JAKARTA. Menteri Keuangan (Menkeu) M Chatib Basri mengatakan kebijakan apapun yang dikeluarkan pemerintah untuk memperbaiki kondisi ekonomi Indonesia pasti akan membutuhkan waktu. Ini yang menyebabkan ada anggapan pemerintah seringkali salah ambil keputusan. "Kita keluarkan kebijakan, apapun yang dibuat pasti salah. Karakteristik dari negeri ini. Kebijakan ini butuh waktu," kata Chatib di Hotel Dharmawangsa, Kamis (30/1/2014). Chatib mengklaim dalam 3 bulan, pemerintah berhasil mengubah neraca perdagangan menjadi surplus. Pada bulan Oktober 2013 lalu, surplus neraca perdagangan mencapai 40 juta dollar AS, kemudian menjadi 760 juta dollar AS pada bulan November. "Bulan Desember perkiraan Kementerian Keuangan bisa 800 juta dollar AS," kata dia. Selain itu, pemerintah juga mengambil kebijakan untuk mengurangi defisit transaksi berjalan. Pada Agustus 2013 lalu, Bank Indonesia (BI) merilis defisit transaksi berjalan mencapai 4,4 persen dari produk domestik bruto (PDB). "Kita keluarkan kebijakan untuk itu. Defisit transaksi berjalan terjadi karena impor lebih besar dark ekspor. Karena permintaan domestik lebih tinggi dari kapasitas produksi yang bisa kita buat," jelasnya. Solusi mengatasi tingginya impor, ujar mantan Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) ini, adalah dengan menambah pasokan atau mengurangi permintaan. Idealnya memang menambah pasokan, namun memakan waktu. "Tapi defisit transaksi berjalan harus segera ditangani, makanya harus mengurangi permintaan. Makanya BI Rate (suku bunga acuan BI) harus dinaikkan," ujar Chatib. Chatib optimistis defisit transaksi berjalan pada kuartal IV 2013 dapat menembus 3 persen dari PDB. Adapun untuk tahun 2014 keseluruhan ia yakin defisit transaksi berjalan dapat berada pada kisaran 2,5 persen dari PDB. (Sakina Rakhma Diah Setiawan)Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Menkeu: Kebijakan apapun pasti dinilai salah
JAKARTA. Menteri Keuangan (Menkeu) M Chatib Basri mengatakan kebijakan apapun yang dikeluarkan pemerintah untuk memperbaiki kondisi ekonomi Indonesia pasti akan membutuhkan waktu. Ini yang menyebabkan ada anggapan pemerintah seringkali salah ambil keputusan. "Kita keluarkan kebijakan, apapun yang dibuat pasti salah. Karakteristik dari negeri ini. Kebijakan ini butuh waktu," kata Chatib di Hotel Dharmawangsa, Kamis (30/1/2014). Chatib mengklaim dalam 3 bulan, pemerintah berhasil mengubah neraca perdagangan menjadi surplus. Pada bulan Oktober 2013 lalu, surplus neraca perdagangan mencapai 40 juta dollar AS, kemudian menjadi 760 juta dollar AS pada bulan November. "Bulan Desember perkiraan Kementerian Keuangan bisa 800 juta dollar AS," kata dia. Selain itu, pemerintah juga mengambil kebijakan untuk mengurangi defisit transaksi berjalan. Pada Agustus 2013 lalu, Bank Indonesia (BI) merilis defisit transaksi berjalan mencapai 4,4 persen dari produk domestik bruto (PDB). "Kita keluarkan kebijakan untuk itu. Defisit transaksi berjalan terjadi karena impor lebih besar dark ekspor. Karena permintaan domestik lebih tinggi dari kapasitas produksi yang bisa kita buat," jelasnya. Solusi mengatasi tingginya impor, ujar mantan Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) ini, adalah dengan menambah pasokan atau mengurangi permintaan. Idealnya memang menambah pasokan, namun memakan waktu. "Tapi defisit transaksi berjalan harus segera ditangani, makanya harus mengurangi permintaan. Makanya BI Rate (suku bunga acuan BI) harus dinaikkan," ujar Chatib. Chatib optimistis defisit transaksi berjalan pada kuartal IV 2013 dapat menembus 3 persen dari PDB. Adapun untuk tahun 2014 keseluruhan ia yakin defisit transaksi berjalan dapat berada pada kisaran 2,5 persen dari PDB. (Sakina Rakhma Diah Setiawan)Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News