Menlu: Ekonomi tidak bisa bangkit hingga pandemi Covid-19 dikalahkan



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Menteri Luar Negeri Retno Marsudi  mengatakan, perekonomian tidak akan bisa bangkit bila pandemi Covid-19 belum bisa diatasi. Karena itu, dia mengatakan salah satu upaya diplomasi Indonesia adalah bergerak membuka jalan untuk mengakses vaksin bagi Indonesia.

 "Ekonomi tidak akan bisa bangkit hingga kita bisa mengalahkan pandemi ini. Itulah mengapa diplomasi Indonesia menyuarakan akses vaksin yang aman dengan harga yang terjangkau bagi semua negara," kata Retno dalam  Jakarta Food Security Summit-5, Kamis (19/11).

Dia menjelaskan,  Presiden Joko Widodo sudah meminta agar prioritas saat ini adalah menjamin keamanan dan efektivitas dari vaksin yang akan digunakan.


Menurut Retno, dalam beberapa pertemuan internasional terakhir pun dibahas bagaimana dunia bisa keluar dari pandemi Covid-19 dan keterpurukan ekonomi saat ini. Bahkan, dalam pertemuan KTT ke-37 ASEAN dan KTT lainnya, Presiden Joko Widodo pun secara konsisten menyampaikan bahwa ketahanan kesehatan di semua tingkat harus dibangun.

"Pandemi mengajarkan kita satu hal, mengenai pentingnya membangun ketahanan kesehatan. Saat ini tentunya prioritas dunia adalah obat dan vaksin dan ini diharapkan dapat memutus penularan dan menghentikan pandemi," kata Retno.

Lebih lanjut Retno menyebut bahwa para ahli memperkirakan Covid-19 bukan jadi pandemi terakhir, dia menjelaskan, masih ada pandemi yang bisa terjadi di masa depan. Bahkan, jarak waktu antara pandemi yang satu dengan yang lain menjadi semakin sempit. Melihat ini, seluruh negara harus memiliki sistem kesehatan yang kuat untuk mengantisipasi pandemi ke depan.

"Jadi kita tidak hanya bicara mengenai masalah short term, tetapi kita bicara long term. Ke depannya apa yang diperlukan. Oleh karena itu diplomasi kita bekerja membangun  tata kelola ketahanan kesehatan global untuk memastikan kesiapsiagaan menghadapi pandemi," jelas Retno.

Baca Juga: Menlu Retno pastikan Indonesia akan terus melawan diskriminasi sawit

Lebih lanjut, Retno menyebut pemulihan ekonomi dan kesehatan pun harus dilakukan secara serempak dan seimbang, dengan mengutamakan kesehatan. Dia pun menyebut sudah terdapat berbagai diplomasi yang dijalankan untuk menggerakan perekonomian Indonesia/

Hal yang diinisiasi misalnya menginisiasi Travel Corridor Agreement (TCA) dengan negara mitra, dimana menurutnya Indonesia sudah memiliki pengaturan Uni Emirat Arab,  Korea Selatan, China dan Singapura, dan saat ini sedang melakukan negosiasi dengan Jepang.

""TCA dengan negara-negara tersebut bisa menggerakan lebih dari 50% perdagangan Indonesia. Kalau dilihat total nilai perdagangan Indonesia dengan Asean plus China, UEA, Korea Selatan dan Jepang, mencapai US$ 188,6 miliar atau 55,6% dari total nilai perdagangan Indonesia-dunia," ujar Retno.

Menurutnya, TCA tidak hanya membuka akses ekonomi pada bisnis yang esensial tetapi juga merefleksikan solidaritas antar negara untuk keluar dari krisis secara bersama.

Tak hanya itu, Retno pun menyebut ditandatanganinya Perjanjian Kemitraan Ekonomi Komprehensif Regional (Regional Comprehensive Economic Partnership/RCEP) beberapa waktu lalu pun diharapkan menjadi salah satu upaya untuk memulihkan ekonomi.

Menurutnya, RCEP menjadi kesepakatan perdagangan terbesar di dunia, yang mewakili 30,2% gdp dunia, 27,4% perdagangan dunia, 29,8% FDI dunia dan 29,6% populasi dunia,

"Ini memberikan signal harapan dan optimisme pemulihan ekonomi di kawasan dan ini merupakan wujud penguatan kolaborasi dan pengakuan atas sentralitas asean di kawasan," ujar Retno.

Tak hanya itu, Retno pun mengatakan Indonesia tetap berupaya menjaga stabilitas dan keamanan di kawasan. Menurutnya, akan sulit mendorong perekonomian bangkit dan pulih bila tidak ada keamanan dan kestabilan di antara berbagai negara.

Selanjutnya: RCEP akan ditandatangani di tengah tekanan ekonomi ASEAN

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Handoyo .