Menkeu: Inflasi Februari 2014 bisa di bawah 0,5%



JAKARTA. Meski cukup banyak bencana alam yang terjadi di bulan Februari 2014, hal itu tidak membuat terjadi inflasi tinggi. Justru, menurut sejumlah ekonom, kenaikan harga tinggi bisa dihindari. Padahal, biasanya jika ada bencana terutama benjir, harga kebutuhan pokok, terutama makanan akan mengalami kenaikan. Menteri keuangan (menkeu) Chatib Basri bilang, inflasi di bulan Februari 2014 bisa berada di bawah 0,5%. Meski tidak mengalami kenaikan, kenaikan harga makanan alias voltile food masih menjadi penyumbang inflasi terbesar. "Saya rasa inflasi februari kita membaik," ujat Chatib, Kamis (27/2) di Jakarta.Sementara itu, sejumlah ekonom juga berpendapat sama. Ekonom Bank Mandiri Destry Damayanti, misalnya. Dia bilang, dampak pelemahan nilai tukar rupiah yang terjadi tahun lalu, masih terasa. Pelemahan rupiah yang dimaksud Destry yaitu yang terjadi di kuartal tertakhir. Biasanya, dampak pelemahan rupiah baru dirasakan pada jangka waktu satu hingga dua bulan kemudian. Dampak kenakan harga itu terjadi, terutama terhadap kenaikan harga makanan jadi. Seperti halnya Chatib, Destry juga memperkirakan inflasi Februari sebesar 0,5%. Dengan begitu secara year on year (yoy), inflasi akan mencapai 8,01%. Adapun ekonom Bank International Indonesia (BII) Juniman memperkirakan, inflasi akan berada di level 0,11%. Menurutnya, beberapa harga makanan terutama palawija justru turun.

Selain itu, penguatan rupiah yang terjadi di bulan Februari menyebabkan imported inflation, atau kenaikan harga yang disebabkan kenaikan harga barang impor  tidak terjadi. Dengan rendahnya perkiraan inflasi tersebut, ekonom Bank Negara Indonesia (BNI)Ryan Kiryanto bilang, Bank Indonesia tidak perlu menaikan suku bunga acuan, alias Bi rate. "Justru sebaiknya BI rate diturunkan jadi 7,25%," ujar Ryan, kepada KONTAN. Ryan memperkirakan, inflasi Februari akan mencapai 0,4%-0,5%. Sebelumnya BI melalui deputi gubernur seniornya Mirza Adityaswara memperkirakan inflasi akan di bawah 0,5% juga.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Editor: Dikky Setiawan