga kemarin. Arus dana yang keluar ini merupakan yang terbesar sejak Agustus. Sementara itu, kemarin (27/11), Gubernur Bank Indonesia Agus Martowardojo menilai, pelemahan rupiah terkait faktor eksternal dan meningkatnya permintaan dollar menjelang akhir bulan. Sedangkan Irene Cheung, foreign exchange strategist Australia & New Zealand Banking Group Ltd di Singapura menilai, hasil lelang obligasi pemerintah Indonesia yang mengecewakan menunjukkan adanya ketidakseimbangan dalam permintaan dan suplai dollar. "Level 12.000 merupakan level psikologis yang sangat penting, hal ini dapat menyebabkan pelaku pasar semakin cemas," jelas Cheung. Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Menjelang sore, rupiah masih tergencet
JAKARTA. Posisi rupiah kian terpuruk pada transaksi siang ini (28/11). Data yang dihimpun Bloomberg menunjukkan, pada pukul 13.25 wib, rupiah berada di posisi 11.990 per dollar AS. Bahkan pada transaksi sebelumnya, posisi rupiah sempat menyentuh level 12.020 per dollar AS yang merupakan level terlemah sejak Maret 2009 lalu. Jika ditotal, sepanjang pekan ini, pelemahan rupiah sudah mencapai 2,5%. Sementara, di pasar off-shore, nilai tukar rupiah di pasar non deliverable forwards untuk pengantaran satu bulan ke depan melemah 0,1% menjadi 11.945 per dollar AS. Apa yang menyebabkan rupiah semakin kehilangan taringnya? Analis mensinyalir, pelemahan rupiah terjadi seiring kecemasan kian berkurangnya arus dana asing ke pasar saham domestik dengan adanya prospek tapering off atau pemangkasan nilai stimulus oleh bank sentral AS. Sejumlah sinyal the Federal Reserve akan melakukan tapering dapat dilihat dari kian membaiknya data ekonomi AS. Salah satunya, data pengajuan klaim pengangguran AS yang secara tidak terduga mengalami penurunan pada pekan lalu. Data Bursa Efek Indonesia menunjukkan, asing menjual saham lokal dengan nilai mencapai US$ 354 juta pada bulan ini hingga kemarin. Arus dana yang keluar ini merupakan yang terbesar sejak Agustus. Sementara itu, kemarin (27/11), Gubernur Bank Indonesia Agus Martowardojo menilai, pelemahan rupiah terkait faktor eksternal dan meningkatnya permintaan dollar menjelang akhir bulan. Sedangkan Irene Cheung, foreign exchange strategist Australia & New Zealand Banking Group Ltd di Singapura menilai, hasil lelang obligasi pemerintah Indonesia yang mengecewakan menunjukkan adanya ketidakseimbangan dalam permintaan dan suplai dollar. "Level 12.000 merupakan level psikologis yang sangat penting, hal ini dapat menyebabkan pelaku pasar semakin cemas," jelas Cheung. Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News