KONTAN.CO.ID -JAKARTA. Menteri Keuangan Sri Mulyani menyebut, ekonomi Indonesia melihat sinyal-sinyal pemulihan ekonomi mulai nampak di bulan Juni, setelah April dan Mei terkapar. Ini nampak dari beberapa indikator yang mulai nampak geliatnya. Mulai dari indeks keyakinan konsumen yang mulai membaik, konsumsi listrik bisnis dan industri yang naik, geliat PMI manufaktur, ekspor impor, penerimaan pajak, bea cukai, penyerapan belanja, penyerapan belanja modal sampai likuiditas pemerintah yang lebih ekspansi. “Meski begitu, secara umum, ekonomi kuartal II memburuk, namun di bulan Juni mulai membaik,” ujar Ani, panggilan karib Menkeu, Selasa (20/7). Adapun aktivitas ekonomi yang mulai membaik itu nampak, antara lain:
Pertama, penerimaan perpajajakan, meski masih mengalami tekanan, sektor tertentu sudah mulai menunjukan perbaikan. Pelonggaran pembatasan sosial berskala besar di banyak negara serta membaikanya perdagangan internasional menjadi pemacu. Alhasil, kata bendahara negara, pembiayaan dan kondisi kas negara terkendali.
Kedua, pada bulan Juni, konsumsi masyarakat juga mulai rebound, meski masih lemah. “Sektor konstruksi mulai berdegup, meski begitu kami akan melihat sustainabilitynya,” ujar Menkeu Sri Mulyani Indrawati dalam jumpa pers APBN Kita, Senin (20/7). Lalu, produksi dalam negeri juga mulai nampak geliatnya.
Ketiga, cadangan devisa juga naik yang bersumber dari penerbitan obligasi atau surat utang valas. Kegiatan ekspor utamanya ke China juga sudah mulai nampak.
Keempat, yield surat utang negara juga menjadi kembali ke awal tahun 2020 dengan kepemilikan asing yang masih rendah. Kata Menkeu, likuiditas bank juga mulai mebaik, meski ada tekanan pada kinerja. “Selain itu inflasi juga terkendali,” ujar Ani.
Baca Juga: Konsumsi listrik mulai tumbuh di Juni, Menkeu sebut ekonomi mulai berbalik arah Meski aktivitas sudah mulai membaik, Ani menyebut ketidakpastian masih tinggi.Alhasil, “Butuh kehati-hatian kewaspadaan,” ujar Ani. Ini lantaran pandemic corona atau covid-19 masih mengancam. Jumlah kasus Covid-19, sudah lebih dari 14,6 juta dengan angka kematian global mencapai 608.000. “Bahkan saat ini Amerika Serikat, India, Brasil, Afrika Selatan menjadi negara dengan kenaikan kasus harian tertinggi, terutama setelah pelonggaran PSBB atau lockdown,” ujar Ani. Adapun di Indonesia, jumlah kasus Covid-19 mencapai 86.521. “Ini membuat kami makin intensif menangani dari sisi Covid-19 dan ekonominya,” ujar Ani. Wilayah dengan jumlah corona bergeser ke Jawa Timur, disusul Jakarta yang juga dalam kondisi berhati-hati dengan penambahan jumlah positif covid-19 yang naik. Di negara lain, acaman corona juga membayang. Australia, Melbourne yang semula dibuka kini mulai ditutup lagi. Pun dengan Inggris, sebagia Eropa, Barcelona serta beberapa negara bagian di Amerika Serikat juga mengalami termasuk Beijing. “Ini artinya banyak negara yang tengah mengalami struggle, berupaya mengendalikan Covid ini, namun beberapa negara juga harus struggle menghidupkan ekonomi,” ujar Sri Mulyani. Itulah kenapa, proyeksi Bloomberg ekonomi global mengalami pemburukan pada kuartal II dan akan membaik pada kuartal III. Sebagai contoh Amerika Serikat, semula kuartal II, ekonomi diproyeksi terkontraksi 9,7% menjadi 10,4%, Inggris dari minus 15,4% menjadi minus 18%, Jerman (-11,9%), Prancis (-19,6%), lalu India juga memburuk, lockdown kembali dilakukan. Adapun Indonesia, berdasarkan prediksi Bloomberg, ekonomi kuartal II juga akan memburuk dari -3,1% menjadi minus 4,4%. Hanya Menkeu melihat, secara individual, bulan Juni mulai ada tanda-tanda perbaikan ekonomi. Ini nampak dari PMI di Juni di bebera negara kembali ke 50, seperti AS, Tiongkok. “Di Indonesia juga nampak di Mei, dan akselerasi dari shapenya nampak ada turn around,” ujar Ani.
Ini juga nampak dari harga komoditas, utamanya minyak karena pemangkasan produksi dan adanya aktivitas ekonomi. “Harga minyak kini di atas US$ 40 per barel. Harga CPO, LNG, batubara juga mulai ada perbaikan,” ujar dia. Menurut Menkeu, sektor keuangan ada perbaikan, setelah April dan Mei lalu mengalami kontraksi. Ini nampak dari yield obligasi dan nilai tukar yang April memburuk kini mulai membaik. Dengan gambaran seperti itu, “Proyeksi ekonomi Indonesia tahun ini minus 0,4% hingga 1%, sedangkan kuartal II minus 5,08%-3,54%, dengan median minus 4,3%. Adapun secara kesuluruhan, minus 0,4%-minus 1%. Ini artinya, pemulihan pada kuartal II akhir,” ujar Menkeu. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Titis Nurdiana