Menkeu: Rubel kolaps, kurs rupiah ikut anjlok



JAKARTA. Rupiah makin loyo. Kemarin mata uang Garuda ditutup melemah tajam. Berdasarkan kurs tengah Bloomberg, nilai tukar rupiah terhadap dollar AS anjlok 1,98% ke level Rp 12.713. Sedangkan hari ini, kurs tenggah Bank Indonesia (BI) berada pada kisaran Rp 12.900 per dollar AS, terendah sejak 1998.

Menurut Menteri Keuangan Bambang Brodjonegoro, pelemahan rupiah yang terjadi hari ini adalah karena Rusia yang mata uangnya kolaps. Rusia dianggap sebagai negara emerging seperti layaknya Indonesia. "Sehingga pasti ada imbasnya kepada kita dan kemarin juga Rusia langsung menaikkan policy ratenya tinggi sekali," ujar Bambang di Jakarta, Selasa (16/12).

Apa yang terjadi di Rusia pasti langsung berdampak pada pergerakan mata uang di Indonesia termasuk Indonesia. "Ini yang mau kita koordinasikan dengan Bank Indonesia dan Otoritas Jasa Keuangan untuk memastikan bahwa kita bisa mengatasi kondisi yang sifatnya datang dari global," tandasnya.


Sebagai informasi, Bank sentral Rusia kemarin menaikkan bunga acuan sebesar 650 basis poin, yang berlaku mulai hari ini (16/12). Dengan kenaikan itu, bunga acuan Rusia naik menjadi 17% dari 10,5%. "Keputusan ini akan membatasi depresiasi nilai tukar rubel dan risiko inflasi," tulis bank sentral Rusia di laman resminya.

Kenaikan bunga ini merupakan yang keenam sepanjang tahun 2014. Rusia juga sudah menggelontorkan dana US$ 80 miliar dari cadangan devisanya untuk menghentikan pelemahan rubel yang kini terpangkas 49%. Pil pahit ini harus ditelan Rusia sejak menginvasi negara tetangganya, Ukraina Maret lalu.

Rubel kemarin melemah 9,7% menjadi 64,44 per dollar AS. Ekonomi Rusia makin terpuruk dengan penurunan harga minyak Brent. Harga Brent yang menjadi acuan ekspor minyak dari Rusia ini tergerus menyentuh US$ 61,06 per barel kemarin di bursa berjangka ICE Futures, London.  

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Uji Agung Santosa