JAKARTA. Pemerintah melihat mesin penggerak pertumbuhan ekonomi domestik mulai merata. Kinerja investasi dan ekspor yang menggeliat di kuartal pertama tahun ini, diperkirakan akan berlanjut hingga akhir tahun nanti. Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan, konsumsi rumah tangga dan pemerintah menjadi pendorong utama pertumbuhan ekonomi dua tahun belakangan. Berbeda dengan kuartal pertama tahun ini, hampir seluruh penyumbang produk domestik bruto (PDB) menunjukkan kinerja yang baik, termasuk investasi dan ekspor yang sebelumnya masih melemah dan terkontraksi. Sri Mulyani optimistis, kinerja investasi tahun ini lebih baik dibanding tahun lalu. Sebab menurutnya, perbankan sudah mulai meyakini pertumbuhan kredit tahun ini mencapai 10%-12%, lebih tinggi dari pertumbuhan tahun lalu. Tak hanya itu, ia juga melihat prospek membaiknya kinerja investasi tahun ini tampak pada minat perusahaan untuk melakukan penawaran umum perdana atau initial public offering (IPO). "Neraca korporasi kayaknya mereka sudah menganggap confident investasi mulai pulih," kata Sri Mulyani saat ditemui di kantor Badan Pemeriksa Keuangan (BPK), Selasa (9/5). Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), pertumbuhan ekonomi kuartal pertama tahun ini mencapai 5,01% year on year (YoY). Kinerja investasi yang tercermin dari pembentukan modal tetap bruto (PMTB) tumbuh 4,81% YoY, lebih tinggi dari kuartal satu 2016 yang sebesar 4,67% YoY karena peningkatan belanja modal pemerintah sebesar 15,75% YoY. Sementara itu, kinerja ekspor mencatatkan pertumbuhan signifikan sebesar 8,04% YoY dibanding kuartal satu 2016 yang masih mencatatkan penurunan 3,29% YoY. Capaian tersebut lebih tinggi dari ekspektasi Sri Mulyani. "Tadinya kami anggap slidely about zero, tetapi sekarang sudah ada pick up yang cukup besar," kata dia. Ia memperkirakan ekspor akan menjadi pendorong utama pertumbuhan ekonomi tahun ini, walaupun masih ada risiko penurunan dari kebijakan negara-negara maju, termasuk proteksionisme perdagangan. Ia juga meyakini, konsumsi rumah tangga dan konsumsi pemerintah tahun ini lebih baik, meski masih melambat di kuartal pertama lalu. Catatan BPS, konsumsi rumah tangga tumbuh 4,93% YoY, melambat dibanding kuartal pertama tahun 2016 yang sebesar 4,97% YoY dan konsumsi pemerintah tercatat tumbuh 2,71% YoY, melambat dibanding kuartal pertama 2016 yang sebesar 3,43% YoY. Dari sisi konsumsi rumah tangga lanjut Sri Mulyani, deflasi dan inflasi kecil di Maret dan April 2017 menjadi awal yang baik untuk memasuki puasa. Selain itu, pemerintah juga berkomitmen untuk memantau dan menjaga harga barang kebutuhan agar tidak terjadi kenaikan signifikan di puasa dan Lebaran Dari sisi konsumsi pemerintah, Sri Mulyani bilang pihaknya akan mendukung penyerapan belanja produktif melalui pengalihan belanja barang dan belanja pegawai ke belanja modal sesuai dengan arahan Presiden dan Wakil Presiden. "Kalau tahun lalu dengan pengurangan anggaran, maka tahun ini pasti ada dampak positif karena realisasi 2016 dibanding APBN-P-nya sebetulnya belanja lebih rendah," tambahnya. Meski masih optimistis, Sri Mulyani mengaku belum akan mengubah target pertumbuhan ekonomi tahun ini yang dipatok sebesar 5,1% dalam APBN 2017. Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Menkeu yakin investasi & ekspor dorong ekonomi
