Menjual gambar wayang dari jarit dan kaca ke luar negeri



Tokoh wayang lekat dengan kebanyakan masyarakat Indonesia. Selain warisan budaya, wayang juga menjadi sebagai sosok tokoh mewakili kesenian asli Indonesia. Bahkan, sebagian orang mempercayai bahwa cerita pewayangan sarat dengan nilai agama. Bagi pebisnis, tokoh wayang adalah sumber keuntungan, salah satunya dari beragam suvenir bermotif wayang.Zaman memang telah berubah. Tokoh-tokoh kartun modern juga kian mendominasi. Namun wayang masih mendapat tempat di hati masyarakat. Buktinya jelas, berbagai suvenir bermotif wayang tetap laris manis di pasaran. Hal ini tak lepas dengan rekam jejak tentang wayang itu sendiri. Wayang sudah menjadi bagian dari budaya masyarakat Indonesia. Saking lekatnya, wajar bila, Wali Songo dalam penyebaran agama Islam menggunakan wayang sebagai medianya. Mereka menjadikan tokoh-tokoh dalam dunia pewayangan sebagai suri tauladan masyarakat. Tampil sebagai suvenir, motif wayang nyatanya tetap memikat banyak penggemar. Tak hanya berbentuk miniatur, lukisan dengan motif wayang diburu oleh banyak pembeli. Tak hanya pembeli lokal tapi juga mancanegara. Sadar kalau lukisan wayang punya banyak penggemar, para perajin wayang terus melakukan inovasi. Yang kini muncul adalah menggunakan jarit dan kaca untuk menciptakan tokoh-tokoh pewayangan. "Lukisan identik dengan cat dan kuas. Saya mencoba menggunakan kain jarit yang kerap dipakai sebagai kain gendongan untuk membuat lukisan wayang," ujar Sony, pemilik Lurik Antif. Oleh Sony, kain lurik ini digunakan sebagai media untuk membentuk wayang. Motif kain lurik yang antik membuat lukisan watang Sony tampak berbeda dari kebanyakan lukisan bermotif wayang. Lukisan tampak menonjol dengan warna-warna menarik dan antik. Yang juga menarik, Sony membuat lukisan wayangnya sebagai rangkaian cerita. Wajar bila tokoh-tokoh pewayangan yang dibuatnya lebih dari satu. Selain cerita klasik Rama Shinta, kisah Barata Yudha, Petruk dan Mbok Bakul menjadi objek lukisannya. Karena menggunakan media kain untuk membuat lukisan, lukisan Sony terbilang sulit. "Si pembuat harus tau teknik melipat dan membentuk wayang," ujar pria asli Malang ini. Salah melipat kain, sangat mungkin kalau lukisan tidak akan berbentuk wayang. Makanya, untuk membuat model wayang, Sony harus membuat rangkanya terlebih dahulu. Proses pembuatan bodi dari wayang ini memakan waktu tiga hari sampai satu minggu, tergantung besar ukuran bodi wayang. Lamanya waktu pembuatan lukisan wayang membuat harga lukisan wayang dari kain jarit menjadi mahal. "Apalagi bila lurik yang dipakai adalah kain lurik lawas," ujar Sony yang pernah membeli kain jarit seharga Rp 2 juta untuk ukuran 2 meter. Sony membanderol lukisan wayang jarit dengan ukuran 40 x 60 sebesar Rp 900.000. Sedangkan untuk ukuran 1 m x 1,5 meter harganya bisa mencapai Rp 11 juta. Sebulan, Sony mampu menjual empat hingga 10 lukisan. "Dua hari ikut pameran, saya bisa mengantongi omzet sebesar Rp 15 juta," kata dia. Jika Sonny membuat lukisan wayang dari kain, Trisno Yudiantoro menjual lukisan wayang dari kaca. "Keunikan dari lukisan kaca buatan kami adalah guratannya yang halus," terang Trisno. Untuk mendapatkan guratan lukisan yang halus, pelukis harus memiliki ketelitian yang tinggi. Trisno yang berdomisili di Cilacap ini menjelaskan proses pembuatan lukisan.Menggunakan kaca yang memiliki ketebalan 5 milimeter, pelukis terlebih dulu harus membuat motif untuk gambar wayangnya. Motif tersebut lantas digambar dengan tinta hitam. Setelah motifnya terlihat, tahap selanjutnya adalah pewarnaan, termasuk background alias latar lukisan. Tahap selanjutnya adalah pengeringan dan terakhir adalah memasang figura. Rangkaian proses membutuhkan waktu satu hingga dua minggu. Dengan ukuran 60 X 80 cm, lukisan wayang kaca Trisno dijual Rp 499.000 per unit. "Ukuran bisa disesuaikan dengan minat pembeli," ujarnya. Peminat lukisan kaca Trisno terbilang khusus yakni para kolektor lukisan. Meski kerap dipesan pecinta lukisan wayang di Australia, Trisno mengaku bahwa guratan wayang kaca hanya laku delapan unit sebulan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Editor: Tri Adi