Menkeu Hong Kong: Ekonomi Hong Kong akan menghadapi guncangan hebat seperti tsunami



KONTAN.CO.ID - HONG KONG. Ekonomi Hong Kong tengah menghadapi guncangan hebat seperti tsunami. Bahkan, negara kota ini diprediksi akan mengalami defisit anggaran terbesarnya pada tahun keuangan berikutnya akibat wabah virus corona. Melansir South China Morning Post, peringatan itu dikeluarkan oleh Menteri Keuangan Hong Kong Paul Chan Mo-po.

Menurut Paul Chan, ekonomi Hong Kong bisa tetap merah untuk "beberapa tahun" yang akan datang dan pemerintah akan lebih berhati-hati dalam meningkatkan pengeluaran berulang "untuk mempertahankan keberlanjutan fiskal".

Chan, yang diperkirakan akan menentukan anggaran akhir bulan ini, merilis peringatan di blog resminya pada hari Minggu (16/2/2020).


Baca Juga: Masker jadi barang langka di Tiongkok, warga China hunting dan borong dari Indonesia

"Sangat mungkin bahwa defisit anggaran untuk tahun keuangan baru (2020-21) akan menjadi yang terbesar yang pernah ada," tulis Chan, tanpa merinci seberapa besar defisit yang dimaksud.

Paul Chan juga memperingatkan, dampak wabah virus corona juga bisa menyebabkan tingkat pengangguran melonjak.

Data South China Morning Post menunjukkan, defisit terbesar Hong Kong sejauh ini adalah sekitar HK$ 63,3 miliar (US$ 8 miliar) pada 2001-02. Itu diikuti oleh defisit HK$ 61,7 miliar pada 2002-03 dan HK$ 40,1 miliar pada 2003-04. Negara kota ini melaporkan surplus sebesar HK$ 21,4 miliar pada 2004-05.

Baca Juga: Korban tewas virus corona mencapai 1.770, kasus sembuh 10.607

Paul Chan mengatakan, dampak wabah virus corona pada ekonomi Hong Kong mungkin akan lebih besar dari itu selama wabah Sars tahun 2003. Apalagi kondisi ini ditambah dengan aksi demonstrasi yang berlangsung cukup lama di negara tersebut.

“Dampaknya tidak hanya terasa di sektor ritel, katering, atau terkait pariwisata. Pukulan skala tsunami semacam itu dapat menyebabkan tingkat pengangguran memburuk dengan cepat,” tulisnya.

Baca Juga: Gara-gara virus corona, ekonomi Singapura bisa tergerus hingga 1%!

Editor: Barratut Taqiyyah Rafie