JAKARTA. Impian nilai tukar rupiah untuk kembali berada pada level 11.700-11.800 per dolar Amerika Serikat (AS) rasa-rasanya agak sulit terjadi. Menteri Keuangan Chatib Basri mengatakan fundamental rupiah saat ini berada pada level rupiah sekarang yaitu level 12.000. Menurut Chatib, pergerakan nilai tukar rupiah saat ini lebih diakibatkan faktor eksternal yaitu rencana kenaikan suku bunga Bank Sentral Amerika The Fed. "Angka sekarang adalah fundamental karena disesuaikan dengan normalisasi (The Fed)," ujar Chatib pada akhir pekan. Sekedar gambaran saja, berdasarkan kurs tengah Bank Indonesia (BI) rupiah dalam beberapa waktu terakhir berada pada level di atas 12.000. Pada akhir pekan lalu Jumat (3/10), level rupiah melemah ke 12.144 dibanding hari sebelumnya 12.136. Rupiah yang terus mengalami pelemahan hingga ke 12.000 ini, dijelaskan Chatib, terjadi sejak 16-17 September lalu di mana dilakukan rapat Federal Open Market Committee (FOMC). Kemudian terus berkembang di mana Gubernur The Fed Janet Yellen memberikan sinyal kencang bahwa kenaikan suku bunga akan melaju kencang. Mantan Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) ini mengaku lebih baik pasar price in alias menyesuaikan diri dengan tekanan The Fed dari sekarang. Sehingga ketika The Fed mengeluarkan keputusan menaikkan suku bunga maka gejolak terhadap rupiah tidak terlalu besar. Hal ini pula yang dilakukan pemerintah ketika mengatakan kepada pasar bahwa kondisi defisit transaksi berjalan triwulan II 2014 akan melonjak. "Dari awal sudah kita katakan defisit bisa US$ 9 miliar. Begitu diumumkan pasar tidak terlalu bergejolak," tandasnya. Tentu saja apabila pergerakan rupiah sudah melewati batas maka Bank Indonesia (BI) akan masuk ke pasar. Deputi Gubernur BI Perry Warjiyo mengatakan terkait dengan Indonesia, pelemahan yang terjadi selain karena faktor The Fed juga ada faktor defisit transaksi berjalan dan kondisi politik dalam negeri. Dua faktor tersebut yang kemudian membedakan tingkat pelemahan rupiah dibanding mata uang lainnya. Yang akan dilakukan BI adalah tetap menjaga nilai tukar sesuai fundamental. "Kalau terjadi gejolak yang terlalu volatile maka BI akan lakukan intervensi," terang Perry. Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Menkeu: Fundamental rupiah di level 12.000
JAKARTA. Impian nilai tukar rupiah untuk kembali berada pada level 11.700-11.800 per dolar Amerika Serikat (AS) rasa-rasanya agak sulit terjadi. Menteri Keuangan Chatib Basri mengatakan fundamental rupiah saat ini berada pada level rupiah sekarang yaitu level 12.000. Menurut Chatib, pergerakan nilai tukar rupiah saat ini lebih diakibatkan faktor eksternal yaitu rencana kenaikan suku bunga Bank Sentral Amerika The Fed. "Angka sekarang adalah fundamental karena disesuaikan dengan normalisasi (The Fed)," ujar Chatib pada akhir pekan. Sekedar gambaran saja, berdasarkan kurs tengah Bank Indonesia (BI) rupiah dalam beberapa waktu terakhir berada pada level di atas 12.000. Pada akhir pekan lalu Jumat (3/10), level rupiah melemah ke 12.144 dibanding hari sebelumnya 12.136. Rupiah yang terus mengalami pelemahan hingga ke 12.000 ini, dijelaskan Chatib, terjadi sejak 16-17 September lalu di mana dilakukan rapat Federal Open Market Committee (FOMC). Kemudian terus berkembang di mana Gubernur The Fed Janet Yellen memberikan sinyal kencang bahwa kenaikan suku bunga akan melaju kencang. Mantan Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) ini mengaku lebih baik pasar price in alias menyesuaikan diri dengan tekanan The Fed dari sekarang. Sehingga ketika The Fed mengeluarkan keputusan menaikkan suku bunga maka gejolak terhadap rupiah tidak terlalu besar. Hal ini pula yang dilakukan pemerintah ketika mengatakan kepada pasar bahwa kondisi defisit transaksi berjalan triwulan II 2014 akan melonjak. "Dari awal sudah kita katakan defisit bisa US$ 9 miliar. Begitu diumumkan pasar tidak terlalu bergejolak," tandasnya. Tentu saja apabila pergerakan rupiah sudah melewati batas maka Bank Indonesia (BI) akan masuk ke pasar. Deputi Gubernur BI Perry Warjiyo mengatakan terkait dengan Indonesia, pelemahan yang terjadi selain karena faktor The Fed juga ada faktor defisit transaksi berjalan dan kondisi politik dalam negeri. Dua faktor tersebut yang kemudian membedakan tingkat pelemahan rupiah dibanding mata uang lainnya. Yang akan dilakukan BI adalah tetap menjaga nilai tukar sesuai fundamental. "Kalau terjadi gejolak yang terlalu volatile maka BI akan lakukan intervensi," terang Perry. Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News