KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Menko Marves) terus berupaya menarik investor luar negeri ke Indonesia untuk membangun lini produksi modul surya dan teknologi penyimpanan baterai. Rachmat Kaimuddin, Deputi Menteri Koordinator Bidang Infrastruktur dan Transportasi, Kemenko Marves menyatakan, setelah pihaknya berdiskusi dengan Pemerintah Singapura, maka kedua negara bersekapat untuk saling membangun industri yang saling menguntungkan. “Dengan rantai pasok industri PV di Indonesia, Singapura akan mendapatkan elektron hijau. Indonesia akan mendapatkan nilai tambah lebih tinggi dan menambahkan lapangan pekerjaan baru,” ujarnya di Hotel Kempinski Jakarta, Senin (7/8).
Baca Juga: Dukung Transisi Energi, Xurya Tawarkan Layanan PLTS Atap untuk Industri Di sisi lain, Indonesia juga turut menggaet perusahaan dari China sebagai produsen rantai pasok PLTS global terbesar di dunia yang teknologinya juga sudah lebih mutakhir. Namun mengingat pengalaman pandemi Covid-19 ketika rantai pasok terganggu, dan adanya situasi geopolitik, Rachmat mengemukakan, Indonesia juga berpotensi menjadi pasar alternatif modul surya. “Maka itu kami ajak orang untuk lihat dan datanglah Indonesia bawa teknologimu bawa modal, kami akan sediakan tenaga kerja. Kami memiliki sumber daya di Indonesia, kualitas bagus. Sumber daya alam dan mari kita dukung pasar bersama,” ungkapnya. Secara umum, Rachmat melihat, untuk menciptakan beban dasar (base load) diperlukan optimalisasi seluruh sumber daya energi terbarukan yang ada, baik itu hidro, panas bumi, matahari, hingga angin. Adapun untuk mendistribusikan listrik hijau ke seluruh Indonesia bahkan lintas batas negara (cross border) diperlukan transmisi. Meski kedua pengembangan tersebut memerlukan waktu, Rachmat yakin, Indonesia bisa menjadi bagian yang berkontribusi pada permintaan setrum hijau ke depannya. Sejalan dengan keinginan pemerintah, Vena Energy sebagai perusahaan energi baru terbarukan (EBT) yang berkantor pusat di Singapura menggandeng sejumlah pihak untuk membangun lini produksi komponen Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) di Indonesia. Tujuan besar dari rencana bisnis ini, ialah ekspor listrik hijau ke Singapura. Pada Senin (7/8), Vena Energy melaksanakan penandatanganan perjanjian kerangka kerja penting dengan tiga perusahaan sekaligus yakni Suntech, Powin, dan REPT Battera. Lebih jelasnya, Suntech merupakan produsen modul fotovoltaik dan sel surya silikon kristal, Powin penyedia platform penyimpanan energi, dan REPT Battero sebagai produsen sel baterai untuk sistem penyimpanan energi. Perjanjian Kerangka Kerja denga tiga perusahaan ini bertujuan menjajaki potensi pembentukan lini produksi lokal untuk komponen panel fotovoltaik surya dan sistem penyimpanan energi PLTS di Indonesia.
Baca Juga: Bukit Asam (PTBA) Menggandeng China Huadian Menggarap Bisnis Energi Hijau Komponen-komponen ini dimaksudkan untuk mendukung megaproyek hibrida Vena Energy di Pula Batam yang saat ini sedang dikembangkan. Proyek di Batam ini memiliki kapasitas lebih dari 2 GW tenaga surya dan sistem penyimpanan energi baterai yang berpotensi menampung lebih dari 8 GWh energi bersih. Nantinya hasil dari listrik tenaga surya tersebut akan dijual ke Singapura melalui Shell Eastern Trading Pte. Maka itu, pada hari ini pula, Vena Energy juga melakukan penandatanganan perjanjian kemitraan dengan Shell Eastern Trading Pte. untuk ekspor energi terbarukan. CEO Vena Energy, Nitin Apte menyampaikan, Vena Energy sejatinya telah mendukung Indonesia dalam perjalanan transformasi energi hijau sejak tahun 2015 dan telah mengoperasikan lima proyek pembangkit listrik tenaga surya dan angin darat dengan total 114 MW. “Dengan Perjanjian Kerangka Kerja ini, kami ingin berkontribusi secara signifikan terhadap pengembangan rantai pasokan domestik yang produktif di sektor energi terbarukan,” ujarnya di Hotel Kempinski Jakarta, Senin (7/8). Nitin berharap, proyek ini akan mendukung rencana transisi energi Indonesia dan meningkatkan ekonomi lokal dengan menciptakan lapangan kerja, mendorong ekspansi industri, dan membuka peluang ekspor di sektor yang sedang berkembang ini.
Pembangunan proyek di Batam ini diproyeksikan baru dimulai pada 2026 mendatang. Pada tiga tahun ini, Vena Energy akan memproses segala hal yang berhubungan dengan perizinan di lintas kementerian dan lembaga. Di sisi lain, dalam tiga tahun ini perusahaan modul surya dan baterai juga akan memulai proyek ekspansinya demi memenuhi kebutuhan proyek besar ini. Nitin menyatakan, meski pihaknya belum bisa memberikan angka pasti investasi dari seluruh proyek ini, dia memastikan nilainya bisa mencapai miliaran dolar. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Herlina Kartika Dewi