KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Arahan Presiden Joko Widodo (Jokowi) menyatakan bahwa Indonesia harus melakukan reformasi kesehatan. Oleh sebab itu, Kementerian Kesehatan (Kemenkes) menyusun enam pilar transformasi sistem kesehatan dalam negeri. Keenam transformasi kesehatan tersebut yakni, transformasi layanan primer, layanan rujukan, ketahanan kesehatan, sumber daya manusia (SDM) kesehatan, dan transformasi teknologi kesehatan. Untuk transformasi ketiga yakni ketahanan kesehatan, Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin mengatakan, belajar dari pandemi Covid-19, Indonesia harus memiliki ketahanan kesehatan terutama pemenuhan alat kesehatan (alkes) untuk menghadapi potensi pandemi di masa mendatang.
Berkaca pada saat
lockdown di awal pandemi lalu, Indonesia kesulitan dalam pemenuhan alat-alat kesehatan. Budi menyebut bahkan saat itu untuk pemenuhan masker dan alat pelindung diri (APD) bagi tenaga kesehatan Indonesia kesulitan. Oleh karenanya saat ini pemerintah mendorong pemenuhan alkes 50%-60% didapatkan dari dalam negeri.
Baca Juga: Mankes Budi Gunadi: Dari 30 Orang yang Dicurigai Cacar Monyet, 1 yang Positif "Semua produk alat kesehatan obat-obatan vaksin itu kita ingin 50% sampai 60% hulu ke hilir di dalam negeri. Bukan untuk apa-apa kalau ada pandemi lagi kita harus bisa mensuplai dari dalam negeri, supaya kalau ada apa-apa nggak usah bergantung pada luar negeri," kata Budi di Kanal YouTube Kementerian Kesehatan, Minggu (28/8). Untuk mewujudkan hal tersebut, pemerintah kini sudah mulai memproduksi alat-alat kesehatan di dalam negeri. Salah satunya ialah, peluncuran fasilitas produksi dan peluncuran perdana alat kesehatan
elektromedik Mindray produksi dalam negeri di Kawasan Industri Kendal, Jawa Tengah ada 27 Agustus kemarin. Melalui transformasi ini, Budi menambahkan, perlahan Indonesia akan mampu memproduksi alat-alat kesehatan untuk memenuhi kebutuhan nasional. Meski baru mampu menghasilkan alat-alat kesehatan berteknologi rendah, Ia berharap industri kesehatan Indonesia terus berkembang, sehingga nantinya mampu memproduksi alkes berteknologi tinggi.
Baca Juga: Vaksin Keempat Akhir Tahun ''Sekarang kita udah mulai, semua alkes kalau bisa diproduksi di dalam negeri. Ini salah satu inisiatifnya mulai dari tempat tidur,
infuse pump, meja bedah, bed monitor. Dulu bayangkan masker dan APD aja susah. Untuk itu, kita bangun ini pelan-pelan,'' ujarnya. Selain itu, dukungan dari para produsen dan UMKM sangat penting guna mewujudkan kemandirian bangsa di bidang kesehatan. Salah satunya yang dilakukan oleh PT D&V Medika yang bekerjasama dengan PT. Mindray untuk memproduksi alat kesehatan elektromedik dalam negeri. Kolaborasi ini diharapkan menjadi contoh bagi produsen lainnya untuk saling bersinergi dan berkolaborasi dengan produsen yang memiliki teknologi tinggi, dengan demikian akan terjadi transfer teknologi mengenai teknik-teknik produksi, management produksi hingga proses distribusi yang lebih baik. ''Ini adalah awal dari komitmen kami dalam memproduksi alat kesehatan dalam negeri dan mendukung ketahanan kesehatan. Kami bangga pakai produk dalam negeri,'' kata Steven Lee, CEO D&V Medika.
Baca Juga: Setelah 52 Tahun Identifikasi Kasus Pertama, Monkeypox Makin Menyebar di Luar Endemik Sebagai informasi tahun 2019-2020 transaksi alkes impor mencapai 88% sementara untuk produk lokal hanya berkisar 12%. Padahal dari total 496 jenis alkes yang ditransaksikan di kurun waktu 2019-2020 tersebut, ada 152 alkes yang sebenarnya mampu diproduksi sendiri. Rendahnya penggunaan alkes produk lokal ini ditengarai keterbatasan teknologi dan implementasi regulasi penggunaan produk dalam negeri. Hal tersebut semakin diperburuk saat awal pandemi Covid-19, yang mana Indonesia di kesulitan mendapatkan alat kesehatan karena adanya
lockdown serta pembatasan mobilitas manusia maupun barang Untuk mengurangi transmisi virus. Atas hal tersebut, pemerintah mencanangkan transformasi kesehatan yang fokus pada enam pilar. Adapun sektor farmasi dan alat kesehatan masuk dalam pilar ketiga, yakni transformasi ketahanan sistem kesehatan yang salah satu fokusnya adalah mendorong pengembangan alat kesehatan produksi dalam negeri guna mengurangi ketergantungan produk kesehatan impor. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Noverius Laoli