Menkes minta beberapa kementerian/lembaga ikut atasi masalah stunting dari hulu



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Stunting atau masalah gizi kronis yang disebabkan oleh oleh asupan gizi yang kurang dalam waktu lama menjadi salah satu fokus pemerintah untuk ditiadakan.

Menteri Kesehatan RI Nila Moeloek dalam acara Workshop Fortifikasi Pangan di Ayana Mid Plaza Jakarta pada Selasa (19/2) menerangkan, mengatasi stunting pada anak bukan hanya dilakukan oleh Kementerian Kesehatan saja. Perlu adanya bantuan dan koordinasi dari beberapa Kementerian/Lembaga.

"Germas sudah kita buat, Germas itu keterkaitan antar Kemnterian/Lembaga. Tidak mungkin kami atasi stunting tanpa dibantu oleh Kementerian Perindustrian, Kementerian Pertanian, Kementerian Perdagangan, dan Kementerian Pemberdayaan Perempuan," jelas Nila.


Stunting pada anak disebut Nila bukan hanya pada masalah anak yang secara fisik tidak dapat tumbuh tinggi. Namun perkara serius lainnya adalah stunting pada anak akan berimbas pada motorik dan kognitif yang tentunya mempengaruhi masa depan si anak.

Mengatasi stunting pada anak dijelaskan Nila harus dimulai dari hulu. Berarti bagaimana meningkatkan kualitas sumber daya manusia selama 1000 hari kehidupan. Nila menambahkan bukan hanya kepada ibu hamil saja, remaja putri juga perlu mendapatkan gizi yang baik.

"Hidden hunger ini kita bisa lihat di ujungnya mereka terutama kaum perempuan mereka juga mengalami kekurangan zat besi anemia baik remaja dan baik usia kehamilan. Yang sedihnya di tahun 2018 ada kenaikan anemia pada remaja atau ibu hamil," jelas Nila.

Indonesia disebut Nila memang lah sudah mengalami penurunan angka stunting pada anak yang awalnya 37,2% pada 2013 sekarang menjadi 30,8% pada 2018. Namun sayangnya WHO meminta agar angka stunting berada di bawah 20%. Presiden Jokowi sendiri menurut Nila meminta agar angka stunting dapat terus menurun bahkan hingga tak ada lagi.

Menjadi hal yang bertolak belakang disebut Nila lantaran Indonesia menjadi negara terbesar kedua di dunia penghasil sampah makanan, namun masih terdapat stunting di dalamnya. "Saya rasa ini benar membuat tidak ada lagi stunting, karena kita harusnya tidak ada lagi stunting, di negara yang satu sisi membuang makanan terbanyak di dunia di satu sisi kita masih ada stunting," lanjut Nila.

Stunting juga memberikan penderitanya mengalami penyakit tidak menular (PTM) yang pastinya memerlukan biaya yang tinggi dalam perawatannya saat masuk usia dewasa.

"PTM ini luar biasa costnya, dari 10 anak kita 3 stunting berapa costnya, ini bisa kita lihat dari berapa besarnya yang dikeluarkan BPJS, penyakitnya tentu jantung, stroke, dan sebagainya," tambah Nila.

Disampaikan kembali bahwa PTM mengalami peningkatan misalnya saja hipertensi dari 34% menjadi hampir 40%, lalu diabetes yang sebelumnya 6% menjadi 8%, penyakit jantung dari 0,5% menjadi 1,5%.

Merubah pola pikir masyarakat mengenai hidup sehat menjadi tantangan cukup berat bagi pemerintah. "Kita harus ubah perilaku kita," tegas Nila.

Terlebih pada pola makan yang lebih baik seperti program 'Isi Piringku' yang giat disosialisasikan Kemenkes.

Solusi lainnya adalah pemberian multi vitamin seperti tablet penambah darah pada remaja putri dan ibu hamil mengingat memberantas stunting dari hulu tadi. Namun disayangkan Nila masih banyak remaja putri dan ibu hamil yang belum paham atau belum mengonsumsi tablet penambah darah dengan rutin.

"Ibu hamil yang dapat tablet tambah darah 24% diberi, yang mengonsumsinya hanya 15%, remaja putri juga yang diminum hanya 1,4%," tambah Nila.

Jalan lain adalah fortifikasi pangan atau penambahan mikro nutrien dalam makanan atau pencampuran vitamin dan mineral tertentu.

"Target kita adalah generasi kita yang sehat dan pandai-pandai. Kita harus cari jala lain yaitu fortifikasi, di dalam makanan diberi tambahan mikro nutrien, kalau kita buat masyarakat kita berkualitas maka negara kita akan sejahtera, memang hulu sekali bagaimana kita lahirkan anak berkualitas," terang Nila.

Kembali ditegaskan bahwa peran serta dan dukungan dari Kementerian/Lembaga sangat diperlukan dalam mengatasi stunting, terutama mengubah pola pikir masyarakat.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Yudho Winarto