KONTAN.CO.ID - SOLO. salah satu buah tangan khas Kota Solo, Jawa Tengah adalah abon yang terbuat dari suwiran daging sapi. Nah, brand yang cukup dikenal sebagai abon khas Solo adalah Abon Ksatria. Produk ini kerap dijumpai di setiap ritel atau pasar tradisional di Kota Solo. Bahkan, abon ini kerap mengisi etalase ritel modern. Menurut Tri Rahayu Amperawati, pemilik Abon Ksatria, racikan abon Ksatria berasal dari resep rumahan warisan sang ibunda.
Saat merintis usaha pembuatan abon sapi di tahun 2001, ia cuma bermodalkan uang Rp 400.000 saja. Tapi siapa sangka, kini ia sudah bisa meraup omzet hingga Rp 100 juta per bulan. Pada masa awal merintis usaha, Tri hanya sanggup menjual 10 kilogram (kg) abon sapi per bulan. Pelan namun pasti, usahanya mulai tumbuh. Kini, produksi abon Ksatria sudah meningkat drastis mencapai 600 kg sampai 800 kg per bulan. Bahkan, saat ini ia tak hanya menjual abon sapi saja, tetapi juga beragam produk lain. Ada abon ayam, dendeng sapi, rambak kulit, serundeng, hingga kremes kaldu ayam. Keberhasilan Tri tidak terlepas dari usaha nekat yang ia lakoni. Pada 2013, ia mendapat orderan abon dari luar Jawa. Tapi bukan abon sapi, konsumen luar Jawa itu memesan abon ayam. Tak mau menyia-nyiakan kesempatan, ia langsung menyambar orderan tersebut. "Itu pertama kali saya mendapat orderan abon ayam, dan nekat saya terima," katanya kepada KONTAN, belum lama ini. Sejak itulah, Tri pun mulai mengembangkan produk selain abon sapi. Setelah memproduksi beragam varian produk camilan makanan, ia pun mulai berupaya mengembangkan pasar. Tak hanya di area Solo dan sekitarnya, tapi juga ke daerah-daerah lain. Pada 2018, ia mengikuti pelatihan UKM dari Yayasan Dharma Bakti Astra (YDBA). Disitulah dirinya dibimbing dan dikenalkan dengan pasar yang lebih luas. Misalnya, mulai tahun 2020, abon Ksatria sudah terpajang di rest area milik Astra Pendopo 456 di Salatiga. Tak hanya itu, dibantu sang anak, Tri juga mulai memperluas pasar secara digital sejak 2020. Di tahun itu, dirinya mulai memperkenalkan abon Ksatra ke pasar online.
Hasilnya pun menjanjikan. Sejauh ini, sekitar 60% pelanggan abon Ksatira berasal dari ranah digital. Adapun mayoritas pembeli berasal dari Jabodetabek, Bali, Sumatra hingga daerah Kalimantan. Tahun kemarin, dirinya juga sempat melakukan pameran di Singapura. Tak disangka, produk abon Ksatria mendapat respon positif saat pameran. Produk abon Ksatria yang ia bawa di pameran itu ludes terjual. Dengan hasil tersebut, Tri berencana untuk memperluas jangkauan hingga ke luar negeri, terutama kawasan regional. Untuk merealisasikan rencana perluasan pasar tersebut, Tri akan fokus memperkuat pemasaran melalui platform digital. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Markus Sumartomjon