KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati menyampaikan Indonesia adalah salah satu negara yang memiliki hutan tropis terbesar. Itu menjadi alasan yang sangat penting bagi Indonesia untuk membatasi atau mencegah deforestasi, bahkan menghutankan kembali lahan yang telah berubah peruntukannya. Pemerintah pun telah memasukkan dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) untuk rencana aksi ini, baik untuk mitigasi maupun adaptasi, serta akan diprioritaskan agar dapat mendukung agenda mengatasi dampak perubahan iklim. “Kami mengalokasikan 4,1% dari anggaran negara kami untuk aksi mengatasi dampak perubahan iklim dan kami akan menelusuri pengeluaran anggaran agar kami dapat konsisten, kredibel dan transparan mengenai sumber daya yang dibutuhkan dan itu adalah salah satu akuntabilitas yang kami bangun,” ungkap Menkeu pada webinar Raising The Bar on Climate Ambition: Road to Cop 26, Selasa (4/5) dalam rangkaian Sidang Tahunan Asian Development Bank ke-54. Menkeu menambahkan dari sisi fiskal, pemerintah juga menggunakan banyak instrumen, misalnya seperti obligasi hijau serta membentuk lembaga yang didedikasikan memobilisasi sumber daya untuk pembiayaan aksi penanganan dampak perubahan iklim dan lingkungan. Hal ini sangat penting karena untuk mengatasi dampak perubahan iklim tidak dapat dilakukan tanpa pembiayaan dan teknologi.
Menkeu: Indonesia berkomitmen mencegah dampak perubahan iklim dari sisi anggaran
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati menyampaikan Indonesia adalah salah satu negara yang memiliki hutan tropis terbesar. Itu menjadi alasan yang sangat penting bagi Indonesia untuk membatasi atau mencegah deforestasi, bahkan menghutankan kembali lahan yang telah berubah peruntukannya. Pemerintah pun telah memasukkan dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) untuk rencana aksi ini, baik untuk mitigasi maupun adaptasi, serta akan diprioritaskan agar dapat mendukung agenda mengatasi dampak perubahan iklim. “Kami mengalokasikan 4,1% dari anggaran negara kami untuk aksi mengatasi dampak perubahan iklim dan kami akan menelusuri pengeluaran anggaran agar kami dapat konsisten, kredibel dan transparan mengenai sumber daya yang dibutuhkan dan itu adalah salah satu akuntabilitas yang kami bangun,” ungkap Menkeu pada webinar Raising The Bar on Climate Ambition: Road to Cop 26, Selasa (4/5) dalam rangkaian Sidang Tahunan Asian Development Bank ke-54. Menkeu menambahkan dari sisi fiskal, pemerintah juga menggunakan banyak instrumen, misalnya seperti obligasi hijau serta membentuk lembaga yang didedikasikan memobilisasi sumber daya untuk pembiayaan aksi penanganan dampak perubahan iklim dan lingkungan. Hal ini sangat penting karena untuk mengatasi dampak perubahan iklim tidak dapat dilakukan tanpa pembiayaan dan teknologi.