JAKARTA. Menteri Kesehatan Nafsiah Mboi mengatakan, kampanye kondom ditujukan bagi masyarakat yang mempunyai perilaku seks berisiko. Secara tegas, dia menyatakan program tersebut bukan ditujukan kepada pelajar.Nafsiah menerangkan, kampanye kondom merupakan program yang dilakukan sejak enam tahun lalu. Program ini menyasar masyarakat usia 15 tahun hingga 24 tahun yang biasanya berprofesi sebagai pekerja seks komersil. Sekitar 34% pekerja tersebut merupakan perempuan.Sisanya, sebesar 45% merupakan laki-laki berusia di bawah 25 tahun yang menjadi pembeli seks.Menurutnya, program dilakukan untuk memeratakan pemberian informasi dan layanan mengenai penularan HIV/AIDS. "Mereka (PSK) menjadi pekerja seks oleh karena dilacurkan, di-traficking atau dibujuk, dan sebagainya," kata Nafsiah sebelum rapat kerja dengan Komisi IX DPR, Senin (25/6).Selain ke tempat pelacuran, Kementerian Kesehatan membagi-bagikan kondom di sejumlah tempat yang berisiko seperti panti pijat dan tempat pariwisata. Nafsiah mengatakan, pembagian kondom secara cuma-cuma juga kepada warga miskin. Tujuannya kemiskinan bukan alasan untuk ketularan penyakit. Sedangkan kepada pelajar, Kementerian Kesehatan melakukan program yang berbeda. Menurut Nafsiah, pihaknya mengenalkan seks kepada remaja melalui pendidikan. Program ini bertujuan supaya remaja-remaja Indonesia memiliki ketahanan iman dan mental untuk menolak perilaku beresiko seperti seks bebas maupun juga penggunaan narkotika. "Jadi tidak ada pembagian kondom untuk kalangan pelajar," tegasnya.Nafsiah menyebut bahwa program pengenalan edukasi bagi pelajar dan pekerja seks komersial harus diperjuangkan supaya yang terlibat didalamnya dapat melanjutkan kegiatan seperti sekolah. "Kalau tidak, minimal mereka tidak tertular penyakit," katanya.Kebijakan kampanye kondom ini sempat menuai protes. Sejumlah pemuka agama termasuk juga fraksi Partai Keadilan Sejahtera menampik program pembagian kondom gratis ini karena dianggap melegalkan seks bebas.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Menkes: Pembagian kondom bukan untuk pelajar
JAKARTA. Menteri Kesehatan Nafsiah Mboi mengatakan, kampanye kondom ditujukan bagi masyarakat yang mempunyai perilaku seks berisiko. Secara tegas, dia menyatakan program tersebut bukan ditujukan kepada pelajar.Nafsiah menerangkan, kampanye kondom merupakan program yang dilakukan sejak enam tahun lalu. Program ini menyasar masyarakat usia 15 tahun hingga 24 tahun yang biasanya berprofesi sebagai pekerja seks komersil. Sekitar 34% pekerja tersebut merupakan perempuan.Sisanya, sebesar 45% merupakan laki-laki berusia di bawah 25 tahun yang menjadi pembeli seks.Menurutnya, program dilakukan untuk memeratakan pemberian informasi dan layanan mengenai penularan HIV/AIDS. "Mereka (PSK) menjadi pekerja seks oleh karena dilacurkan, di-traficking atau dibujuk, dan sebagainya," kata Nafsiah sebelum rapat kerja dengan Komisi IX DPR, Senin (25/6).Selain ke tempat pelacuran, Kementerian Kesehatan membagi-bagikan kondom di sejumlah tempat yang berisiko seperti panti pijat dan tempat pariwisata. Nafsiah mengatakan, pembagian kondom secara cuma-cuma juga kepada warga miskin. Tujuannya kemiskinan bukan alasan untuk ketularan penyakit. Sedangkan kepada pelajar, Kementerian Kesehatan melakukan program yang berbeda. Menurut Nafsiah, pihaknya mengenalkan seks kepada remaja melalui pendidikan. Program ini bertujuan supaya remaja-remaja Indonesia memiliki ketahanan iman dan mental untuk menolak perilaku beresiko seperti seks bebas maupun juga penggunaan narkotika. "Jadi tidak ada pembagian kondom untuk kalangan pelajar," tegasnya.Nafsiah menyebut bahwa program pengenalan edukasi bagi pelajar dan pekerja seks komersial harus diperjuangkan supaya yang terlibat didalamnya dapat melanjutkan kegiatan seperti sekolah. "Kalau tidak, minimal mereka tidak tertular penyakit," katanya.Kebijakan kampanye kondom ini sempat menuai protes. Sejumlah pemuka agama termasuk juga fraksi Partai Keadilan Sejahtera menampik program pembagian kondom gratis ini karena dianggap melegalkan seks bebas.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News