SIMALUNGUN. Perlambatan ekonomi di Eropa dan Amerika Serikat (AS) belum terlalu memukul kinerja ekspor kopi para eksportir di Simalungun, Sumatera Utara. Manajer Arabika PT Indo Cafco Nick Watson, mengaku, meski volume ekspor memang mengalami penurunan, namun harga jual kopi yang lebih tinggi menyokong pendapatan perusahaan.Tapi risiko pembeli beralih ke produsen kopi di negara lain yang menjual kopi lebih murah memang tetap ada. "Namun, karena rasa Kopi Sumatera atau kopi Arabica tidak bisa tergantikan, mereka tetap membeli juga akhirnya," ungkapnya, di sela peresmian pusat pelatihan petani kopi, Selasa (6/12). Tengok saja data International Coffee Organization (ICO). Volume ekspor kopi dari Indonesia selama Oktober hanya mencapai 475.000 kantong atau 28.500 ton. Jumlah ini merosot 5% dari volume ekspor bulan September yang sebanyak 452.000 ton atau 27.120 ton. Meski menurun, namun total ekspor kopi dari Indonesia mulai 1 November 2010 hingga 31 Oktober 2011 mencapai 6,05 juta kantong atau 363.411 ton. Jumlah ini naik 2,72% dari ekspor di tahun kopi sebelumnya yang sebanyak 5,89 juta kantong atau 353.659 ton.Sumatera Utara tercatat bisa mengekspor biji kopi Arabika sebanyak 60.000 ton per tahun dari seluruh eksportir. PT Indo Cafco bisa mengekspor sebanyak 6.000 ton kopi per tahun. Harga rata-rata ekspor berkisar US$ 5.000 per ton.Manajer Robusta PT Indo Cafco, Peter McGregor, menambahkan, meski ekspor melesu, permintaan kopi dari pasar domestik diperkirakan akan naik. "Trennya meningkat, tahun depan kira-kira tumbuh 5%," ujar McGregor.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Menjual cita rasa, harga kopi asal Indonesia lebih premium
SIMALUNGUN. Perlambatan ekonomi di Eropa dan Amerika Serikat (AS) belum terlalu memukul kinerja ekspor kopi para eksportir di Simalungun, Sumatera Utara. Manajer Arabika PT Indo Cafco Nick Watson, mengaku, meski volume ekspor memang mengalami penurunan, namun harga jual kopi yang lebih tinggi menyokong pendapatan perusahaan.Tapi risiko pembeli beralih ke produsen kopi di negara lain yang menjual kopi lebih murah memang tetap ada. "Namun, karena rasa Kopi Sumatera atau kopi Arabica tidak bisa tergantikan, mereka tetap membeli juga akhirnya," ungkapnya, di sela peresmian pusat pelatihan petani kopi, Selasa (6/12). Tengok saja data International Coffee Organization (ICO). Volume ekspor kopi dari Indonesia selama Oktober hanya mencapai 475.000 kantong atau 28.500 ton. Jumlah ini merosot 5% dari volume ekspor bulan September yang sebanyak 452.000 ton atau 27.120 ton. Meski menurun, namun total ekspor kopi dari Indonesia mulai 1 November 2010 hingga 31 Oktober 2011 mencapai 6,05 juta kantong atau 363.411 ton. Jumlah ini naik 2,72% dari ekspor di tahun kopi sebelumnya yang sebanyak 5,89 juta kantong atau 353.659 ton.Sumatera Utara tercatat bisa mengekspor biji kopi Arabika sebanyak 60.000 ton per tahun dari seluruh eksportir. PT Indo Cafco bisa mengekspor sebanyak 6.000 ton kopi per tahun. Harga rata-rata ekspor berkisar US$ 5.000 per ton.Manajer Robusta PT Indo Cafco, Peter McGregor, menambahkan, meski ekspor melesu, permintaan kopi dari pasar domestik diperkirakan akan naik. "Trennya meningkat, tahun depan kira-kira tumbuh 5%," ujar McGregor.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News