Menkeu Rusia: Kami tidak berencana mematikan McDonalds



KONTAN.CO.ID - MOSKOW. Rusia akan semakin mengurangi kepemilikan surat berharga AS untuk menanggapi sanksi baru terhadap Moskow. Namun, Rusia tidak memiliki rencana menutup perusahaan AS di Rusia, kata Menteri Keuangan Anton Siluanov di TV Minggu, kantor berita RIA melaporkan.

Pada hari Jumat, Perdana Menteri Dmitry Medvedev mengatakan Rusia akan menganggap setiap langkah AS untuk mengekang kegiatan bank-banknya sebagai "deklarasi perang ekonomi" dan akan mengambil tindakan pembalasan.

Rabu pekan lalu Washington mengatakan akan memberlakukan sanksi baru terhadap Rusia pada akhir Agustus setelah menyimpulkan Moskow telah menggunakan agen saraf terhadap mantan agen Rusia dan putrinya di Inggris. Kabar itu mengirim mata uang rubel Rusia ke level terendah dua tahun.


Berbicara di acara bincang-bincang TV mingguan, Siluanov mengatakan sanksi baru AS, beberapa di antaranya dapat membatasi pembelian obligasi pemerintah Rusia. "Tidak menyenangkan tetapi tidak fatal," katanya.

"Kami telah menurunkan investasi kami dalam perekonomian AS ke tingkat minimum dan selanjutnya akan menurunkan dalam sekuritas AS," kata Siluanov, menjelaskan sifat penurunan tak terduga dalam kepemilikan Obligasi Pemerintah AS.

Rusia telah membuang kepemilikan Treasury AS dalam beberapa bulan terakhir karena hubungan antara Moskow dan Washington memburuk, data bulan lalu menunjukkan hal itu.

Rusia juga akan memiliki lebih banyak menyelesaiakan transaksi dalam rubel dan mata uang lainnya, seperti euro, daripada dalam dolar, kata Siluanov.

"Pada akhirnya, ini akan berdampak negatif bagi investor AS. Tapi kami tidak berencana melakukan pembatasan sekarang seperti mematikan McDonalds," kata Siluanov. Dia disebut-sebut diminta beberapa anggota parlemen untuk menutup perusahaan AS terkemuka di Rusia mulai dari 2014, ketika hubungan dengan Barat memburuk atas aneksasi Rusia Crimea dan perannya dalam krisis Ukraina.

"Warga kita bekerja di perusahaan-perusahaan ini, perusahaan-perusahaan ini membayar pajak ke dalam anggaran negara kita," kata Siluanov.

Sementara mengakui bahwa sanksi AS akan meningkatkan inflasi di Rusia karena mereka menyakiti rubel, Siluanov mengatakan tidak ada rencana untuk melarang penggunaan dolar di Rusia.

"Tentu saja, pemerintah tidak punya rencana seperti itu. Itu akan menjadi langkah menuju kebuntuan."

Editor: Hasbi Maulana