Menkeu: Kelas menengah menjadi pendorong ekonomi



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Selama 14 tahun Indonesia berhasil meningkatkan kelompok kelas menengah dari 7% pada 2002 menjadi 21% pada 2016. Kelas menengah disebut sebagai motor penggerak pertumbuhan ekonomi.

World Bank mengategorikan penduduk berpendapatan 1,2-6 juta per bulan sebagai penduduk kelas menengah yang mengisi 20% dari total populasi Indonesia. Peluang kelompok ini menjadi miskin dan rentan jatuh miskin kurang dari 10%.

Sementara 45% lainnya tergabung dalam kelompok yang ingin masuk kelas menengah. Kelompok ini disebut "kelas beraspirasi" dengan keadaan tidak lagi miskin atau rentan jatuh miskin namun belum mencapai tingkat kemapanan ekonomi dan belum memiliki gaya hidup kelas menengah.


Kelompok inilah yang didorong untuk dapat memasuki kelas menengah dan menjadi potensi besar bagi Indonesia.

"Jika kelompok 45% tersebut dapat memasuki kelas menengah, Indonesia akan benar-benar menjadi masyarakat kelas menengah dan negara berpendapatan tinggi," jelas Matthew Wai-Poi dalam materi presentasi di seminar tentang peran kelas menengah yang diadakan World Bank, Senin (4/12).

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati dalam kesempatan yang sama mengakui kelas menengah adalah sumber entrepreneurship yang bisa menciptakan lapangan kerja.

Menurutnya, ada 27% pertumbuhan terhadap Produk Domestik Bruto yang dipengaruhi oleh kelas menengah selama 2 dekade terakhir. "Kelas menengah bisa menjadi pendorong pertumbuhan," kata Sri.

Dia menambahkan, pendidikan menjadi salah satu jalan yang penting menuju kelas menengah. Itulah alasan Indonesia berusaha memperbaiki sistem pendidikan Indonesia dengan mengalokasikan 20% anggaran untuk pendidikan.

Satu suara dengan Sri Mulyani, disampaikan oleh Sudhir Shetty, Chief Economist of the east Asia and Pacific Region of The World Bank, Indonesia perlu membenahi pendidikan untuk memperkuat kelas menengah.

Saat ini hasil dari pengalokasian anggaran untuk pendidikan belum terlihat. Vietnam dengan porsi anggaran yang sama berhasil meningkatkan taraf pendidikan warganya dan menduduki peringkat ke-8.

Sementara Indonesia masih bertengger di peringkat 60 meski telah menggelontorkan dana untuk prioritas pendidikan. "Bukan soal uangnya, tapi penggunaannya," kata Sudhir Shetty.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Yudho Winarto