JAKARTA. Pemerintah melihat mesin penggerak pertumbuhan ekonomi domestik mulai merata. Kinerja investasi dan ekspor yang menggeliat di kuartal pertama tahun ini, diperkirakan akan berlanjut hingga akhir tahun nanti. Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan, konsumsi rumah tangga dan pemerintah menjadi pendorong utama pertumbuhan ekonomi dua tahun belakangan. Berbeda dengan kuartal pertama tahun ini, hampir seluruh penyumbang produk domestik bruto (PDB) menunjukkan kinerja yang baik, termasuk investasi dan ekspor yang sebelumnya masih melemah dan terkontraksi. Sri Mulyani optimistis, kinerja investasi tahun ini lebih baik dibanding tahun lalu. Sebab menurutnya, perbankan sudah mulai meyakini pertumbuhan kredit tahun ini mencapai 10%-12%, lebih tinggi dari pertumbuhan tahun lalu. Tak hanya itu, ia juga melihat prospek membaiknya kinerja investasi tahun ini tampak pada minat perusahaan untuk melakukan penawaran umum perdana atau initial public offering (IPO). "Neraca korporasi kayaknya mereka sudah menganggap confident investasi mulai pulih," kata Sri Mulyani saat ditemui di kantor Badan Pemeriksa Keuangan (BPK), Selasa (9/5). Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), pertumbuhan ekonomi kuartal pertama tahun ini mencapai 5,01% year on year (YoY). Kinerja investasi yang tercermin dari pembentukan modal tetap bruto (PMTB) tumbuh 4,81% YoY, lebih tinggi dari kuartal satu 2016 yang sebesar 4,67% YoY karena peningkatan belanja modal pemerintah sebesar 15,75% YoY. Sementara itu, kinerja ekspor mencatatkan pertumbuhan signifikan sebesar 8,04% YoY dibanding kuartal satu 2016 yang masih mencatatkan penurunan 3,29% YoY. Capaian tersebut lebih tinggi dari ekspektasi Sri Mulyani. "Tadinya kami anggap slidely about zero, tetapi sekarang sudah ada pick up yang cukup besar," kata dia. Ia memperkirakan ekspor akan menjadi pendorong utama pertumbuhan ekonomi tahun ini, walaupun masih ada risiko penurunan dari kebijakan negara-negara maju, termasuk proteksionisme perdagangan. Ia juga meyakini, konsumsi rumah tangga dan konsumsi pemerintah tahun ini lebih baik, meski masih melambat di kuartal pertama lalu. Catatan BPS, konsumsi rumah tangga tumbuh 4,93% YoY, melambat dibanding kuartal pertama tahun 2016 yang sebesar 4,97% YoY dan konsumsi pemerintah tercatat tumbuh 2,71% YoY, melambat dibanding kuartal pertama 2016 yang sebesar 3,43% YoY. Dari sisi konsumsi rumah tangga lanjut Sri Mulyani, deflasi dan inflasi kecil di Maret dan April 2017 menjadi awal yang baik untuk memasuki puasa. Selain itu, pemerintah juga berkomitmen untuk memantau dan menjaga harga barang kebutuhan agar tidak terjadi kenaikan signifikan di puasa dan Lebaran Dari sisi konsumsi pemerintah, Sri Mulyani bilang pihaknya akan mendukung penyerapan belanja produktif melalui pengalihan belanja barang dan belanja pegawai ke belanja modal sesuai dengan arahan Presiden dan Wakil Presiden. "Kalau tahun lalu dengan pengurangan anggaran, maka tahun ini pasti ada dampak positif karena realisasi 2016 dibanding APBN-P-nya sebetulnya belanja lebih rendah," tambahnya. Meski masih optimistis, Sri Mulyani mengaku belum akan mengubah target pertumbuhan ekonomi tahun ini yang dipatok sebesar 5,1% dalam APBN 2017. Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News