Menjepret untung dari ibu-ibu bunting



Mengabadikan momen-momen spesial dalam selembar foto menjadi sesuatu hal yang wajib dilakukan saat ini. Ada banyak momen spesial yang diabadikan lewat foto. Antara lain pernikahan, ulangtahun, dan lainnya.

Belakangan, bukan saja pernikahan dan ulangtahun, kehamilan dan kelahiran juga merupakan momen spesial yang kini banyak diabadikan oleh para calon ibu. Dalam dunia fotografi, foto kehamilan ini biasa disebut maternity photography.

Menangkap peluang ini, banyak fotografer kini menyediakan jasa pemotretan ibu hamil. Salah satu pemain yang baru menjajaki bisnis ini adalah Rio Renaldi Rachmadtullo, pemilik JR3 Photoworks di Jakarta.


Rio sendiri baru menggeluti bisnis fotografi sejak tahun 2012 lalu dan lebih banyak menangani foto prewedding.  Lantaran banyak peminatnya, belakangan dia juga melayani jasa maternity photography.

"Mulai awal tahun 2013 lalu saya melayani maternity photography. Ini semua berawal dari permintaan pelanggan saya," katanya. Menurut Rio, maternity photography tidak gampang. Salah satu tantangannya adalah membuat konsep.

Rio bilang, karena ini Indonesia, jadi konsepnya disesuaikan dengan budaya Indonesia. Jadi, tidak terlalu vulgar seperti di luar negeri.

Mematangkan konsep

Konsepnya sendiri bisa outdoor atau indoor. Bila outdoor, pemotretan bisa dilakukan di taman atau tempat-tempat lain yang dirasa menarik. Busana yang dikenakan calon ibu juga harus dipilih yang menarik, seperti dress atau gaun atawa model busana lainnya.

Namun demikian, foto masa kehamilan ini banyak dilakukan di rumah. Alasannya supaya tidak ingin merepotkan si ibu yang sedang mengandung.

Maklum saja, kebanyakan dari para calon ibu itu baru melakukan sesi foto saat kehamilannya memasuki usia delapan bulan. Yang menjadi kendala, papar Rio, kalau rumahnya sempit. "Itu cukup susah untuk pergerakan kita," jelasnya.

Biasanya, untuk mengatasi hal begini, Rio lebih senang menggunakan lokasi di tempat tidur. Dengan begitu, rumah yang sempit juga tidak terekspos.  

Pematangan konsep ini biasa dilakukan sebelum sesi pengambilan gambar. Ia biasanya menghabiskan waktu sekitar satu minggu untuk diskusi dengan pelanggannya.

Sedangkan proses pengambilan gambar hanya dilakukan beberapa jam saja. "Paling sekitar empat jam cukup," ujarnya. Rio bilang, sampai saat ini dia baru menangani sekitar 10 pelanggan maternity photography. Layanan ini ia banderol seharga Rp 4 juta.

Dari harga tersebut, ia mendapat margin sekitar 50%. Konsumen sendiri akan mendapatkan satu album foto dan dua lembar foto yang dicetak dengan ukuran 60 sentimeter (cm) x 40 cm.

Pemain lainnya adalah Hari. Ia mulai fokus membidik layanan maternity photography sejak awal tahun ini dengan mengusung merek Bimski Photowerx di Jakarta Selatan. Hari mengaku, maternity photography merupakan usaha sampingan, namun tetap dikelola dengan profesional.  Pria yang sudah 20 tahun bekerja sebagai marketing di perusahaan TI ini merasa tertarik untuk fokus menggarap segmen ibu hamil dan bayi karena pemainnya masih sedikit. Sementara, permintaan terus terus meningkat.

"Ada riset yang telah dilakukan dan diputuskan bahwa foto ibu hamil dan bayi adalah segmen market yang diperkirakan pertumbuhannya akan baik meskipun saat ini market size," tuturnya.

Hari mengenakan biaya Rp 950.0000 untuk satu sesi pemotretan dengan durasi waktu maksimal dua jam. "Itu dengan unlimited foto dan ganti baju," ujarnya. Adapun konsumen akan menerima hasil foto berupa satu cetak foto ukuran besar dan DVD berisi semua hasil foto yang telah diedit.

Saat ini, Hari hanya fokus melayani konsumen di Jabodetabek saja. Lantaran masih baru, dalam sebulan ia baru melayani rata-rata empat konsumen. "Omzet masih di bawah Rp 5 juta," ungkapnya.

Fotografer lain yang juga fokus membidik maternity photography adalah Ephel Sudarmadji, pemilik Click Portraiture di Pondok Pinang, Jakarta Selatan.

Dari pengalaman selama ini, kebanyakan ibu hamil yang akan melakukan maternity photography memilih lokasi di rumah. "Repotnya, ya, harus membawa seluruh perlengkapan ke lokasi pemotretan," ujarnya.

Menurutnya, sangat jarang ibu hamil yang memilih sesi pemotretan di studio foto. "Jadi, studio itu tidak mandatory," tandasnya. Untuk memasarkan bisnis jasanya, seluruh fotografer ini memilih media digital, mulai dari akun jejaring sosial, seperti Facebook, Twitter, Instagram, hingga media komunitas digital lainnya.

Tak terkecuali Click Portraiture. Cara ini dianggap efektif menjaring konsumen karena mereka cenderung memamerkan hasil fotonya di media sosial.           

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Havid Vebri